"sebaiknya aku tidur terlebih dahulu deh."
"besok pagi kan sekolah lagi."
"agar tidak seperti kemaren, sebaiknya aku tidur lebih awal."
"Semoga saja mimpi kemaren tidak lagi terjadi."
Alan pun mulai tertidur, dan disaat itu pula Alan bermimpi di sebuah tempat dimana ada sebuah ruangan yang memiliki satu pintu berwarna abu abu yang diliputi oleh kegelapan, dengan rasa penasarannya Alan segera pergi keruang tersebut.
"hmm, tempat apa ini?"
"Auranya mencekam sekali disini,
mengerikan."
"T Tunggu ada sebuah pintu?"
"pintu apa itu?, mengapa warnanya abu abu?"
"Aku jadi penasaran, aku akan membukanya deh."
Dengan perlahan Alan mendekati pintu tersebut.
"Akan ku buka pintunya."
Dengan hati-hati, ia memutar gagang pintu dan membukanya perlahan.
"Syeettt, Krek."
Dan setelah pintu itu dibuka hal tidak terduga pun terjadi.
Ternyata setelah pintu itu dibuka ada cahaya yang terang, yang mulai memasuki tubuhnya.
"A A Apa itu?."
"Terang sekali."
"Cahaya itu, cahaya apa sebenarnya."
Cahaya itu mulai mendekatinya.
"Jangan dekati aku."
Cahaya itu memaksa dirinya untuk masuk ke tubuh Alan.
"JANGAN, JANGAN DEKATI AKU."
"SUDAH KUBILANG JANGAN MENDEKATI AKU."
Cahaya itupun merasuki tubuhnya Alan.
"J J JANG....an."
Alan pun terbangun dan setelah itu dia berpikir tentang mimpinya tersebut.
"A A Apa yang terjadi dengan diriku....lagi."
"Tubuhku lemas sekali."
Alan mulai melihat jam dinding yang ada di kamarnya, dan ia melihat bahwa sekarang sudah pukul tujuh pagi, ia mulai bergegas berangkat kesekolahan lagi, lalu ia pun pergi sarapan yang sudah dibuatkan oleh ibunya dan setelah itu mandi dan berangkat kesekolahan.
Setelah berpamitan kepada orang tuanya, lalu ia jalan keluar rumahnya dan seperti biasa dia disambut oleh empat temannya, dan saat itu pula salah satu dari dari temannya yaitu Ertemin mulai berlari menghampiri Alan, dan disaat itu pula Alan melihat bahwa ada batu dijalan tersebut yang kemungkinan bisa membuat Ertemin terjatuh.
"Oi, Alan tunggu Aku."
Alan memperingatkan Ertemin untuk berhenti berlari.
"Ertemin berhenti, di depanmu ada batu."
ketiga temannya yang berjalan santai dan melihat didepan Ertemin ada batu pun ikut memperingati nya.
"Ertemin tungguuu."
Ertemin yang tidak sadar pun tetap berlari.
"Huh Hah Huh Hah."
"Tenang saja Alan."
"Batu itu tid....akh."
Mata Alan melihat Ertemin yang terjatuh dan....
"Ctriiingg."
Mata Alan mengeluarkan Cahaya dan itu menghentikan Ertemin terjatuh.
Itu seperti gravitasi yang diputarbalikkan dan di stabil agar sesuai, lalu di semula kan dan itu terjadi sangat cepat, Sampai tidak bisa dilihat oleh pandangan temannya.
Ertemin yang tadinya ingin terjatuh kembali berdiri seperti tidak terjadi apa apa, dan diapun mulai bingung.
"Tunggu, Tadi itu apa yang terjadi Alan?"
"Bukankah aku terjatuh tadi?"
Ketiga temannya yang melihat itupun tidak mengerti juga, karena itu terjadi begitu cepat.
"Tunggu, mengapa Ertemin berada tepat didepan batu itu?"
"Dan ya setelah kita ingat, bukannya Ertemin pada saat itu terjatuh tadi?"
Alan pun juga bingung saat disitu.
"Apa apaan ini."
"Pada saat Ertemin ingin terjatuh, tiba tiba pandanganku menjadi sangat terang, seperti melihat cahaya yang jaraknya berada tepat satu sentimeter di depanku."
"Ah sudahlah sebaiknya aku menghampiri Ertemin dan ketiga temanku yaitu Safionia, Sertiena, dan Maxi Fertin."
Alan pun menyapa mereka dengan tersenyum, dan menyembunyikan sesuatu yang terjadi pada matanya.
