Debut pertama Rea sebagai petualang baru saja dimulai, quest pertamanya adalah membasmi Undead Dullahan, kesatria tanpa kepala yang bangkit kembali dari kematiannya karena memiliki kebencian besar terhadap dunia ini semasa hidupnya dulu.
Sesuai informasi dari Vilma-san, keberadaan makhluk yang dikategorikan sebagai monster tersebut terletak di reruntuhan kuno Kota Vestico—sebuah kota kecil di sebelah tenggara Kota Velt. Meski kini kota tersebut sudah hancur dan tak berpenghuni, tetapi dahulunya kota itu merupakan kota nan makmur dan penuh akan sumber daya alam.
Setelah menerima misi itu Rea bergegas menuju ke arah gerbang utama kota, berdasarkan ucapan dari Vilma-san dibutuhkan waktu setengah hari perjalanan agar dia sampai ke kawasan Kota Vestico bila melalui jalur perbukitan.
Sejujurnya Rea ingin menikmati perjalanan yang santai ke sana, namun mengingat kalau dia harus menunjukkan kesan bagus dalam debut pertamanya. Dia pun memilih perjalanan melalui udara agar bisa sampai dengan cepat di reruntuhan kota tersebut.
Ketika dia merasa kalau pandangan mata para penjaga gerbang sudah tidak dapat melihat sosoknya lagi, Rea nan sejatinya merupakan ras Dragonoid memunculkan sepasang sayap naga putih miliknya dari punggung belakang dan mulai terbang menuju angkasa.
Selagi mengudara menuju arah tenggara, dia teringat akan masa lalu di mana kali pertama dirinya mencoba untuk terbang di udara seperti sekarang ini. Kala itu, dia masih berusia enam tahun dan sama sekali belum mengerti akan jati dirinya yang terlahir sebagai Dragonoid.
Kakek Ragna nan membesarkannya selalu mengambil wujud manusia ketika menghabiskan waktu bersama cucu tercintanya itu, keduanya sangat sering menghabiskan waktu bersama di atas puncak gunung Gua Para Naga. Entah itu demi sekedar menikmati pembicaraan seru mereka ataupun melatih Rea dalam belajar ilmu sihir dan bela diri naga.
Suatu waktu kakeknya yang periang dan usil itu dengan sengaja mendorong Rea kecil dari tebing di atas gunung, saat itulah Rea merasa kalau hidupnya akan berakhir untuk kedua kalinya. Akan tetapi saat dia hendak terhempas ke atas tanah bebatuan, Rea malah mendapati dirinya sedang terbang melayang dengan sepasang sayap putih di punggungnya.
Rea yang selamat merasa kaget dan tak menyangka akan hal itu, selepas berusaha keras mempelajari mekanisme anggota tubuh barunya tersebut dia pun langsung melayang dengan cepat ke atas tebing gunung kembali demi memaki kakeknya itu sekuat tenaga.
Beliau nan percaya akan kemampuan cucunya tertawa terbahak-bahak dan bahkan mengabaikan luapan emosi Rea yang tadinya begitu mati ketakutan.
"Jika bukan karena Kakek Tua menyebalkan itu, aku pasti tidak menyadari potensiku sendiri sebagai seorang Dragonoid," gumamnya dan lanjut terbang menuju kawasan bukit.
***
Di kawasan perbukitan tempat di mana sosok Rea terlihat sedang mengudara, seorang perempuan bertudung hitam berdiri di atas dahan pepohonan mengamati sosok Dragonoid cantik tersebut melewati dirinya. Dia adalah Gweneth Van Nosferatu, salah satu petualang Kelas A yang mengambil quest mengalahkan Dullahan juga sebab memiliki alasan tersendiri.
Bila dilihat secara sekilas, Gweneth tampak bagaikan wanita tujuh belas tahun biasa dengan mata biru langit dan rambut emas panjang dibalik tudung jubah hitam nan dia kenakan. Tetapi, sebenarnya dia berasal dari Ras Vampir. Melalui sihir kegelapan [Shadow Movement] dia nan lima menit lebih dulu keluar dari Rea bisa sampai ke kawasan perbukitan dengan cepatnya.
[Shadow Movement] sendiri adalah sihir nan dapat membuat penggunanya masuk ke dalam bayangan sebuah objek atau seseorang. Berkat kemampuannya inilah Gweneth atau cewek yang biasa dipanggil Gwen ini bisa sampai di kawasan perbukitan lebih cepat dari nan seharusnya.
