Chereads / Rea The Dragonoid / Chapter 5 - Chapter 4 - Mengalahkan Dullahan dan Bertemu Gadis Vampir Petualang

Chapter 5 - Chapter 4 - Mengalahkan Dullahan dan Bertemu Gadis Vampir Petualang

Dalam perjalanan menuju Reruntuhan Kota Vestico, Rea dan Sakura berjalan kaki ke sana. Setidaknya memerlukan waktu sekitar empat jam agar mereka bisa sampai ke reruntuhan kota itu. Teriknya sinar mentari seakan menjelaskan kalau saat ini telah menunjukkan waktu sekitar jam dua siang.

Selama berjalan Rea memberitahu Sakura mengenai persyaratan untuk mendaftar di Guild, mendengar mahalnya uang pendaftaran yang seharga 5 keping perak membuat Sakura syok sendiri.

Sebagai petualang yang bebas dia sangat jarang mendapatkan uang lebih dari 1 koin perak. Oleh sebab itulah dirinya tidak menyangka akan mengeluarkan uang sebanyak 5 koin perak hanya demi mendaftar dalam serikat petualang saja.

Walau memang mahal tetapi Rea berkata kalau ada banyak keuntungan yang bisa mereka dapatkan dari guild, contohnya saja mereka dapat menjual kristal sihir Beast-demon ataupun mayatnya, selain itu setiap quest yang berhasil mereka selesaikan juga akan diberikan upah.

Rea bahkan menjelaskan semua perkataan Vrant dan yang lainnya mengenai kelas serta poin-pon penting sebagai petualang kepada Sakura.

"Sejujurnya ini adalah hari pertamaku bekerja di guild petualang, misi kali inipun merupakan misi pertamaku juga. Jadinya aku hanya bisa memberikan gambaran dari kenalanku saja padamu."

Mata sakura berubah sendu mendengar semua penjelasan Rea tadi padanya, penasaran akan reaksi teman barunya itu Rea pun memberanikan diri bertanya. Ternyata ada dua hal nan saat ini tengah menghantui pemikirannya.

Pertama, Sakura sama sekali tidak tahu kalau ternyata Kristal Sihir serta jasad para Beast-demon dapat dijadikan uang selama ini. Dia mengutuk dirinya sendiri sebab selalu mengabaikan setiap Beast-demon yang telah dia basmi selama ini.

Kedua, mengingat Rea saat ini merupakan petualang Kelas D padahal baru saja mendaftar tadi pagi membuat dia merasa minder.

"Rea-dono yang memiliki kemampuan sihir sehebat itu saja hanya Kelas D, bagaimana dengan saya yang sama sekali tidak bisa menggunakan sihir ini-gozaru," rapalnya frustasi.

"Mma, kemampuan berpedangmu pasti bisa menutupinya, Sakura. Mengingat kau bisa mengalahkan Giganto Ape sendirian, aku yakin kau pasti bisa mendapatkan kelas petualang yang sama denganku."

Ketika Rea mencoba memberi semangat kepada Sakura nan putus asa, sesuatu bergerak dari balik puing-puing bangunan kota yang terbengkalai. Padahal mereka masih berada di depan pintu gerbang masuk, tetapi hanya sekedar melihat seberapa hancurnya pondasi kota serta onggokkan puing-puing bangunan. Keduanya sama-sama beranggapan kalau telah terjadi sebuah malapetaka besar di kota ini dulunya.

Sakura berjalan ke depan Rea seolah-olah dia menjadikan dirinya tameng bagi si cewek cebol di belakangnya. Dengan tangan pada gagang pedang, matanya bergerak ke segala arah demi menemukan sosok-sosok dibalik reruntuhan bangunan tersebut.

"Kau merasakannya juga kah, Sakura." Rea tampak tersenyum senang akan sikap cekatan rekan pertamanya itu.

"Ya, berdasarkan aromanya mereka adalah Undead-degozaru. Ada empat, tidak lima mayat hidup saya rasa, mereka kelihatannya sedang mengawasi pergerakan kita-degozaru yo."

