Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Manusia Biasa Yang Numpang Lewat

🇮🇩Celcyth
--
chs / week
--
NOT RATINGS
5.7k
Views
Synopsis
menceritakan Celsi yang bersekolah di SMK (sekolah menengah kesihiran) dimana banyak cerita dan keseruan yang telah dilakukan bersama teman-temannya
VIEW MORE

Chapter 1 - Awal masuk sekolah

Celsi terbangun. Berada di tempat yang gelap.

"Selamat datang. Wahai Diriku!"

Celsi mendengar ada suara perempuan yang menyambut kehadirannya.

"Apa yang kau bicarakan? Ngomong-ngomong dimana aku?dan siapa kau?."

menoleh kiri dan kanan.

Celsi Memutar badannya melihat kebelakang.

Ada seorang perempuan yang berjalan menuju Celsi. Dikedua tangannya membawa katana yang memiliki bilah hitam.

Berrambut rambut hitam panjang, bermata merah, Memakai seragam sekolah SMA, Rok pendek, Baju Lengan pendek, dan Dasi hitam.

Namun T*t* nya kecil.

Dia tiba di depan Celsi. Dia Melempar katana yang ditangannya kemudian Celsi menangkap katana nya

"Apa maksudnya ini?"

"Ini adalah hadiah untuk diriku yang lemah. Agar kau menjadi lebih kuat dan melampaui ciptaanku yang ada didunia ini."

"Apa yang dari tadi kau bicarakan. Siapa kau sebenarnya!"

Dia tiba-tiba teleport dengan instan kebelakang Celsi. Sambil memegang jantung Celsi.

"Aku adalah Chelya. Mahluk yang memiliki keberadaan yang sangat tinggi didunia ini. Dan hanya manusia biasa yang numpang lewat. Ingat itu."

Kemudian Chelya meremukkan jantung Celsi dengan sangat mudah,Sama halnya seperti memutuskan 1 helai rambut.

"Gyaahhhhh...!!!"

Chelya teleport ke depan Celsi dan dia menjentikkan jarinya.

Tubuh Celsi hancur total tanpa sisa apapun baik itu tulang atau darah. Semua habis tanpa ada satupun yang tertinggal.

Menghela nafas.

"Capek sekali menjadi kuat."

Celsi terbangun dari tempat tidur—dia memegang dadanya.

Menarik nafas yang panjang—membuangnya.

"Syukurlah cuma mimpi. Semoga aku tidak bertemu dengan dia lagi."

Lalu Celsi keluar dari kamarnya—menuju ke kamar mandi.

Disisi lain. Rika menyiapkan makanan untuk sarapan pagi.

"Seperti sudah beres. Waktunya membangunkan Cii."

Note: Cii adalah nama panggilan Celsi yang dibuat oleh Rika.

Celsi hidup berdua dengan kakak perempuan angkatnya Furudo Rika.

Rambut panjang berwarna biru ke unguan, mata berwarna ungu pudar, dan memiliki tubuh yang kecil.

Walau memiliki tubuh kecil tapi dia Lebih tua dan lebih kuat dari celsi.

Setelah selesai mandi, celsi pun berbaju.

Ia pergi ke ruang makan.

"Sarapan sudah siap. Waktunya makan."

Rika tersenyum dengan manis.

Celsi duduk di kursi lalu makan bersama kakaknya Furudo Rika.

"Ngomong-ngomong dikapan kau membeli pedang itu?"

"Membeli pedang itu?apa maksudnya?"

"Tadi, setelah menyiapkan makanan. Aku pergi ke kamarmu untuk membangunkanmu, lalu aku menemukan pedang katana yang berbilah hitam di kasurmu. Aku mengambilnya dan melihatnya.— kemudian aku menaruhnya di belakang selimutmu dan kembali kesini lagi untuk menunggumu."

Kemudian Celsi menelan makanannya dan berlari menuju kamar.

"Tu-tu-tunggu! Makananmu belum habis."

Celsi membuka pintunya dengan keras dan membuka selimutnya.

Melihatnya.

Celsi merasa kesal.

"Sial."

"Apa yang terjadi."

Celsi menghela nafas.

