Chereads / Rea The Dragonoid / Chapter 2 - Chapter 1 - Rea Si Gadis Pengembara

Chapter 2 - Chapter 1 - Rea Si Gadis Pengembara

Cahaya rembulan malam bersinar terang dengan indahnya di langit penuh bintang, Alvira yang tengah mengambil persediaan air di pinggir sungai bersenandung pelan mengusik kesepian nan menyelemuti sekitar.

Tak jauh dari tempat dia berada, tiga buah tenda petualang berdiri dengan kokoh. Terdapat empat siluet manusia di sekitar api unggun nan menyala di dekat tenda-tenda berbentuk segitiga sama kaki tersebut, satu diantara mereka bertelinga hewan sedangkan satu lagi memiliki telinga runcing. Seakan menegaskan kalau kedua sosok itu bukanlah sekedar manusia biasa.

Si bertelinga hewan berasal dari ras Lycantrope sedangkan satunya lagi merupakan seorang Elf, dua lainnya termasuk Alvira adalah manusia biasa. Mereka berlima merupakan sekelompok petualang dari kota dekat hutan ini, keberadaan mereka di sini mungkin karena quest atau bisa saja memang sedang piknik di alam terbuka.

Alvira si gadis remaja nan cantik lagi pemalu dari kelompok itu baru saja selesai mengisi penuh botol minumnya nan terbuat dari olahan kulit binatang. Ketika dia hendak menutupnya dan ingin bergegas kembali ke tempat di mana rekan-rekannya berada, gadis berambut biru terang nan menguncir rantai kedua cabang rambutnya itu mendengar sebuah suara desingan pedang dari arah hutan di seberang sungai.

Kaget akan menyadari bunyi tersebut dia pun tanpa sadar mengambil sikap perlindungan diri dan menjatuhkan botol kulit binatangnya itu ke tanah, Ruflo si manusia bertelinga kucing berambut putih berbercak kehitaman nan juga mendengar bunyi pedang bangkit dari perapian dan mengarahkan pandangannya pada Alvira.

"Ada apa, Ruflo?" Mira si wanita bertopi penyihir dan memakai penutup mata merah di sisi kanan matanya langsung angkat suara melihat reaksi rekannya barusan.

"Alvira, menjauhlah dari sana!" pekik Ruflo seakan menyadari bahwa ada bahaya dari seberang sungai.

Mengerti akan hal tersebut, Alvira pun mengangguk lalu berlari ke tempat teman-temannya berada. Di saat itu juga seorang gadis nan tampak seperti remaja berusia lima belas tahun bertubuh pendek dengan rambut putih acak-acakkan sepundak muncul sambil melakukan lompatan akrobatik ke belakang di udara.

Mata merah kirmizinya bersinar dalam kegelapan malam dan itu tampak begitu indah sekali di mata Alvira, seakan menyadari kehadiran si gadis berambut biru terang beserta rekan-rekannya itu. Si cewek bertubuh mungil tadi berteriak agar mereka semua dapat menjauh dari sana.

"Pergilah, masuk ke dalam hutan!" teriak gadis itu setelah mendarat di atas rerumputan dengan sempurna.

Tak lama kemudian puluhan manusia berjubah cokelat menampakkan diri dari arah si gadis tadi muncul, beberapa diantara mereka membawa pedang, kapak, busur panah, tombak dan pisau. Tampang sangar penuh amarah mereka semua seakan mengatakan bahwa mereka adalah sebuah komplotan bandit nan bersembunyi di hutan ini.

"Kau pikir kau bisa lolos begitu saja setelah membunuh Bos kami, hah?" Bandit di garis depan yang membawa kapak besar mengatakan hal tersebut dengan lantang.

Alvira beserta teman-temannya nan mundur dari tempat itu mendengar teriakan barusan, karena berpikir si gadis tadi mungkin akan memerlukan bantuan mereka kelima petualang itupun memutuskan untuk mengendap-endap di balik pepohonan agar bisa membantu ketika dibutuhkan.