Rea takjub akan kemampuan indera penciuman milik Sakura barusan, meski sebenarnya dia dapat melihat keberadaan kelima Skeleton Knight yang bersembunyi di reruntuhan dengan kemampuan Mata Naga miliknya.

Mata Naga sendiri merupakan keahlian nan dia dapatkan karena terlahir sebagai Dragonoid, hal itu bisa membuat dia melihat apapun yang ingin dia lihat dari orang maupun objek di depannya. Contohnya saja, ketika mengajak Sakura menjadi rekannya tadi. Rea menggunakan Mata Naga demi bisa membaca sifat Sakura—apa dia orang baik atau bukan. Mata Naga sendiri hanya akan aktif apabila Rea mengkehendakinya.

Kelima tengkorak berzirah lusuh itupun akhirnya memilih menampakkan diri mereka ketika menyaksikan bahwa Rea dan Sakura telah mengetahui keberadaan mereka, sesuai ucapan si gadis samurai barusan. Ada lima Skeleton Knight yang muncul menghadang mereka berdua, tanpa aba-aba sama sekali kelima Undead itu langsung menerjang keduanya dari depan.

"Serahkan yang di sini kepada saya-degozaru, Rea-dono bergegas lah menuju ke tempat Dullahan itu berada."

Rea mengangguk lalu menepuk punggung Sakura seakan menyerahkan baton padanya, tanpa mempedulikan hasil akhir dari keegoisan Sakura dia melompat ke udara dan berlari melewati puing-puing bangunan agar bisa sampai berhadapan satu lawan satu dengan Dullahan tersebut.

"Baiklah, sudah saatnya bagi saya untuk beraksi-degozaru."

Sakura menarik keluar pedang katana hitam miliknya lalu tersenyum penuh semangat ketika senjata kesayangannya dan kapak salah satu Skeleton Knight beradu.

"Tidak buruk juga, tapi apa kau bisa menangani serangan saya ini-degozaru ka?"

Gadis berambut lurus terurai bak untaian benang merah muda itu melompat ke udara setelah memenangkan adu serangan dengan lawannya, kemudian sebuah tebasan cepat dia lancarkan hingga membuat tubuh Skeleton Knight pertama hancur berkeping-keping.

"Satu kalah, tinggal empat lagi-degozaru," ucapnya memasang kuda-kuda kembali sementara empat tengkorak berzirah yang mengelilinginya mulai menyerang bersamaan.

Sebisa mungkin Sakura mencoba menghindari serangan mereka dan melakukan beberapa tangkisan, dia bahkan terpaksa melompat agak jauh ke belakang agar bisa mendapatkan momentum penyerangan sekali lagi. Tak ingin membiarkan Sakura menebaskan katana miliknya kembali, para tengkorang nan memakai pedang, kapak, tombak serta tameng tersebut pun membuat lingkaran untuk kesekian kalinya agar bisa menjebak Sakura di tengah-tengah.

"[Teknik Satu Pedang Miyamoto - Langkah Keempat : Tarian Seribu Sakura]."

Lewat rapalan salah satu jurus terkuatnya, Sakura menebaskan pedang katana hitamnya secara horizontal hingga membuat sebuah lingkaran. Selesai melakukan gerakan itu dia menyarungkan pedangnya dan keempat Skeleton Knight tadi pun hancur begitu saja dengan sendirinya.

"Kalian memang tangguh-degozaru, tapi saya yang menang kali ini," sebutnya pelan memberikan apresiasi atas pertarungan mereka tadi.

"Ah, gawat! Harusnya saya biarkan Rea-dono menyaksikan ketangguhan saya tadi. Sungguh, saya ini benar-benar bodoh-degozaru!" pekiknya karena dia berencana ingin memamerkan kemampuannya agar Rea bisa makin bisa mempercayai dirinya sebagai seorang rekan.

Sementara itu Rea sendiri masih berlari menyusuri reruntuhan kota ke arah utara, berdasarkan pancaran aura—Mana Release—nan tak terkontrol itu dia yakin sekali kalau pemiliknya adalah monster yang harus dia taklukan di dalam quest pertamanya ini.