Menenangkan dirinya dan melupakan mimpi itu.

"Tidak."

Rika menutup mulutnya dengan pipi yang memerah.

"Mungkinkah, kau terlalu bersemangat sampai menyiapkan pedang baru."

"Iya, mungkin begitu."

Dengan muka jutek.

"Kalau begitu. Jika kau lulus test ujiannya, maka kau boleh tidur dipahaku setelah pulang nanti."

Mendengar itu Celsi merasa bersemangat dan bergembira.

"Baiklah, aku akan menunjukkan kekuatanku kepada orang-orang disana dan melampauinya."

"Benar-benar, itulah Cii yang ku kenal."

Kemudian mereka di depan rumah.

"Tunjukkan kemampuan perpedanganmu dan jangan sia-siakan latihanmu bersamaku."

"Tenang saja."

"Menunduk."

Celsi menunduk—kemudian Rika mengelus-elus kepala Celsi.

Mata Celsi melebar

"Ahh... Ini kah yang dinamakan keluarga."

Setelah mengelus kepala Celsi. Rika pun melambaikan tangannya dan Celsi membalasnya sambil berjalan tanpa melihat kebelakang.

"Semangat!"

Celsi berteleport ke depan pintu masuk SMK(sekolah menengah Kesihiran).

"Selamat datang di Sekolah Kesihiran!"

Celsi berjalan sambil membawa katana misterius yang ia dapatkan dari mimpi.

Sampai di dalam. Banyak sekali orang-orang yang memiliki aura-aura yang kuat. Ia bisa melihat aura seseorang karena dia telah mempelajarinya dari Rika.

Bersiul.

"Seperti banyak orang-orang kuat disini. Kalau begitu aku melampauinya."

Celsi masuk ke ruang tunggu dan duduk menyilang kakinya.

"Halo perserta sekalian ini adalah test kemampuan seseorang untuk menguji dan mengukur kemampuan perserta. Perserta boleh menggunakan senjata apapun dan sihir apapun."

Suara yang muncul ntah dari mana.

Celsi masuk ke arena dan bertemu dengan seseorang yang pernah ia temui.

"Yo, furudo Celsi, tidak. Kupu-kupu hitam biru apakah kamu baik-baik saja?"

Pria yang berambut merah dan memiliki mata biru muda, berbaju rapi.

"seperti yang kau lihat Zer'o tidak, Api kupu-kupu neraka."

"Hahahaha... Suasana yang nostalgia sekali.

"Padahal baru 1tahun yang lalu."

Zer'o melihat penampilan Celsi.

Namun ada yang menjangkal.

"Mengapa kau Memakai sandal jepit?"

"Tidak, aku ingin terlihat berbeda."

"Begitulah dirimu dari dulu."

"Siap perserta. Peraturannya hanya satu. Yaitu siapa yang mengaku kalah akan ditolak dari SMK dan siapa yang menang akan lulus test ini."

"Sebelum dimulai. Apakah ada batasan waktu dalam ujian ini?"

Celsi bertanya kepada wasit.

"Tidak ada."

"Kalau begitu tolong kasih waktu 7menit untuk pertandingan ini."

"Mana bisa begitu."

"Mana bisa? Peraturannya cuma 1 tadi saja kan?apakah aku melarang peraturan?"

"...."

Wasit terdiam. Lalu dia menyuruh seseorang untuk mengambil jam waktu.

"Baik. Pertandingan dimulai!"

"Aku lupa membawa pedang. Apakah kau punya sesuatu di kandungmu?"

Celsi menyelipkan tangannya ke kantong celananya.

Menemukan sebuah koin perak.

Melambungnya dan zer'o menangkapnya.

"Maafkan aku karena selalu begini."

Celsi menggelengkan kepala.

Kemudian Zer'o menggenggam koin tadi. Mengubahnya menjadi sebuah pedang panjang.

"Ayo kita bertarung ulang. Kupu-kupu hitam biru."

"Terserah saja, apa yang kau mau"

Lalu Kedua pihak menyelimuti bilah pedang dengan api.

Celsi memiliki api yang berwarna hitam kebiruan dan Zer'o memiliki api yang berwarna hitam kemerahan.

