Chereads / Master of LYNK / Chapter 34 - Bab 3: Deadly Stare, Chapter 34: Panggilan Baru

Chapter 34 - Bab 3: Deadly Stare, Chapter 34: Panggilan Baru

Seminggu berlalu setelah misi itu. Kebetulan hari ini Aruta sedang libur karena sekolah sedang melakukan persiapan untuk ujian sekolah. Aruta libur dalam seminggu kedepan. Aruta sedang berbaring di kamarnya sembari melihati ponselnya.

"Aduh bosannya. Seandainya Juriko masih di sini mungkin Aku dan Dia sudah bermain game konsol bersama," ujar Aruta. "Enaknya ngapain ya?" ujar Aruta sembari menguap. " Nyari sarapan ah. Aku malas masak hari ini." Aruta memakai bajunya dan keluar dari apartemen. Setelah beberapa saat berjalan, Aruta melihat sebuah tempat makan. Aruta langsung berbelok menuju tempat makan itu. Aruta masuk dan mencari tempat duduk kosong. Tidak lama kemudian, Aruta tidak sengaja melihat Mono yang sedang duduk sendirian meminum secangkir kopi sembari membaca buku di tempat makan itu.

"Mono!" sapa Aruta.

"Oh Aruta," jawab Mono. Aruta menarik kursi dan duduk berhadapan dengan Mono.

"Kau biasa minum kopi di sini?" tanya Aruta.

"Tidak juga. Aku kebetulan lewat sini ya sekalian mampir," jawab Mono.

Tidak lama kemudian, seorang pelayan datang menuju meja Aruta dan Mono.

"Permisi, mau pesan apa?" tanya pelayan itu. Aruta melihati kertas menu yang ada di meja sebentar saat pelayan itu tiba.

"Saya mie ayam satu sama es teh satu," ujar Aruta kepada pelayan itu. "Mono, kau tidak pesan juga?" tanya Aruta.

"Tidak perlu. Aku sudah sarapan tadi," jawab Mono.

"Kalau begitu aku pesan nasi goreng satu dan jus apel satu," ujar Sako yang tiba-tiba sudah duduk di sebelah Aruta.

"Eh?!! Sako? Kapan kau ada di sini?" tanya Aruta terkejut.

"Aku liat kalian berdua di sini ya aku gabung," jawab Sako.

"Baiklah, terima kasih sudah memesan," ujar pelayan itu sebelum pergi. Beberapa menit berlalu sedangkan Aruta, Mono, dan Sako hanya diam tak bersuara.

"Hey canggung sekali. Bahas sesuatu dong," ujar Aruta.

"Oke-oke. Sebenarnya ada satu hal yang ingin kutanyakan padamu. Maaf jika menyinggung," ujar Mono.

"Hmm? Tanyakan saja," ujar Aruta.

"Apa motivasimu masuk ke organisasi ini. Aku tahu aku memiliki motivasi kuat untuk masuk ke organisasi ini, aku juga tahu motivasi Sako masuk ke organisasi ini melalui Pak Kuroto. Tapi aku benar-benar tidak tahu apa alasanmu masuk ke organisasi berbahaya ini," ujar Mono setelah meletakkan cangkir kopinya.

"Hmm, jika kau berbicara tentang masa lalu buruk ya jujur saja aku tidak mempunyai masa lalu yang buruk juga. Masa laluku hanya biasa-biasa saja. Aku dari dulu sudah sering membantu orang. Dan saat bertemu Pak Kuroto, Pak Kuroto sudah mengakui aku mampu untuk melindungi orang. Orang sekuat Pak Kuroto mengajakku bergabung di organisasi ini menyatakan bahwa kekuatanku mampu untuk melindungi dan membantu orang lain. Jika aku mampu kenapa tidak?" jawab Aruta.

"Sungguh berhati mulia," ujar Mono sebelum kembali membaca bukunya.

"Hmm omong-omong Pak Kuroto aku melihat Pak Kuroto selalu menutupi tangan kanannya dengan perban. Kenapa ya?" ujar Aruta.

"Iya juga. Aku juga tidak pernah melihat orang itu melepas perban tangan kanannya. Hey Mono, apa kau tahu sesuatu?" tanya Sako.

"Tidak," jawab Mono.

"Heh? Kau kan lebih senior dari kami!" ujar Sako.

"Memang aku yang duluan bergabung dengan penyihir juntoshi tapi kalian bergabung tidak lama setelahnya. Aku dan kalian sama-sama menjadi junior," ujar Mono.

"Heh yasudahlah. Hmm kita bikin teori saja. Apa tangan kanan Kuroto seperti tangan monster mengerikan?" ujar Sako.

"Oh! Oh! atau mungkin tangan kanan Pak Kuroto seperti tangan robot?" ujar Aruta.

"Hmm kira kira seperti apa ya?" ujar Kuroto yang berdiri di belakang Aruta dan Sako dengan kedua tangannya bertumpu di kursi kedua remaja itu.

"Eh? Pak Kuroto?" Aruta terkejut. "Kenapa Bapak ada di sini?" tanya Aruta.

"Mencari sarapan. Sebenarnya aku juga berniat mengontak kalian untuk bertemu di markas tapi berhubung sudah mengumpul di sini semua jadi di sini saja," ujar Kuroto.

"Ada misi lagi?" tanya Mono.

"Ya, akhir-akhir ini kita banyak kerjaan," jawab Kuroto.

"Eh?! tapi kan kita sedang liburan," ujar Aruta dan Sako mengeluh.