Sewaktu Rea melompat di antara atap bangunan yang hancur, dia mendapati begitu banyak undead seperti Skeleton Knight dan zombie di jalanan bawah.

Selagi dirinya mengamati keadaan sambil berlari dan melompati atap dia tak sengaja menyaksikan sosok dua orang petualang nan mengalami luka-luka sedang bersembunyi di sudut bangunan tepat di bawahnya.

Mereka pasti para petualang dalam ceritanya Tuan Mer tadi, tanpa banyak berpikir dia pun langsung turun dan menghampiri sepasang muda-mudi petualang tersebut.

"Apa kalian baik-baik saja?" tanyanya segera ketika baru saja menapaki lantai bangunan itu.

"Ya, setidaknya untuk sekarang," sebut si lelaki penuh perban yang duduk di sebelah tubuh seorang wanita nan tertidur lelap.

"Aku Rea, Petualang Kelas D dari Kota Velt, kau sendiri?"

"Aku James dan ini temanku Lulu, kami petualang Kelas D juga. Tadi, kau bilang kau berasal dari Kota Velt, bukan? Setahuku tak ada seorang gadis kecil sepertimu pada tingkatan petualang Kelas D."

Rea agak canggung dengan tatapan menusuk si cowok rambut cokelat bergaya landak itu, tentu saja dia curiga, bukan? Lagian dirinya telah lebih dahulu hidup sebagai petualang di Velt bila dibandingkan dengan Rea yang datang kemarin.

"Ah, sejujurnya aku baru saja mendaftar hari ini dan misi pembasmian Dullahan ini adalah quest pertama yang aku pilih." Rea mencoba menjelaskan situasinya sambil memperlihatkan kartu guild yang dia miliki.

"Kalau begitu maka kau telah salah memilih quest, Nona Muda." James mengatakan hal tersebut lewat nada putus asa.

Dia berkata bahkan seorang ahli sihir suci sehebat temannya Lulu pun sampai terkapar seperti ini karena kehabisan mana dalam melawan Dullahan tersebut, dirinya juga menerima luka-luka parah seperti sekarang akibat serangannya kesatria tanpa kepala itu.

"Kekuatan fisiknya sungguh di luar nalar, dia bahkan memiliki kemampuan untuk dapat bertahan dari sihir penyucian milik Lulu. Informasi guild tampaknya telah salah dalam mengkategorikan dia, harusnya para petualang kelas A lah yang bisa membasmi Dullahan itu."

Rea menyeringai mendengar ucapan James barusan, lawan yang tangguh kah? Rasanya sudah lama sekali Rea tak merasa sesemangat ini dalam melawan para monster ataupun beast-demon.

Sepanjang perjalanannya dari Gua Para Naga ke Benua Tengah ini, Rea selalu saja dapat mengatasi mereka semua dengan sangat mudahnya dan itu sangatlah mengecewakan baginya. Oleh sebab itulah ketika mengetahui ada musuh yang kuat dia jadi merasa tertarik untuk mengalahkannya.

"Oi, oi, apa-apaan dengan senyumanmu itu?!" bentak James yang tak percaya melihat reaksi Rea.

Lulu, si gadis penyihir di sebelahnya terbangun mendengar rekan terpercayanya berteriak pada seseorang. Lewat ekspresi linglungnya dia menatap sang rekan dan Rea secara bergantian selama beberapa kali.

"Kalau dia memang sekuat yang kau ceritakan, maka dia memang pantas untuk menjadi monster pertama nan aku kalahkan sebagai seorang petualang."

Rea balik badan lalu kembali melompat ke arah atap bangunan dan bergegas menuju ke tempat Dullahan itu berada. Ketika dia sampai tepat di alun-alun kota yang hancur, Rea mendapati sosok Kesatria Tanpa Kepala berzirah hitam legam dengan sebuah pedang besar di punggungnya.

"Nee, aku dengar kalau kau itu sangat kuat. Apa kau tidak keberatan bertarung denganku?" tanyanya pada Dullahan tersebut dengan santai.

"Ho, satu lagi penantang ternyata."