Saat dia menyaksikan Rea nan terbang melesat begitu saja tepat di atas kepalanya, Gwen merasa terkesima akan gadis itu terlepas dari siapa dia sebenarnya. Namun saat ini tak ada waktu agar mereka berdua bisa bertemu, sebab bagi Gwen sendiri ada hal penting yang harus dia lakukan sekarang. Yakninya, bergegas ke reruntuhan Kota Vestico.
Selepas puas terpukau akan gadis bersayap nan terbang di udara tadi, Gwen pun turun dari dahan pohon dan mulai mengaktifkan sihirnya kembali agar dapat bergerak cepat lewat bayangan pepohonan.
***
Rea yang mengudara sekitar dua puluh menitan kini terhenti di langit sebuah desa kecil nan ada di sebalik bukit karena menyaksikan para warga desa tengah mengerumuni seseorang atau sesuatu di bawah sana. Tak ingin menimbulkan kecurigaan para warga lebih lanjut, dia memutuskan untuk turun tepat sepuluh meter di depan gerbang masuk desa.
Saking penasaran akan apa yang tengah terjadi di depan sana pun, dia segera bergegas agar bisa ikut berkumpul dengan para warga lainnya. Sampai di sana, Rea cukup terkagum menyaksikan seorang wanita dengan mata biru laut berambut merah muda sepunggung mengenakan baju putih terbalut jubah hitam sampai betis dan memakai rok di atas paha berwarna selaras dengan jubahnya itu tengah berdiri di atas tubuh Beast-demon Giganto Ape—Gorila biru setinggi empat kaki.
Sebuah pedang di sisi pinggang kirinya tampak seperti sebuah Katana dan itu sungguh menarik perhatian Rea, dia sama sekali tidak menyangka kalau pedang dari Negeri Jepang tempat di mana dia tinggal di dunia sebelumnya ada di dunia ini.
Ucapan terima kasih banyak para warga silih berganti pada gadis itu, sehingga membuat dia kerepotan sendiri menghadapi penduduk desa. Ketika tersadar akan kehadiran Rea yang terkesima memandangi wajahnya nan tampak bagaikan wanita Jepang pada umumnya, gadis itupun mendekati dirinya begitu saja.
Namun, tepat ketika si gadis berada sekitar satu meter di dekatnya suara teriakan dari Giganto Ape lainnya terdengar begitu keras. Menyadari akan kehadiran empat gorila raksasa lainnya di belakang para warga nan tengah berkumpul, Rea melompat ke udara secepat mungkin lalu menggunakan sihir [Red Flame : Flame Manipulation] miliknya dan menembakkan tombak api kepada keempat Giganto Ape tersebut lewat kecepatan supernya.
Keempat Beast-demon tipe gorila tadi tergeletak tak bernyawa begitu saja di jalanan desa hingga membuat para warga berteriak penuh kagum akan kemampuannya itu, si gadis berambut merah muda tadi pun bahkan terkesima sendiri menyaksikan perbuatan Rea barusan.
"Bahkan teruntuk saya (sessha) sendiri pun tidak akan bisa mengalahkan keempat Giganto Ape dengan mudah-degozaru yo," sebut si gadis samurai tadi kembali berjalan mendekati Rea.
Dia yang panik akan keteledorannya dalam memperlihatkan kemampuan hanya bisa pasrah menerima pujian tersebut, salah seorang warga pun menghampiri keduanya dan mengucapkan rasa terima kasih atas perlindungan mereka. Dia pun bahkan mengundang Rea dan gadis itu untuk mengikuti pesta yang akan mereka adakan demi menghormati jasa kedua gadis ini.
Rea mencoba menolak tawaran mereka, sebab dia berencana untuk bergegas ke reruntuhan Kota Vestico. Tetapi karena menyaksikan tatapan memelas si gadis dengan katana itu dia pun mau tidak mau terpaksa menerima tawaran mereka.
"Maaf karena mengganggu perjalananmu-degozaru ga. Tapi, sebagai orang luar saya (sessha) tidak bisa menikmati pesta ini sendirian," sebut gadis itu ketika para penduduk desa sedang mempersiapkan segala kebutuhan pesta.