"Ya, bukan salahku sih Bos kalian mati. Dia saja yang terlalu lemah," ujar si gadis berambut perak kebiruan nan acak-acakkan itu sambil mengeluarkan sebuah api hitam dari sepasang sarung tangan besi miliknya.

Mata Alvira tak percaya sama sekali saat menyaksikan warna dari api yang gadis itu keluarkan, dia dan teman-temannya bahkan tidak menyangka bahwa gadis dengan rompi bulu kecil di atas pusar tanpa lengan itu dapat membasmi para bandit tersebut begitu cepat.

Pergerakannya bagaikan embusan angin, setelah membakar musuhnya lewat pukulan dari api hitam itu dia dapat muncul di sebelah bandit lain dan melakukan sebuah pukulan lagi. Begitu seterusnya hingga tak satupun dari para bandit tersebut lepas dari tinjuan api hitam miliknya.

"Yosh, pembasmian bandit selesai."

Gadis itu menepuk-nepuk tangannya seakan tengah membersihkan noda, dia bahkan sama sekali tak mengindahkan teriakan kesakitan para bandit tersebut. Ketika kesunyian kembali melanda, api hitam nan membakar semua bandit tadi menghilang secara misterius.

Gadis bermata merah kirmizi itupun langsung menghampiri masing-masing dari mereka dan memeriksa tubuh serta pakaian komplotan bandit tadi, merasa bahwa semuanya sudah aman Alvira pun memberanikan dirinya untuk mendekati gadis itu.

Mira selaku penyihir di kelompok tersebut menggunakan kemampuan mata sihirnya demi menilai apakah gadis tadi merupakan ancaman bagi mereka atau tidak, ketika dia sudah mendapatkan kesimpulan dirinya pun memberikan anggukan kepada rekannya yang lain lalu mengikuti Alvira dari belakang.

"A-anu," sebut Alvira gugup mendekati gadis itu.

"Ah, kau cewek yang tadi, ya. Apa kau baik-baik saja?" tanya si gadis berambut acak-acakan itu sambil mengambil beberapa kantong uang dari saku salah satu bandit.

Alvira mengangguk mengatakan kalau dirinya baik-baik saja, di saat itupula Ruflo dan lainnya tiba di dekat mereka dan langsung bertanya mengenai siapa sebenarnya gadis itu. Sebagai pemimpin kelompok ini, seorang lelaki dari ras manusia bernama Vrant lah yang mengajukan pertanyaan tersebut.

"Aku Rea Rouge, seorang pengembara biasa yang sedang menuju ke kota terdekat dari hutan ini." Gadis itupun memperkenalkan dirinya.

"Aku, Vrant. Ketua dari kelompok petualang ini, dia Alvira, yang ini Ruflo, Mira dan Nath."

Si cowok tampan berambut pirang dan memiliki mata biru indah itu mengacungkan tangannya sambil tersenyum manis, Rea pun membalas hal serupa. Meski begitu dia sempat-sempatnya bergumam sendiri di dalam hati.

Siapa yang mengira kalau karakter pangeran tampan dari Manga Shoujou itu benar-benar ada ternyata.

Selagi mengatakan hal itu dalam hatinya, Rea tak menyangka kalau Mira malah langsung memeluk erat dirinya dan menggesek-gesekkan pipinya kepada pipi Rea.

"Kau keren sekali, Rea-chan. Selain itu kekuatanmu juga sangat luar biasa, aku rasa aku telah menemukan belahan jiwaku."

Nath, si lelaki Elf tampan berambut putih bersih bagaikan salju pertama musim dingin dengan kotak anak panah di punggungnya segera menarik kerah baju belakang Mira agar wanita itu bisa menjauh dari Rea.

"Jaga sikapmu dasar Penyihir Gadungan!" bentak Nath ketika Mira masih belum mau melepaskan rangkulannya, sebuah pukulan keras pun dia berikan agar Mira jera akan sikapnya itu.

Selepas pelukannya terlepas si penyihir cantik berdada besar tadi langsung di seret Nath menjauh, Vrant nan merasa canggung akan tingkah kedua rekannya tadi segera meminta maaf.