Kesatria hitam itu berbalik badan ke arahnya, Rea cukup terkejut menyadari kalau ternyata kepala si kesatria nan tertutupi helm gelap itu ada di tangan kirinya.

"Oalah, ternyata seorang gadis kecil yang muncul kali ini," gumam si Dullahan kecewa.

Dahi Rea sedikit berkedut mendengar kalau musuhnya malah meremehkan dirinya, dia sadar kalau postur tubuhnya nan pendek pasti akan menimbulkan penghinaan dari banyak orang. Hanya saja dia tidak menyangka bahwa salah satu Undead pun bahkan menghina dirinya.

"Maaf saja, aku tidak tertarik melawan anak-anak. Jadi pergilah dari sini sekarang juga," ujar Dullahan itu sambil mengipas-ngipaskan tangannya pada Rea.

"Oi, aku ini bukan anak kecil kau tahu!" bentaknya lalu menggunakan kecepatan super dan melayangkan sebuah pukulan dari udara secepat mungkin.

Ketika dia merasa kalau pukulannya tepat mengenai bagian dada si Dullahan tadi, Rea malah tak percaya menyadari kalau si kesatria hitam itu sempat-sempatnya menarik pedang besar di punggungnya demi menahan serangan Rea barusan.

"Apa?!" serunya kaget.

Tanpa memberikan celah agar bisa menghindar, Dullahan itupun mengarahkan tinjuannya pada Rea hingga gadis itupun terpental ke arah reruntuhan bangunan.

"Adu-duh, itu sakit, kau tahu!" sebutnya sambil bangkit dan tersenyum lebar.

Rea tampaknya sangat menikmati rasa sakit yang dia alami, meski tak berdarah maupun lecet sedikit pun tetapi sudah lama sekali ada orang nan bisa memberikan sebuah rasa sakit padanya selain kakek dan teman-temannya sewaktu tinggal di Gua Para Naga dulu.

"Hoo, sepertinya kau sedikit tahan banting ya, Nona Muda (Ojouchan). Karena bertarung dengan anak kecil sepertimu aku memutuskan untuk tidak serius sama sekali, tapi kelihatannya pertarungan kali ini akan jauh lebih sedikit menyenangkan."

Kepala Dullahan itu berucap dari angkasa, ternyata dia sempat-sempatnya melemparkan kepalanya ke udara terlebih dahulu sebelum memberikan sebuah pukulan telak kepada Rea tadi. Menyadari kalau reaksi monster undead satu ini cukup gesit, si gadis Dragonoid pun malah menjadi semakin tertarik memulai kembali pertarungan mereka.

***

Gwen bergerak secepat yang dia bisa saat masuk ke dalam kawasan Kota Vestico, namun dikarenakan keberadaan Skeleton Knight dan beberapa Undead lainnya dia pun mengalami hambatan di sepanjang perjalanan.

Kemampuan sihir darah miliknya mampu menyelamatkan dia beberapa kali dari serangan para Undead tersebut, hingga sekitar dua puluh lebih monster yang dia kalahkan barulah dirinya tiba di tempat di mana James dan Lulu berada.

"Kalian baik-baik saja?" tanyanya yang memang datang ke sini karena mengkhawatirkan mereka berdua selain berniat untuk menghabisi Dullahan tersebut.

"Ya, walau mengalami cidera tapi aku baik-baik saja." James menjawab dengan nada dipaksakan.

"Syukurlah, saat mendapati burung Familiar—beast demon yang dijinakkan—milik Lulu tadi pagi, aku langsung bergegas ke sini." Gwen mengeluarkan botol cairan merah darah dan menyuruh keduanya untuk meminumnya.

Cairan tersebut adalah Ramuan Ekstrak Darah milik Gwen, sebagai vampir dia dapat menciptakan suatu ramuan penyembuh lewat darah. James dan Lulu pun langsung meminumnya, namun karena ramuan itu hanya bekerja sebagai penghilang luka saja, mereka tak akan dapat sembuh seutuhnya.

"Lagi-lagi kami diselamatkan olehmu, Gwen-san. Terima kasih banyak," sebut Lulu dengan nada sendu.