Kata 'Sessha' dan 'Gozaru' dari gadis berambut merah muda itu membuat Rea merasa takjub dan nostalgia sendiri. Matanya bahkan sampai berbinar seakan menunjukkan kekaguman dari bagaimana cara gadis itu berbicara, sebab dahulunya kata-kata tersebut sering kali dia baca dalam literatur cerita tentang para samurai. Dia bahkan tak menyangka akan dapat mendengar seseorang memakai kata-kata tersebut di dunia ini.
"Ah, tidak apa, jangan terlalu dipikirkan. Ngomong-ngomong aku Rea Rouge, petualang dari Kota Velt yang sedang dalam quest mengalahkan Dullahan." Rea pun memperkenalkan dirinya pada gadis itu.
"Ah maaf karena terlambat memperkenalkan diri. Saya, Miyamoto Sakura. Sakura adalah nama saya sedangkan Miyamoto itu nama keluarga saya-degozaru. Senang berkenalan dengan anda, Rea-dono."
Rea makin kegirangan sendiri ketika mendengar ada orang yang memiliki nama persis seperti layaknya orang Jepang kebanyakan, dia bahkan tanpa sadar berucap kalau Sakura pastilah orang Jepang.
"Orang Jepang? Apa Jepang itu sebuah negara juga-degozaru ka? Karena saya baru saja memutuskan untuk meninggalkan negeri saya sendiri beberapa bulan lalu jadinya saya tidak tahu ada negara yang memiliki nama tersebut-gozaru."
Kini dirinya malah tampak kikuk sendiri menyadari kalau Sakura bukanlah orang Jepang seperti nan dia harapkan.
"Ah, lupakan saja. Jadi dari negeri mana asalmu, Sakura-san, aku boleh memanggilmu dengan sebutan ini, bukan?" tanya Rea penasaran akan negeri yang nama penduduknya memiliki kesamaan dengan negaranya dulu.
"Ya, tentu saja. Saya bahkan bermaksud untuk meminta anda memanggil seperti itu-degozaru yo. Saya sendiri berasal dari Negeri Ushui di wilayah timur benua ini-degozaru."
Walau tak tahu di mana letak negeri tersebut tetapi Rea yakin sekali kalau negeri itu pasti memiliki budaya sama seperti negaranya dulu, sebab Sakura menjelaskan hal-hal seperti keshogunan, pakaian tradisional, serta adat mereka kepadanya secara antuias kali ini. Berdasarkan ceritanya Sakura itu, Rea mengetahui kalau dia ternyata merupakan salah seorang samurai wanita dari Negeri Ushui.
Disebabkan akan kekagumannya terhadap kisah legenda seorang samurai hebat yang ditugaskan oleh Tuannya untuk berkelana ke seluruh benua, Sakura pun memutuskan pergi berpetualang sendirian demi mengasah ilmu berpedangnya.
Selama lima bulan perjalanannya Sakura telah melihat banyak hal sambil berburu Beast-demon maupun mengalahkan para bandit. Karena bertemu salah satu warga desa ini yang terluka parah di dalam perjalanan, Sakura pun berniat mengantarkannya pulang.
Dia sendiri bahkan tidak tahu kalau ternyata kehadiran Giganto Ape dan para Beast-demon lain di desa ini sudah sering kali terjadi, merasa memiliki kewajiban menolong yang lemah. Dia pun mencoba mengalahkan Beast-demon tersebut dengan kemampuan berpedangnya.
"Jadi apa yang akan kau lakukan selanjutnya, Sakura-san?" tanya Rea penasaran dengan tujuan si petualang manis ini.
"Sejujurnya saya ingin menuju ke kota terdekat setelah selesai membantu orang-orang di sini dan melanjutkan perjalanan saya-degozaru, tetapi berdasarkan pergerakan Giganto Ape barusan dan cerita para warga mengenai rawannya keberadaan Beast-demon di desa ini saya tidak yakin apa warga desa akan baik-baik saja nantinya selepas kepergian saya-degozaru," jawabnya sendu.
Rea nan kepincut akan semua tentang hal berbau Jepang milik gadis samurai itu merasa kalau Sakura mungkin akan cocok menjadi anggota pertamanya hingga dia pun memberikan sebuah penawaran, dia berkata kalau dirinya dapat membantu warga desa mengenai hal tersebut. Namun, sebagai gantinya Sakura harus masuk ke dalam kelompok petualang miliknya.
"Kelompok petualang itu apa-degozaru ka?"