"Tak usah dipikirkan, orang rese seperti itu terkadang cukup menghibur menurutku," sebut Rea sembari tertawa hambar.

"Ah, benar juga. Kalian para petualang bukan? Apa kalian tahu jalan menuju kota terdekat dari hutan ini? Jujur saja, aku sebenarnya sedang tersesat sekarang."

Hanya dengan melihat pakaian, senjata, serta reaksi mereka berlima. Rea dapat mengetahui dengan mudah kalau mereka adalah sekelompok orang yang disebut sebagai para petualang. Soalnya, dulu Kakeknya pernah menceritakan kisah tentang para petualang kepada dia nan masih kecil. Rea bahkan sangat mengagumi mereka karena berpikir para petualang itu sama seperti karakter dalam gim MMORPG nan dulu sempat dia mainkan, sampai-sampai dia pun meninggalkan kampung halamannya agar bisa menjadi seorang petualang juga.

Vrant segera menyebutkan arah di mana kota terdekat berada, namun sayangnya untuk sampai ke sana dibutuhkan waktu sekitar dua hari berjalan kaki dari sini. Rea terdiam sejenak memikirkan hal itu, jika memerlukan waktu dua hari agar sampai ke kota sebaiknya dia mencari tempat beristirahat terlebih dahulu.

"A, anu. Ka-kalau tidak keberatan, kau bisa bergabung dengan kami, loh." Alvira nan tampak malu-malu mengatakan hal tersebut lewat wajah memerah.

"Benarkah?" tanya Rea memastikan.

Vrant melirik gadis pemalu tadi sejenak, kemudian mengalihkan pandangan pada rekan-rekannya yang lain. Ruflo mengangguk seakan tak mempermasalahkan hal itu, begitu juga dengan Mira dan Nath.

Setelah mendapatkan persetujuan dari rekan-rekannya, Vrant pun mengundang Rea secara resmi agar bergabung bersama mereka. Api unggun nan sempat dipadamkan tadi hidup kembali membuat sebuah penerangan di dalam hutan, sembari ditemani kehangatannya Rea dan para petualang itupun duduk bersama dengan saling berbagi cerita.

Dari percakapan mereka, Rea akhirnya mengetahui bahwa kota terdekat dari hutan ini adalah Kota Velt. Itu merupakan kota kecil nan berada di wilayah perbatasan paling ujung Kerajaan Empressia, dia juga mengetahui kalau ternyata Vrant dan lainnya merupakan sekelompok petualang profesional nan mencoba peruntungan mereka dalam melakukan quest satu tingkat di atas peringkat mereka.

Teruntuk quest sendiri, tugas mereka bisa dikatakan telah selesai sore tadi. Itu adalah tugas perburuan Beast-demon bertipe serigala yakninya Terror Houndwolf. Mendengar hal itu Rea malah tersenyum sendirian, monster serigala hitam bertanduk tiga berukuran sebesar tiga kali anjing doberman tersebut dahulunya merupakan monster pertama yang dia bunuh semenjak bereinkarnasi ke dunia ini.

Dua puluh tahun lalu, dia nan mati akibat penyakit kanker otak yang dialaminya terlahir kembali ke dunia di mana sihir dan petualangan ini berada. Selama itupula lah, Rea dibesarkan oleh seekor naga tua bernama Ragna.

Dari ucapan naga itu, ayahnya adalah seekor naga juga sedangkan ibunya dahulu merupakan putri dari sebuah kerajaan bernama Empressia. Karena terpana akan kecantikan Tuan Putri itu, ayahnya pun menculik beliau lalu memperistrinya. Sang raja yang merasa murka, lalu mencoba memburu Naga tersebut selama lima tahun lamanya.

Di saat Rea terlahir ke dunia, ayahnya Draco tewas dalam pertarungan melawan tentara Kerajaan Empressia. Sebagai ayah dari naga egois tersebut, Ragna memutuskan untuk merawat Rea sendirian. Sedangkan Ibunya malah di bawa kembali ke Empressia oleh sang raja.