James sendiri merasa perlu memberitahu Gwen mengenai keberadaan Rea, keputusan nekad gadis itu pasti akan membahayakan nyawanya sendiri nantinya. Sebagai sesama petualang James sangat tidak ingin melihat ataupun mendengar ada petualang lain yang gugur dalam mengerjakan quest.

Dia segera berkata kalau sebelum kedatangan Gwen ke sini, tadinya ada seorang gadis yang mampir dan berencana mengalahkan Dullahan itu seorang diri. Lulu nan masih agak lemas pun bahkan membenarkan ucapan James barusan, hal tersebut malah makin membuat Gwen penasaran akan siapa gadis itu.

Sebagai seorang petualang Kelas A, Gwen tahu betul kalau kedua orang ini bukanlah petualang lemah. James dan lulu tak mungkin tumbang dengan mudah sampai harus beristirahat di sini selama dua hari lamanya hanya karena berurusan dengan Para Undead biasa.

Dullahan itu pastilah monster yang berbeda, ketika mendengar ada seorang gadis petualang Kelas D nan berniat mengalahkannya seorang diri. Gwen hanya bisa mengumpat sembari berkata kalau gadis itu pasti dalam bahaya besar sekarang.

"Aku akan mencoba untuk membantunya, kalian sendiri bagaimana?" tanya Gwen yang tampak terburu-buru.

"Kami ingin membantumu, Gwen-san. Tapi, kondisi Lulu masih belum pulih total."

Menyadari hal tersebut Gwen pun segera mengeluarkan sesuatu dari balik jubahnya. Itu adalah ramuan peningkatan energi sihir, bentuknya seperti botol kaca berukuran kecil nan ditutupi oleh spon bulat. Selepas memberikan dua botol cairan hijau tua itu kepada mereka sekali lagi, dia pun memutuskan untuk pergi membantu gadis petualang yang cowok berbadan kekar penuh perban itu sampaikan.

***

"Rea-dono, anda di mana-degozaru?"

Sakura berlari sambil mencoba memberantas beberapa Undead seperti Zombie dan Tengkorak Kesatria yang dia temui di sepanjang perjalanan.

"Sial, harusnya aku tidak membiarkan Rea-dono pergi sendiri-gozaru," umpatnya selepas menebas Zombie Prajurit Kerajaan nan menghadangnya.

Lewat langkah tergesa, Sakura kembali berlari ke arah utara. Di saat itu juga lah dia tak sengaja bertemu dengan seorang wanita berjubah hitam yang baru saja keluar dari salah satu bangunan.

Perempuan itu terlihat sedang menengadah ke arah utara, saat dia tersadar akan kehadiran Sakura. Dirinya memalingkan pandangan lalu mendapati si samurai wanita itu berhenti sambil terengah-engah mengatur napasnya.

"A-anu, apa anda melihat teman saya-degozaru?" sebut Sakura selagi tertunduk dengan kedua tangan pada lututnya.

"Degozaru?" Gwen yang baru pertama mendengar kata tambahan tersebut malah melirik kebingungan.

"Be-begini, saya sedang mencari teman saya-degozaru. Apa anda melihatnya?"

Penasaran akan siapa teman si gadis samurai itu, Gwen pun bertanya mengenai ciri-cirinya. Sakura mencoba memvisualisasikan karakteristik Rea sebaik mungkin, namun ketika mereka berdua masih larut dalam perbincangan sebuah suara ledakan terdengar dari arah utara.

"Oh, tidak! Itu pasti Rea-dono, saya permisi dulu-degozaru!"

Sakura yang merasa kalau si pencipta ledakan tadi adalah Rea langsung bergegas menuju alun-alun kota. Gwen mengikutinya dari belakang, dia berkata kalau memang teman Sakura berada di sana berarti saat ini dia tengah berada dalam bahaya.

"Aku akan menemanimu ke sana," ucap Gwen berlari di sebelahnya.

"Saya berhutang budi pada anda-degozaru."

Sekitar lima menit berlari bersama sambil mencoba mengalahkan beberapa Skeleton Knight akhirnya Sakura dan Gwen pun tiba di lokasi di mana Rea berada.