Kemudian mereka berlari kencang

Mereka bertarung dengan sangat sengit dan cepat Sangat cepat.

Peserta yang menonton pertarungan heboh, karena mereka(peserta) hanya melihat cahaya yang sedang beradu.

"Wow... Lihatlah mereka, mereka bertarung sangat cepat sekali. seperti cahaya yang bertarung."

"kau benar. Aku hanya melihat cahaya biru dan merah saja."

Ada 1 Penonton paling atas melihat semua gerak-gerik Celsi dan Zer'o bertarung, seperti serangan dan pertahanan mereka lakukan dia bisa lihat.

Dia memainkan tangannya seperti mengetik keyboard.

"Tebasan dan penghindaran yang bagus, pengontrolan emosi yang bagus, juga pengontrolan mana yang stabil."

Beberapa waktu kemudian dia berhenti memainkan tangannya.

Dia tercengang dan berkata "baru pertama kali ini aku melihat manusia yang bisa mencapai 0,5% kecepatan cahaya."

"Kalau begini, mungkin dia bisa menjadi anak buahku yang terkuat. Kalau begitu..."

Dia berdiri dari kursinya lalu meninggalkan tempat pertandingan.

Disisi lain.

< Fire Ball >

Celsi menembakkan < Fire Ball > ke arah Zer'o.

Namun, Zer'o membelah-belahnya menjadi dua.

Lalu Zer'o membalasnya dengan < Thunder Shot > yang membentuk peluru dengan kecepatan yang sangat tinggi. Celsi hanya bisa menghindarinya.

Lantai arena menjadi hancur karena < thunder shot > .

Celsi menjatuhkan diri. Mendarat kan ke serpihan arena.

Menempelkan tangannya.

Membuat lantai arena menjadi es.

Melihat kebawah dan Mata Zer'o membesar.

Zer'o lengah karena dia melihat kebawah. Celsi pun langsung berlari ke dia.

Dia menangkisnya lalu terjatuh.

Celsi menodongkan pedangnya ke leher Zer'o dan berkata. "Aku menang."

"Kau pikir aku akan kalah seperti ini."

Lantai arena yang tadinya menjadi es sekarang menjadi lumpur penghisap.

Celsi terkejut setelah melihat kebawah dan melihat kembali ke Zer'o.

Zer'o menghilangkan dari tatapan celsi.

"Cih. Kemana dia?"

"Ini....sudah berakhir."

Suara dari atas langit. Langit menjadi gelap.

"Ap...apa yang terjadi?"

Peserta terheran-heran melihat langit mulai menggelap tadinya sangat cerah sekarang menjadi gelap.

Celsi melihat keatas.

Melihat sesuatu yang terbang. Mengangkat tangannya keatas.

"Mungkinkah...—Zer'o!!!"

Celsi panik dan melihat-lihat ke peserta yang lain. Celsi teleport ke dinding pembatas arena

Menaruh tangannya dan mengaktifkan Shield untuk melindungi mereka.

"Sial dia terlalu berlebihan."

Celsi teleport lagi ke tempat awal.

Langit yang berpetir-petir yang siap untuk menyambar.

Zer'o menurunkan tangannya sambil berkata " < Dragon lightning > "

Sebuah sihir yang memanipulasi petir lalu membentuk menjadi naga.

Sihir itu dengan sangat cepat sekali menuju ke arah Celsi.

Tetapi Celsi hanya diam dan menancapkan pedangnya ke tahah.

Lalu dia tersenyum.

< Dragon lighting > itu membuat kerusakan yang sangat dahsyat. Membuat lubang yang sangat dalam.

"Apakah aku berhasil?"

Asap-asap mulai berhilangan dan melihat lubang yang sangat dalam.

Penonton hanya bisa terdiam dan ketakutan melihatnya.

"Sial. Dimana dia...— mungkin kah?"

Zer'o menolehkan kepalanya kebelakang dan melihat seekor kupu-kupu hitam biru yang ada di belakangnya.

"Ini sudah berakhir."

Kupu-kupu hitam biru itu semakin banyak dan membentuk Seperti manusia dan itu ternyata adalah Celsi sambil memegang jantung.

Celsi meremasnya dengan kuat hingga pecah.