"Halo teman teman, Selamat pagi."
Mereka menyapa balik ke Alan.
Halo Alan, selamat pagi juga.
Ertemin pun melupakan kejadian tersebut dan dia berlari lagi menuju Alan, dan segera mengangkat nya lagi, tetapi Alan menolak.
"Tunggu Ertemin, jangan lakukan itu!!"
Ertemin menjawab baiklah, sambil tertawa kecil.
"Aku hanya bercanda, hehe."
Alan langsung menghela nafas.
"Huuff."
Ertemin dan Alan pun menunggu temanya yang lain.
"Hey kalian ini jalannya lama sekali!!"
Sertiena pun menyahuti omongan Ertemin.
"Kau nya saja yang tidak sabar Ertemin!"
Alan.
"Sudah sudah, ayo kita berangkat sekolah bareng."
Sampainya disekolah gurunya memberikan materi tentang pelajaran bahasa Indonesia, yang dimana mereka disuruh membuat cerita berdasarkan imajinasinya masing masing.
Alan yang mengetahui materi tersebut bingung haru membuat cerita apa, dan ia membutuhkan bantuan Maxi Fertin untuk membuat ceritanya.
Maxi Fertin ini adalah orang yang pandai membuat cerita, karena imajinasi dan kreatifitasnya yang tinggi, dia sangat bagus dan terampil dalam membuat cerita, dan dia juga suka membaca cerita fiksi, dan biasanya ia membaca cerita yang berjudul.... jadi dia terinspirasi untuk membuat naskah cerita nya sendiri.
Maxi Fertin mengajar Alan untuk membuat cerita, dan dia menanyakan judul yang mau di buat untuk cerita nya Alan.
"Alan, coba kamu cari judul yang pas untuk cerita mu."
"Nanti akan ku bantu buatkan cerita nya."
Dan setelah berpikir beberapa menit, Alan menemukan judul yang bagus untuk ceritanya yaitu.
"Berlari menuju safari"
Maxi Fertin yang mendengarkannya judul cerita nya si Alan pun segera membantu membuat ceritanya.
Tek Tok Tek Tok
Dan beberapa jam kemudian Cerita Alan dan Maxi Fertin pun selesai, dan segera mengumpulkannya ke guru yang mengajarkan nya.
Ertemin, Sertiena, dan Safionia pun penasaran dengan cerita Maxi Fertin dan Alan, lalu menanyakan judulnya.
"Hey kalian berdua, kalian membuat cerita tentang apa?"
tanya Ertemin.
"Iya kalian membuat cerita tentang apa?'
tanya Sertiena dan Safionia.
Maxi Fertin menjawab.
"Aku membuat cerita yang berjudul "Siklus kuno", yang berisikan cerita tentang peradaban masa lalu."
Alan pun menjawab juga.
"Kalo aku membuat cerita yang berjudul "Berlari menuju safari", yang menceritakan tentang bagaimana hidup seseorang mencapai kebahagiaannya."
Sertiena.
"Wah cerita kalian bagus bagus sekali."
Ertemin.
"Iya kalian memang jago membuat cerita ya, tidak seperti ku, Hehe."
Safionia.
"bagus sekali ceritanya."
Alan.
Ah tidak ko, Yang paling bagus tuh ceritanya si Maxi Fertin, dia juga sudah membantu aku membuat cerita nya.
Sertiena.
"Wah Maxi Fertin memang keren, pandai membuat cerita hehehe."
Setelah itu istirahat pun tiba, mereka melakukan kegiatan seperti biasa, seperti tertawa, bermain, bercerai lucu.
Beberapa saat kemudian, mereka kembali ke kelas lagi, dan ibu guru memberikan nilai kepada cerita muridnya masing masing.
Dan yang mendapat cerita yang paling bagus itu adalah temannya yang duduk tepat didepan nya yaitu, "Lysander Harrington" ternyata dia adalah anak yang berbakat dalam membuat cerita sejak kecil.
Lalu teman sekelasnya Pune memberi tepuk tangan kepada Lysander Harrington, dan memujinya.
beberapa saat kemudian.
"jam menunjukkan pukul tiga sore."
Pembelajaran pun selesai dan semua siswa pulang kerumahnya masing masing, dan seperti biasa Alan bersama ke empat temannya selalu pulang bersama.
sampailah dirumah, dengan rasa lelah Alan duduk dan setelah beberapa menit ia tertidur, dan disaat itu pula ada sesuatu yang terjadi lagi.....