Selama berada dalam pengawasan Ragna, si Dragonoid manis nan terlihat seperti gadis remaja lima belas tahun akibat tubuh cebolnya—meski sebenarnya dia sudah berusia dua puluh dua tahun—itu diajarkan segala hal mengenai dunia baru ini. Entah dari segi sihir, pengetahuan umum, seni bertahan hidup, maupun ilmu bela diri para naga. Dikarenakan tempaan dari sang kakek lah, Rea tumbuh menjadi seorang gadis manis nan sangat kuat seperti sekarang.

Tentunya segala tentang dirinya itu dia sembunyikan dari teman-teman barunya ini, Rea sendiri merasa kalau hal tersebut juga tidak perlu dibicarakan dengan orang lain. Oleh sebab itulah dia berkata kepada Vrant dan yang lainnya kalau tujuannya ke kota terdekat adalah demi mendaftarkan diri ke guild petualang.

Itu bukanlah hal yang dibuat-buat olehnya, Rea sendiri memang ingin menjadi seorang petualang saat dia masih hidup di Gua Para Naga nan merupakan tempat di mana dia dibesarkan dulu. Meski begitu, dirinya sendiri memang memiliki misi pribadi yang mana dia ingin sekali bertemu dengan Ibunya di dunia ini.

Hal tersebut dipicu oleh kenangan masa lalunya di dunia sebelumnya. Sewaktu masih berada di Jepang Rea hanya dibesarkan oleh pamannya yang merupakan seorang Kepala Polisi, meski kehidupannya terpenuhi sampai dia memasuki jenjang perkuliahan.

Akan tetapi Rea sama sekali tak pernah merasakan cinta kasih dari seorang ibu, sebab beliau telah tiada semenjak dia masih kecil. Karena itulah ketika mengetahui bahwa ibu kandungnya di dunia ini masih hidup, Rea yang tak ingin menyia-nyiakan kesempatan itupun memutuskan untuk berkelana agar bisa bertemu dengan beliau.

Semalaman itu mereka berenam saling berbagi cerita antara satu sama lain, bahkan Rea pun menawarkan teman-teman barunya itu sebuah hidangan makan malam. Yakninya daging bakar aneh yang sempat dia buat sewaktu dalam perjalanan tadi.

Keterkejutan muncul dari Mira dan yang lainnya ketika mengetahui kalau Rea dapat menggunakan sihir hitam dimensional bernama [Item Box], karena menurut si penyihir berbaju merah yang mual akibat bau masakan Rea itu sihir tersebut merupakan sihir dimensional paling langka.

Soalnya tak seperti sihir dimensional penyimpanan lainnya, suhu serta perubahan terhadap rasa maupun bentuk benda atau makanan tidak akan berubah sama sekali bila masuk ke dalam [Item Box].

Meski bentuk dagingnya sangat unik—mengecewakan—dan rasanya cukup mengerikan tetapi Vrant beserta rekan-rekannya tetap menyantap hidangan tersebut sebisa mungkin.

***

Selama dua hari perjalanan menuju Kota Velt Rea bergerak bersama lima orang petualang nan dia temui di dalam hutan, selama itupula lah dia mengetahui segala macam mengenai para petualang di dunia ini.

Berdasarkan penjelasan Vrant yang mudah dimengerti olehnya, para petualang adalah sekelompok orang nan rela mengorbankan jiwa mereka sendiri dalam membasmi para Monster dan Beast-demon di dunia ini. Beast-demon sendiri adalah jelmaan dari hewan-hewan biasa yang cenderung mengkonsumi aliran sihir di udara secara berlebihan.

Selain Beast-demon, terdapat monster juga di dunia ini. Mereka lebih mirip ke arah makhluk hidup menyerupai manusia dengan akal rendah, seperti Goblin, Orc dan Lizardman. Para petualang bahkan dibayar untuk menangkap para bandit yang meresahkan kota juga, setidaknya beginilah isi penuturan dari Vrant semalam kepada Rea.