Zer'o pun kehilangan kesadarannya dan jatuh.

Sedikit demi sedikit, Tubuh Zer'o menjadi kupu-kupu hitam merah dan menghilangkan.

Celsi pun perlahan-lahan turun ke tanah dan menempelkan tangannya tanahnya.

< ReTime >

Mengembalikan waktu untuk memperbaiki lantai yang sangat hancur karena mereka berdua lakukan.

"Bukankah mereka terlalu berlebihan."

Penonton mengatakan sambil ketakutan.

Wasitnya tercengang,lalu dia mendengar suara waktunya sudah habis dan menyatakan Furudo Celsi lah pemenangnya.

"Hmph. Seperti yang ku Duga. Aku lah pemenangnya."

Celsi berjalan ke pintu keluar.

Peserta yang lain merasa ketakutan melihatnya pertandingan mereka.

Namun ada satu peserta yang membuka suaranya lalu berteriak dan berkata "Dasar monster. Kau berani sekali membunuh teman Sendiri, lalu pergi tanpa ada masalah apapun!"

Peserta yang lain membenarkan perkataan itu mereka menyoraki Celsi dengan kata-kata "Dasar monster!"

Celsi berhenti, memutar badannya dan berjalan ke tengah-tengah arena.

"Kalian pikir dia mati dengan semudah itu?" Dengan suara yang keras.

Setelah itu Celsi menyuruh Zer'o untuk keluar dan menyuruhnya ke depan Celsi.

Katana milik Celsi meluncur dari atas dengan kecepatan tinggi menghampiri Celsi.

Namun, Celsi menghentikannya dengan dua jari.

Seseorang yang berjubah hitam itu muncul di depan Celsi.

"Aku kalah lagi ya?"

"Mungkin."

Dia melepaskan jubahnya dan tertawa terbahak-bahak.

"Lihatlah dia masih hidup. Benarkan Zer'o?"

"Kau memang bisa membunuhku tetapi kau tidak bisa menghapus keberadaanku karena diriku sangatlah banyak."

Kemudian mereka berdua memberikan sebuah jari tengah sebagai salam perpisahan mereka.

Setelah itu Zer'o mengucapkan "kita akan bertemu lagi nanti."

Zer'o pun menghilangkan dari tatapan mata.

Peserta terkejut dan terdiam. Lalu Celsi pun berjalan untuk keluar dari arena itu sambil mengucapkan "aku hanya manusia biasa yang numpang lewat. Ingat itu."

Setelah pertandingan tadi Celsi dibawa ke test mana.

Yang dimana seorang penyihir harus memiliki mana yang cukup untuk memenuhi syarat.

Peserta disuruh untuk menempelkan tangannya ke sebuah tembok tertentu untuk mendapatkan hasil mana.

Peserta lain mendapatkan hasil mana

30.224 , 41.036 , 45.385 .

Namun Celsi mencobanya hanya mendapatkan hasil 8.

"Mungkin manaku habis terkuras karena tadi."

Seorang guru menyuruh Celsi mengulang kembali. Hasilnya tetap sama.

Celsi menepuk dahi.

"Padahal kakak pernah mengatakan bahwa manaku itu sangat banyak sampai tak terhitung. Mungkin karena aku kebanyakan memakai sihir tadi."

Celsi melupakannya dan langsung menuju ke test terakhir.

Test kali adalah test matematika.

"Argh. Aku benci matematika."

Beberapa waktu setelah itu.

Celsi dipanggil oleh bapak guru menyuruhnya kedepan.

"Kenapa nilaimu hanya 32?"

"Maaf, aku tidak terlalu pintar matematika."

Sambil tertawa malu-malu

"Kau tidak lulus."

Mata Celsi melebar.

"A-a-apa maksudnya." Dengan lantang.

"Aku akui kau kuat. Tapi otakmu..." Pak guru itu pun menghela nafas.

"Sial. Padahal aku sudah berusaha."

Seseorang mengetuk pintu.

"Silahkan masuk." Ucap pak guru.

"Baik."

Celsi seperti pernah mendengar suara itu tapi dia tidak tahu kapan mendengar suara itu.