Menyadari kalau Sakura menelengkan kepala seolah mengatakan kalau dia sama sekali tidak tahu apa-apa Rea menyentuh jidatnya karena syok, meski akan memakan waktu Rea pun menjelaskan kepada Sakura apa itu Kelompok Petualang.
"Pada dasarnya Kelompok Petualang atau Party adalah bentuk kerja sama beberapa petualang dalam mengerjakan sebuah quest yang diberikan oleh Guild."
Sakura kelihatannya masih kurang paham mengenai apa itu Guild dan quest. Mengetahui hal tersebut Rea hanya bisa menghela napas panjang sembari berpikir bagaimana caranya gadis ini dapat bertahan hidup tanpa menjadi petualang dari sebuah Guild.
Dia menjelaskan semua secara detail layaknya cara Avi memberitahukan keberadaan Vrant dan yang lainnya pagi tadi hingga akhirnya Sakura dapat memahami semua itu.
"Oh, ternyata ada juga petualang yang begitu, ya-gozaru. Setahu saya berpetualang adalah mengembara dengan bebas ke berbagai tempat layaknya embusan angin-degozaru yo."
Ya, sejujurnya memang begitu sih arti berpetualang sebenarnya. Rea membatin.
"Jadi, apa kau tertarik bergabung denganku atau tidak, Sakura-san?"
Mata biru Sakura langsung berbinar bagaikan kerlipan bintang di langit malam, tanpa basa-basi lebih banyak dia pun mengangguk penuh antusias.
"Tentu saja saya tertarik, Rea-dono. Tidak, lebih tepatnya, izinkan saya bergabung ke dalam kelompok Party anda-degozaru."
Sakura yang selama ini belum pernah melakukan petualangan semacam itu langsung memutuskan untuk bergabung dengan senang hati, berpetualang lewat mengerjakan quest lalu mendapatkan upah. Menurutnya hal seperti itu bagaikan menembak dua burung dengan satu batu. Selain dia mendapatkan kebebasan, dirinya juga akan mendapatkan upah atas petualangan nan dia lakukan. Hal seperti ini bagaikan sebuah kesempatan langka baginya.
"Aku senang kau menerima tawaranku Sakura-san, tidak, Sakura. Tapi sebelum itu aku harus melakukan sesuatu terhadap desa ini terlebih dahulu, bukan begitu?"
Rea berjalan menjauh dari Sakura dan mendekati seorang Kakek Tua kurus kering bertongkat kayu nan sedang mengkoordinasikan para warga lainnya dalam mempersiapkan pesta, bila dilihat dari sikap beliau dia yakin sekali bahwa Pak Tua berambut putih panjang ini adalah Ketua Desa.
Sakura yang penasaran akan tindakan teman barunya mendekat dari belakang, Kakek tua itu merunduk memberi salam pada mereka berdua lalu menyampaikan rasa terima kasihnya, Rea berkata kalau semua itu memang sudah menjadi tugasnya sebagai seorang petualang.
Padahal dia baru saja menjadi petualang hari ini tetapi sudah bersikap layaknya seorang veteran di depan Kakek Tua bernama Mer tersebut. Ya, dikarenakan pengalamannya yang dulu pernah memainkan gim MMORPG serupa di dunia sebelumnya, Rea pasti sudah tahu betul bagaimana cara bersikap layaknya seorang petualang sejati.
"Ngomong-ngomong, Kepala Desa. Jika Beast-demon memang sering kali menyerang desa kalian, kenapa kalian tidak meminta bantuan para petualang di Kota Velt. Jarak dari Desa ini ke Kota Velt tidak terlalu jauh, bukan?" tanya Rea penasaran.
"Anda benar, dikarenakan desa kami hanya desa kecil tanpa nama. Kami tidak memiliki cukup uang untuk menyewa jasa petualang sepertimu setiap kali para Beast-demon datang menyerang."
Rea merenung sejenak lalu menatap sekitar, memang benar desa ini merupakan desa kecil. Tetapi terdapat kawasan perkebunan serta peternakan di beberapa tempat, harusnya desa ini bisa maju bila melihat hasil kebun dan ternak mereka.
"Nee, apa tidak ada pedagang yang datang ke sini sama sekali?" tanyanya memastikan.