Di zaman ini kebanyakan orang berkeinginan hidup sebagai petualang, soalnya mereka bisa mendapatkan uang yang cukup banyak saat selesai mengerjakan sebuah quest. Bahkan kristal sihir dan potongan tubuh dari Beast-demon nan telah mereka kalahkan pun dapat diuangkan juga.

Saat sebuah mata pencarian memiliki banyak pesaing, sebuah kualifikasi untuk menyaring mana yang bagus pun muncul dengan sendirinya. Merasa perlu menata setiap peringkat petualang mereka, Guild petualang pun mulai memberikan sistem kelas kepada setiap anggotanya.

Kelas tertinggi adalah Kelas S, mereka merupakan petualang elit nan setingkat dengan pahlawan sebuah negara. Sedangkan terendahnya merupakan Kelas F. Vrant dan yang lainnya kini berada di tingkat D, di mana mereka sudah berada pada tahap Petualang Professional.

Sepanjang perjalanan mereka ini, Rea secara langsung menyaksikan seberapa hebatnya kelima petualang nan dia temui itu. Jiwa kepemimpinan Vrant sangat hebat, dia bahkan mahir membaca situasi dan memberikan perintah kepada teman-temannya. Kemampuan berpedangnya pun cukup luar biasa menurut Rea.

Ruflo sendiri memiliki telinga yang tajam, dia cukup gesit dan ahli dalam memakai pisau. Sedangkan Mira mempunyai banyak mantra sihir nan luar biasa, Rea begitu takjub mengetahui bahwa mbak-mbak cantik itu bisa menggunakan empat sihir atribut sekaligus.

Nath bahkan lebih luar biasa lagi, meski cuma bisa menggunakan sihir elemen cahaya tetapi kemampuan memanahnya tak dapat diremehkan sama sekali. Mungkin karena bakat alaminya sebagai seorang Elf atau mungkin dia memang ahli dalam memakai busur dan anak panah itu sendiri.

Sedangkan Alvira begitu cekatan dalam berpedang, Rea bahkan terkesima menatap gadis pemalu itu ketika dia berhasil membunuh lima ekor Beast-demon Giant Thunder Mole yang menyergap mereka secara tiba-tiba lewat tebasan pedangnya nan anggun tapi mematikan.

Walau begitu, kelima petualang Kelas D itu merasa bahwa Rea lah yang lebih menakjubkan lagi. Bagaimana tidak, penglihatan serta pendengarannya sangat tajam. Dia juga memiliki kemampuan bertahan hidup di alam bebas lebih dari seorang Elf seperti Nath, kemampuannya dalam menggunakan sihir tanpa mantra bahkan membuat Mira merasa kalah saing olehnya.

Teknik bela diri tangan kosongnya pun bukan main-main, seperti sekarang saja contohnya. Hanya melalui pukulan upper cut dia bisa melumpuhkan seekor Red Skin Grizzly dengan mudahnya, hal tersebut bahkan membuat Vrant beserta keempat rekannya ternganga sendiri seakan tak percaya menyaksikan hal tersebut.

"Oi, oi, Nona Muda itu pasti akan menjadi Petualang Kelas A dengan mudahnya."

Ruflo bergumam pelan menyaksikan Rea melambaikan tangannya setelah membasmi Beast-Demon yang masuk ke dalam tingkat B tersebut, sedangkan Mira sendiri malah menggeliat bak cacing kepanasan karena kegirangan sembari memuji keberhasilan Rea barusan.

Alvira nan sejak pertemuan pertama mereka sudah menganggumi Rea tersenyum puas mengetahui kalau gadis berambut putih acak-acakan itu sekali lagi melampaui ekspektasinya. Vrant dan Nath saling tatap seakan keduanya memiliki pemikiran nan serupa, lalu berjalan mendekat ke tempat Rea berada.

"Kau tahu, tak banyak orang yang bisa mengalahkan Beast-demon Red Skin Grizzly dengan satu pukulan saja. Siapa kau sebenarnya, Rea-san."

