Chereads / Singularity: / Chapter 2 - Resonance

Chapter 2 - Resonance

Singularity

Resonance

Di tahun 2035, lima tahun setelah peristiwa lubang hitam, dunia telah berubah drastis. Banyak negara dan kota yang hancur dan hilang akibat lubang hitam. Jutaan orang meninggal atau menghilang tanpa jejak. Sumber daya dan teknologi menjadi langka dan mahal. Kekacauan dan ketakutan merajalela di mana-mana.

Namun, ada juga yang bertahan dan beradaptasi dengan kondisi baru. Beberapa orang memiliki kemampuan khusus yang tidak dimiliki orang lain, seperti telepati, telekinesis, pyrokinesis, dan lain-lain. Mereka disebut Resonators, karena mereka bisa merasakan dan memanipulasi gelombang energi yang berasal dari lubang hitam. Resonators dibagi menjadi dua kelompok: yang bekerja sama dengan pemerintah dan militer untuk mencari tahu rahasia lubang hitam, dan yang menentang mereka dan berjuang untuk kebebasan dan hak-hak mereka.

Salah satu Resonator yang bekerja sama dengan pemerintah adalah Luna, seorang gadis berusia 18 tahun yang memiliki kemampuan telepati. Dia adalah anak angkat dari Rizal, ilmuwan yang menghilang bersama pesawat ruang angkasa mini lima tahun lalu. Luna sangat mengagumi Rizal, dan ingin melanjutkan penelitiannya tentang lubang hitam. Dia percaya bahwa Rizal masih hidup, dan bisa berkomunikasi dengannya melalui pikirannya.

Luna bekerja di sebuah fasilitas rahasia di Bandung, di mana dia melakukan berbagai eksperimen dan tes dengan bantuan timnya, yang terdiri dari Resonator lain dengan kemampuan berbeda. Mereka menggunakan peralatan canggih yang dibuat dari sisa-sisa pesawat ruang angkasa mini Rizal, yang berhasil ditemukan dan dipulihkan oleh pemerintah. Mereka berharap bisa menemukan cara untuk masuk ke lubang hitam, dan mengetahui apa yang ada di sana.

Suatu hari, ketika Luna sedang melakukan salah satu eksperimennya, dia merasakan sesuatu yang aneh. Dia merasakan adanya sebuah gelombang energi yang sangat kuat dan berbeda dari yang biasa dia rasakan. Gelombang itu berasal dari lubang hitam, dan menuju ke arahnya. Luna merasa seperti ada yang memanggilnya, dan ingin berbicara dengannya.

Luna mencoba untuk menghubungi gelombang itu, dan terkejut ketika dia mendengar sebuah suara di kepalanya. Suara itu bukan suara Rizal, tapi suara yang lain. Suara yang tidak manusiawi, tapi juga tidak asing. Suara yang mengenalnya, dan ingin berkomunikasi dengannya.

Suara itu berkata, "Halo, Luna. Aku Singularity"..

[ End Of Chapter ]