Alun-alun kota yang dipenuhi reruntuhan kini malah tampak makin berantakan. Terdapat sekitar lima kawah besar di tanah, lubang-lubang bekas tubuh Dullahan dan Rea pun tercetak di sekitar puing-puing bangunan nan masih berdiri. Kondisi keduanya juga sama-sama terlihat babak belur.

Tubuh Rea yang tadinya tak tergores luka sedikit pun kini penuh lebam dan bekas sayatan bahkan darah pun menetes membasahi pipi kirinya. Sedangkan Dullahan itu sendiri kehilangan lengan kanan serta setengah baju pelindung besinya.

"Kau tangguh sekali, Paman (Ossan)!" sebut Rea sambil terengah-engah.

"Kau juga, Nona Muda (Ojouchan)."

Dullahan yang meneteskan darah hitam dari lengan kanannya nan hilang melemparkan kembali kepalanya ke udara dengan tangan kiri lalu meraih pedangnya dan membuat pergerakan lebih dulu. Rea mengeluarkan sihir [Red Flame : Flame Manipulation] di kedua gauntlet hitam miliknya lalu mulai melakukan serangan balik.

"Apa-apaan sihir api dan kecepatannya itu-degozaru, jika saya tidak terbiasa melihat sesuatu dalam gerakan cepat mungkin saya tidak bisa menyaksikan pertarungan mereka ini-degozaru yo," sebut Sakura tak percaya.

Gwen sendiri hanya bisa terpukau mengetahui kalau gadis nan tengah bertarung melawan Dullahan ini adalah gadis yang dia lihat sedang terbang melintasi hutan waktu itu. Dia hanya bisa mengawasi laju pertarungan mereka tanpa berani ikut campur, semua itu dia lakukan karena dirinya terpana menyaksikan ekspresi bahagia di wajah Rea.

Padahal gadis itu tengah terdesak dan mungkin akan mengalami kekalahan telak bila dia tak bertarung dengan sungguh-sungguh, tapi anak itu malah tersenyum. Seakan berkata kalau dirinya tengah bersenang-senang dalam pertarungan ini.

"Dia gila dan nekad sekali!" ujar Gwen tanpa sengaja.

Rea kembali terhempas dan mendapatkan tebasan dangkal dari pedang Dullahan itu, Sakura yang merasa tak terima kalau rekannya akan dikalahkan mencoba untuk membantu. Tetapi langkahnya dihentikan oleh Gwen.

"Kenapa anda menghentikan saya-degozaru?!" timpalnya gusar.

"Temanmu itu adalah pemenangnya." Gwen memberikan sebuah senyuman lalu mengalihkan pandangan ke arah Rea.

"Aku tahu kau hanya menikmati pertarunganmu saja, tapi membasmi dia adalah quest-mu! Undead yang tak bisa dikalahkan dengan sihir suci bisa dimusnahkan apabila kau menghancurkan jantungnya!"

Teriakan dari Gwen itu membuat Rea nan kini tengah melayang di udara demi menghindari hempasan pedang si Dullahan tersadar akan hal tersebut. Ucapan orang asing itu benar, saking senang menemukan lawan yang kuat dia malah lupa diri. Selain itu selama beradu pukulan dan tebasan tadi si Dullahan juga acap kali melindungi area di sekitar jantungnya.

Merasa telah ditampar oleh fakta dan tertolong akan pemberitahuan tersebut Rea menggunakan [Flame Manipulation] sekali lagi di kedua gauntlet miliknya, sembari mempercepat gerakan kilatnya lewat dorongan api di kedua telapak kaki Rea membuat api di lengan kanannya meruncing bagaikan sebuah tombak.

Tepat sebelum itu terjadi si Kesatria tanpa kepala yang menyadari jantungnya dalam incaran Rea membidik lokasi gadis tersebut dengan kepalanya. Namun sayang sekali, gerakan si Dullahan kurang cepat. Saat dia baru saja melemparkan kepalanya ke arah Rea, gadis cebol berambut putih tadi telah muncul di depannya dan memukul tepat dirinya dengan pukulan tombak api.