Kepala Desa menggelengkan kepala, karena takut akan maraknya Beast-demon di sekitar sini banyak pedagang yang enggan melakukan bisnis di desa mereka. Bahkan desa ini saja hanya melakukan barter antar sesama penduduk demi dapat mencukupi kehidupan mereka sehari-hari.
Rea mengumpat memaki Beast-demon di dalam hatinya, kemudian dia berkata kalau dirinya akan memberikan sedikit bantuan demi mengatasi para Beast-demon tersebut.
"Apa yang akan anda lakukan, Rea-dono?" tanya Sakura penasaran.
Rea berkedip sejenak lalu menjauh sekitar lima meter dan mengaktifkan sihir [Red Flame : Flame Manipulation] miliknya kembali. Sihir ini dapat membuat dia memanipulasi api sesuka hati, entah menciptakan benda dari api maupun mengeluarkan api dari mana pun.
Sebuah lingkaran sihir besar tercipta di udara tepat di atas kepala Rea, sehingga para penduduk nan sedang melakukan persiapan pesta mereka pun terpana menyaksikan hal tersebut.
"[Red Flame : Flame Manipulation. Tartarus Wall]," ujar Rea membaca mantra.
Tak lama kemudian pilar-pilar api menjalar ke setiap sudut desa dengan sendirinya. [Tartarus Wall] adalah salah satu sihir bermekanisme perlindungan secara luas, sihir ini merupakan sihir milik Kaisar Naga. Beliau menggunakannya demi melindungi wilayah-wilayah kecil nan meminta perlindungannya di Benua Barat.
Rea yang dapat mempelajari sihir sang kakek dengan mudah sering kali berharap dapat melakukannya juga suatu saat nanti, pada akhirnya hari di mana dia bisa menggunakan sihir tersebut datang juga. Oleh karena itulah dia merasa sangat senang dapat menunjukkan sihir luar biasa ini di depan para warga dan juga calon anggota Party pertamanya.
Cara kerja sihir ini sangatlah gampang, setiap batu api kecil nan tak terlihat oleh mata para warga di segala penjuru desa berfungsi sebagai alat keamanan. Mereka akan menembakkan api secara beruntun bila ada Beast-demon maupun orang yang dikategorikan oleh si pemakai sihirnya sebagai ancaman masuk ke wilayah perlindungan sihir ini.
Para warga desa merasa bersyukur sekali ketika mendengar penjelasan dari Rea barusan, mereka bahkan berkata sebuah pesta saja rasanya tidak akan cukup demi membalas kebaikan Rea kepada mereka. Dengan berkata kalau sebuah pesta sudah lebih dari cukup sebagai hadiah untuk dirinya, Rea pun mencoba menanggapi rasa syukur berlebihan mereka sebisa mungkin.
"Ah, apa aku boleh pergi sebentar, Kepala Desa?" tanya Rea karena tiba-tiba saja teringat akan tugas utamanya.
"Anda mau ke mana, Rea-sama?" tanya Beliau penasaran.
"Sebenarnya aku memiliki quest dari guild untuk menuju reruntuhan Kota Vestico. Aku tidak akan lama, kok. Setelah urusanku selesai, aku akan kembali ke sini secepat mungkin," ujarnya meyakinkan Kepala Desa agar dia pasti kembali.
Tuan Mer kaget mendengar ke mana lokasi yang akan Rea tuju, berdasarkan ucapan dua orang petualang sebelum dirinya nan melintasi desa. Di reruntuhan Kota Vestico terdapat Dullahan di sana, sudah sekitar dua hari kedua petualang itu pergi ke reruntuhan tetapi mereka sama sekali belum kembali.
Takut kalau penyelamat desanya akan bernasib sama, Tuan Mer pun berusaha mencegah Rea agar tidak pergi ke tempat di mana Undead itu berada.
"Izinkan saya menemanimu, Rea-dono. Sebagai anggota party anda, saya ingin segera memulai petualangan bersama anda-degozaru."
Sakura nan tak sabaran angkat suara lalu mencoba meyakinkan Kepala Desa kalau dia pasti akan melindungi Rea bagaimana pun caranya.
"Pastikan kalian kembali malam ini juga, karena jika tidak pesta ini tidak akan ada artinya bila kalian tidak kembali."
Rea tersenyum lebar sembari berkata kalau dia sudah tidak sabar untuk menyantap masakan dari penduduk desa saat pesta nanti, lalu dengan santainya dia melenggok keluar dari desa itu bersama Sakura.