Rea yang tersenyum manis sedari tadi malah tampak pucat pasi kali ini, dia tidak menyangka kalau kekuatannya sungguh melewati batas normal kebanyakan orang. Karena tak ingin dicurigai lebih lanjut oleh teman seperjalanannya ini, dia pun berkata kalau dirinya hanyalah gadis pengelana biasa. Perihal dia bisa mengalahkan Beast-demon itu, Rea pun menjelaskan kalau itu hanya sebuah kebetulan belaka.

"Ya, aku rasa juga begitu. Lihatlah, sebelum Rea-san mengalahkannya. Red Skin Grizzly ini sudah memiliki banyak luka pada tubuhnya." Nath memberikan pembenaran ketika dia memeriksa mayat Beast-demon itu.

Rea hanya bisa menghela napas lega mendengar ucapan Elf tampan itu barusan, sembari berjanji untuk menekan kekuatan fisik serta tekanan sihir miliknya sendiri Rea pun mulai menyimak spekulasi dari Nath mengenai beruang merah bertanduk banteng tersebut.

Berdasarkan analisa dari Nath, besar kemungkinan Beast-demon itu telah mengalami perkelahian dengan Beast-demon lainnya. Soalnya dia hanya mendapati beberapa bekas cakaran baru dari tubuh beruang merah sebesar empat kaki tersebut.

"Singkirkan analisa dariku barusan. Nee, apa kau tertarik untuk bergabung dengan kami, Rea-san." Nath tanpa basa-basi pun langsung menyampaikan niatnya.

Vrant yang memang sepemikiran dengannya pun mengatakan hal serupa, Mira, Ruflo dan Alvira bahkan menatap penuh harap ketika ketua mereka meminta Rea bergabung.

"A-aku hargai tawaran kalian itu, tapi aku telah bertekad untuk mengumpulkan sendiri kelompok petualangku."

Vrant dan yang lainnya langsung kecewa mendengar hal tersebut. Mira saja langsung menangis sambil memeluk Rea dan memintanya agar memikirkan kembali ucapan Nath dan Vrant barusan.

Merasa kalau rengekkan Mira akan membuat Rea risih, Nath pun menyeret wanita penyihir itu secara paksa. Ketika Rea tersenyum kikuk menyaksikan tingkah kedua orang tersebut, Alvira pun mendekat sambil menggenggam erat tangan Rea.

"A-aku akan mendukungmu, Rea-san. Se-semoga kau menemukan anggota yang cocok denganmu nantinya."

Rea tersipu menyaksikan wajah polos Alvira nan kini begitu dekat dengannya, dia juga tak percaya ketika mengetahui seberapa lembut dan terawatnya kulit gadis pemalu ini meski dia merupakan seorang petualang.

"Terima kasih, Alvira-san. Aku akan berjuang untuk itu nantinya."

Selepas pembicaraan mereka mengenai perekrutan Rea selesai, keenam orang tersebut langsung melanjutkan perjalanan mereka menuju Kota Velt dengan cara menelusuri jalan setapak di hutan ini kembali.

Dua jam lebih perjalanan tanpa terasa mereka lalui dengan hiasan cerita serta candaan singkat dari Vrant dan Mira, di saat mentari senja baru saja memperlihatkan diri mereka. Keenam orang tersebut pun akhirnya tiba di luar hutan.

Pada arah cakrawala, sebuah kota benteng berdiri dengan pongaknya. Itu lebih mirip seperti bangunan di dalam buku sejarah Eropa yang dulu pernah Rea baca di dunia sebelumnya. Sungguh klasik dan anggun sekali, apalagi ketika sinar oranye dari mentari senja nan timbul di belakangnya hadir sebagai pencahayaan sempurna. Rea seakan merasa tengah menyaksikan sebuah lukisan hidup dengan mata kepalanya sendiri.

"Selamat datang di Kota Velt," ucap Vrant sembari tersenyum manis kepadanya.

Rea membalas senyuman tersebut dengan sebuah anggukan, lalu setelahnya mereka semua pun kembali melanjutkan perjalanan agar bisa sampai ke kota sebelum matahari terbenam.