Seketika Dullahan kesatria setinggi dua meter itupun berhenti bergerak sambil merasakan kalau tangan si gadis telah menembus dadanya, Rea menarik keluar lengannya dan hal itu menyebabkan lubang besar di sekitar area jantung lawannya. Perlahan, raga si monster undead tersebut pun berubah menjadi abu dengan sendirinya.

Sakura berteriak kegirangan menyadari kemenangan rekannya itu, Gwen sendiri mendekat ke arah kepala si Dullahan yang terjatuh di dekat dirinya.

"Yah, harus aku akui pertarungan tadi memang luar biasa. Nona muda itu benar-benar membuatku menikmati pertarungan kami. Sungguh, meski aku membenci dunia terkutuk ini, tetapi ekspresi serta bagaimana cara dia bertarung membuatku merasa senang mengetahui kalau dialah orang yang akhirnya dapat membebaskan jiwaku."

Gwen hanya terdiam mendengar ucapan Dullahan tersebut. Sebagai seorang petualang kelas A, Gwen selama ini belum pernah menyaksikan ada undead yang tampak begitu bahagia sekali setelah dikalahkan.

Tepat sekitar lima belas meter di belakangnya, James dan Lulu terlihat mendekat sambil memperlihatkan raut wajah tak percaya ketika menyaksikan Rea dapat mengalahkan Dullahan tersebut. Mereka berdua pun bergegas mendekati si cewek bertudung hitam dan si gadis samurai itu demi memastikan semuanya.

Rea sendiri juga berjalan menuju ke arah Gwen dan yang lainnya, Sakura segera merangkul si cebol itu menandakan rasa syukurnya. Selagi mengelus-elus rambut merah muda Sakura dia mengarahkan pandangan pada kepala si Dullahan yang ada di tangan Gwen.

"Sebenarnya aku masih ingin bersenang-senang denganmu, Paman," sebut Rea menatap sendu kepala di balik helm hitam tersebut.

"Jika saja membasmimu bukanlah quest yang aku ambil, kita mungkin bisa bertarung setiap hari," lanjutnya. Si Dullahan tadi hanya bisa tertawa lepas mendengar penuturan Rea barusan.

"Hahahaha … aku juga berharap kita bisa melakukannya, Nona Muda. Meski kesal karena kalah oleh gadis cilik sepertimu, tapi aku menikmati pertarungan kita. Sebagai hadiah aku akan memberitahumu satu hal."

Kesatria tanpa kepala itupun menjelaskan bahwa sebulan lalu Raja Iblis telah bangkit di benua ini. Karena berkah kebangkitan darinya lah si Paman Dullahan dievolusikan menjadi Hell Knight - Demonic Dullahan.

Kebangkitan Raja Iblis sendiri dapat menciptakan kesenjangan bagi para Beast-demon maupun para Monster. Belum lagi bila mereka di datangi langsung olehnya dan diberikan berkah evolusi. Hal tersebut dapat membuat perkembangan Beast-demon ataupun Monster naik begitu pesat.

Dullahan itu sendiri menambahkan kalau dirinya sama sekali tidak tertarik menerima berkah dari Raja Iblis itu, namun beliau tetap memberikan berkah padanya. Karena hal tersebut lah, si Dullahan ini memutuskan untuk tak bergerak sesuai kehendak Raja Iblis yang menginginkan dia menghancurkan Kota Velt.

"Aku lebih memilih untuk tetap berada di reruntuhan kotaku sembari menunggu seseorang datang memusnahkan diri ini, karena meski membenci dunia ini. Aku tahu seberapa pedihnya kesengsaraan yang dialami para warga bila menyaksikan kota mereka dihancurkan."

Setelah mengatakan hal tersebut pun kepala si Dullahan tadi berubah menjadi debu dan hancur dalam genggaman Gwen. Kelima petualang tadi hanya bisa terdiam cukup lama mendengar ucapan si Dullahan mengenai kebangkitan Raja Iblis.