"Ayolah, hitung-hitung juga liburan ke tempat lain. Dari pada tidak ngapa-ngapain," ujar Kuroto.

"Masih ada ujian sih setelah liburan ini. Jadi kalau tidak ikut misi ya belajar di rumah," ujar Mono. Aruta yang awalnya lemas langsung duduk tegap setelah mendengar perkataan Mono.

"Kami akan ikut," ujar Aruta dan Sako dengan ekspresi sangat serius.

"Haha gitu dong." ujar Kuroto tesenyum.

"Jadi misinya apa?" tanya Aruta.

"Sarapan saja dulu nanti baru Bapak jelaskan. Hmm Pak Kuroto ikut sarapan ah."

***

Setelah sarapan.

"Hmm mie ayamnya lumayan," ujar Aruta.

"Ya lumayan lah," ujar Sako.

"Ayam bakarnya enak sih. Tapi dibanding Ayam Bakar Hot Wings masih jauh lah ya," ujar Kuroto.

"Jadi misi kita apa Pak?" tanya Mono.

"Misi kita cukup banyak. Kalian akan dibagi beberapa tim. Aruta ikut dengan Pak Wise bersama Zaka dan Raven. Untuk Sako, kau ikut Pak Gren bersama Bela. Untuk rincian misinya kalian bisa bertanya kepada mereka," jelas Kuroto.

"Oke," ujar Aruta dan Sako.

"Kalau aku? Apa aku ada misi?" tanya Mono.

"Ya, kau akan ikut bersamaku. Ehehehehe," ujar Pak Kuroto menyeringai.

"Eh... h-hoy apa aku bisa ikut kalian?" tanya Mono kepada Aruta dan Sako.

"Tidak, terima kasih," ujar Aruta dan Sako bersamaan.

"Oke, untuk Aruta kau bisa ke markas sekarang. Pak Wise ada di sana. Untuk Sako kau bisa menunggu di sini. Pak Gren sebentar lagi akan kesini," jelas Pak Kuroto. "Untuk Mono, ayo ikut aku. ehehehe," ujar Pak Kuroto menyeringai.

"Sepertinya aku tidak baik-baik saja," gumam Mono.

***

Beberapa menit kemudian, Aruta tiba di markas. Di dalam markas ada Wise yang sedang membaca buku, Raven yang tidur, dan Zaka yang memakan kue. Ada Haruki dan Oliver juga di dalam markas.

"Oh Aruta," sapa Oliver.

"Kak Oliver!" sapa balik Aruta. "Apa Kak Oliver ada misi juga?" tanya Aruta.

"Iya, setelah ini aku berangkat bersama Bu Haruki," jawab Oliver. "Kudengar kau ada misi bersama Pak Wise ya. Semoga sukses ya."

"Terima kasih banyak!"

Setelah mengobrol sebentar dengan Oliver, Aruta pergi mendekati Wise yang sedang meminum teh.

"Oh, Nak Aruta," sapa Wise.

"Oh, kau yang namanya Aruta ya," ujar Zaka. Raven pun ikut terbangun.

"Salam kenal Pak Wise, Kak Zaka, Kak Raven!" ujar Aruta dengan penuh semangat.

"Duduklah. Berhubung semua sudah ada di sini, bapak akan menjelaskan misinya terlebih dahulu," ujar Pak Wise dengan suara beratnya. Aruta pun duduk di sebelah Raven. Pak Wise yang duduk berhadapan dengan mereka pun mulai menjelaskan misi kali ini.

"Misi kali ini ada di sebuah desa yang berdekatan dengan "kota mati", Kota Vector," ujar Wise.

"Kota Vector? Tempat 'Vector Incident' itu?" tanya Aruta.

"Insiden dimana semua orang di kota ditemukan tidak bernyawa dan tergeletak di jalanan dengan penuh luka. Apa tempat itu?" tanya Zaka.

"Betul, desa ini tidak jauh dari Kota Vector. Kita mendapat banyak orang yang tiba-tiba menjadi gila. Menurut laporan, tempat para korban tidak menentu. Para korban akan berteriak tanpa henti dan bertingkah lebih agresif. Korban terus melakukan itu selama tiga hari tiga malam nonstop sebelum akhirnya berhenti. Korban sendiri tidak ingat apa yang terjadi selama menjadi gila. Hal terakhir yang korban ingat adalah sang korban seperti melihat seseorang dan setelah itu, korban tidak mengingat apapun," jelas Wise.

"Polisi sudah mencoba menyelidiki ini dan kami juga sudah menugaskan penyihir pengintai. Namun menurut penyelidikan dari penyihir pengintai, kejadian orang yang tiba-tiba menjadi gila tidak memiliki keterkaitan tentang obat-obatan terlarang atau racun. Penyihir pengintai menemukan ada bekas energi LYNK aneh yang ada di mata korban. Setelah melalui banyak penyelidikan, penyihir pengintai menyatakan fenomena ini bukan berasal dari kriminal biasa. Bisa dari junoi ataupun penyihir lain dan diperkirakan bukan dari junoi atau penyihir biasa. Kita pun ditugaskan untuk menyelidiki ini lebih lanjut. Ini akan menjadi penyelidikan yang rumit jadi mungkin akan memakan waktu beberapa hari," jelas Wise.

"Hmm, tapi desa itu cukup jauh dari kota ini. Apa kita akan menginap di sana?" tanya Aruta.

"Di desa itu ada sebuah penginapan. Kami sudah memesan beberapa kamar untuk kita menginap," jawab Wise. "Kalian bersiaplah. Kita akan berangkat nanti siang."