"Bagaimana ini? Apa yang harus kita lakukan, Gwen-san?" Lulu nan terlihat pucat akibat panik bersuara lebih dulu.

"Kita harus melaporkan informasi ini ke Guild secepat mungkin. Ngomong-ngomong kalian berdua-."

Ketika dia hendak mengalihkan pembicaraan kepada Rea dan Sakura si vampir cantik itu malah mendapati mereka berdua tengah memain-mainkan pedang milik si Dullahan yang entah kenapa tidak ikut menghilang.

Rea bertanya apa ini bisa dijadikan bukti penaklukannya, sedangkan Sakura malah mencoba mengayun-ayunkan pedang besar itu. Rasanya cukup berat dan menurutnya si Dullahan tadi pasti sangat kuat karena dapat memakainya dengan mudah.

"Oi, kalian berdua! Apa kalian tidak sadar akan seberapa berbahayanya situasi sekarang?" James berteriak karena kesal melihat sikap santai mereka.

"Ya, aku tahu masalahnya sangat penting sekali, bukan? Tapi aku sendiri tidak terlalu peduli, entah itu Raja Iblis ataupun Dewa Neraka sekalipun. Jika dia datang dan membuat masalah denganku, saat itu aku pasti akan mengalahkannya!" Tawa terbesit dari mulut Gwen mendengar penuturan kekanak-kanakkan Rea barusan.

Dia tak menyangka ada manusia semenarik Rea di dunia ini, dirinya tahu betul bahwa selama pertarungan melawan Dullahan tadi si cewek cebol itu tidak serius sama sekali. Karena setiap gerakan Rea tampak seperti seseorang yang hanya ingin bersenang-senang saja.

Mengetahui kalau ada orang nan dapat mengalahkan monster undead tingkat tinggi tanpa perlu bertarung dengan serius membuat dia merasa sedikit terpikat, belum lagi sifat tak pedulian yang dia miliki itu. Rea benar-benar tampak bagaikan lambang kebebasan di matanya.

"Kalian berdua kembalilah ke kota secepat mungkin," sebut Gwen memberikan dua buah kertas hitam berdiagram sihir sebesar 4x4 senti meter kepada mereka berdua.

Benda tersebut merupakan perlengkapan sihir tingkat tinggi yang dibuat sendiri olehnya, kegunaan kertas itu adalah dapat menteleportasikan seseorang ke sebuah kota dalam sekejap.

Dikarenakan teknik pembuatannya sangat lama, Gwen hanya bisa menciptakan sekitar tujuh buah kertas bernama [Recall] itu saat ini. Dia selalu menghemat kertas tersebut dan akan memakainya bila memang ada keadaan mendesak saja, merasa bahwa sekarang adalah saat yang tepat dia pun menyerahkannya pada mereka berdua.

"Anda sendiri bagaimana?" tanya Lulu penasaran.

"Aku akan bersama mereka untuk sementara waktu."

James dan Lulu yang merasa tersanjung karena dipercayai kertas [Recall] oleh Gwen pun saling tatap sejenak dan langsung menggunakannya. Sedetik kemudian mereka pun langsung menghilang dari hadapan si vampir berambut kuning keemasan tersebut dan tiba di Kota Velt demi menyampaikan informasi menggemparkan barusan kepada Guild.

"Kalian berdua, apa kalian masih akan tetap di sini?" tanyanya pada Rea nan kini sedang mengamati pedang besar di tangan Sakura secara teliti.

"Ah, benar juga. Kami harus kembali ke desa yang ada diperbukitan, soalnya warga desa itu sedang mengadakan pesta untuk kami. Kalau kau tidak keberatan, apa kau mau ikut juga?" tanya Rea berbasa-basi.

Merasa kalau saat ini merupakan waktu yang tepat baginya agar bisa mengenal kedua gadis itupun, Gwen memilih untuk menerima tawaran tersebut. Rea sendiri merasa senang karena si vampir cantik ini mau ikut dengannya, Sakura juga begitu. Hanya saja si gadis samurai ini merasa sedikit bingung saat mengetahui kalau dua orang teman Gwen tadi sudah tidak terlihat

lagi.