"Maaf jika menganggu, Kata kepala sekolah. Furudo Celsi lulus test ini tanpa mengerjakanya."

Celsi menetaskan peluh nya,Karena melihat seseorang yang datang.

Dia adalah Chelya. Orang yang pernah membunuh Celsi di mimpinya.

Guru itu menghela nafas.

"Baiklah. Furudo Celsi dinyatakan lulus dalam test masuk SMK."

"Sial. kenapa dia ada disini."

Chelya tersenyum melihat Celsi.

"Apa-apaan itu."

Setelah selesai dari semua test itu matahari hari mulai terbenam.

Celsi hanya berjalan sendiri.

Namun Chelya menunggunya pintu.

Celsi berhenti.

"Ngapain kau disana."

"Aku menunggumu dari tadi."

"Apa aku punya urusan denganmu?"

Chelya mendekati Celsi—menaikkan dagu Celsi dengan jari telunjuknya.

"Tidak. Aku hanya ingin kau mengantarkanku ke rumahmu—bersama kakak Rika."

"Bagaimana dia tau?"

"Bagaimana aku tau?"

Chelya berjalan ke pintu— "karena aku adalah Tuhan di dunia ini. Karena dunia ini hanya hiburanku dan kau adalah diriku untuk cerita ini."

"Bukan saatnya bermain."

"Bermain? Ini sudah malam. Antarkan aku ke rumahmu. Cii..."

Celsi mau tidak mau harus menurutinya dan menyuruh untuk memegang apapun di tubuhnya.

Chelya memeluk Celsi dari belakang dan memegang p*l*r Celsi.

"Oi apa yang kau lakukan?"

"Aku menuruti apa yang kau perintahkan."

Chelya menggerak-gerakkan badannya.

Celsi hampir jatuh dan mereka langsung berteleport ke atas meja makan.

Rika terkejut melihat kedatangan mereka sambil memegang ikan.

"Apa yang kau lakukan Celsi!!!"

Rika menggenggam tangannya dan mengeluarkan aura yang sangat kuat.

"Sial,dia marah."

Chelya bersembunyi dibelakang Celsi.

Rika memukul kepala celsi dan kepalanya meneteskan darah.

Beberapa setelah itu mereka duduk di ruang tamu bersama Chelya.

"Lalu siapa dia?kenapa kau pulang bersamanya dan kenapa kau berteleport ke meja makan?"

"Ceritanya panjang."

"Humph.... Sekarang kau bersihkan itu dan kau tidak akan tidur dipahaku."

"Tapikan kita sudah berjanji?"

"Tidak ada tapinya. Sekarang."

Disisi lain. Chelya tertawa terbahak-bahak dengan suara kecil sambil menutup mulutnya karena mereka berdua.

"Melihatnya secara langsung lebih enak daripada melihatnya dari TV.

Celsi pun pergi meninggalkan ruang tamu dan membersihkan makanan yang berhamburan.

"Dasar Celsi. Lalu siapa kau?"

Rika menanyakannya kepada Chelya.

"Aku adalah Lya. Pacar baru Celsi."

"Begitukah, lalu bagaimana dia? Apakah dia lulus?"

"Iya."

Rika pun merasa bangga dan senang mendengar itu.

Berbincang-bincang tentang sesuatu.

Disisi lain Celsi sudah selesai membersihkan nya.

"Akhirnya." Sambil menghapus peluh.

Celsi pergi ke ruang tamu untuk memberi tahukan Rika kalau dia sudah membereskannya.

"Sudah selesai kak."

"Sudah selesai? sekarang antar pacarmu pulang."

Celsi bingung.

"Pacar?"

Celsi Menghela nafas.

Kemudian Celsi dan Chelya berjalan ke luar.

"Hei, apa yang kau bicarakan dengan kakakku?"

"Tidak apa"

Chelya tertawa membelakangi Celsi.

"Kurasa itu bohong."

Celsi teringat mimpinya lalu menanyakannya.

"Kenapa kau membunuhku?"

"Karena itu adalah sebagai tanda bahwa kau adalah mainanku."

"Aku menyesal menanyakannya."

"Hahaha. Kamu lucu."

Mata Celsi langsung melebar. Dia seperti mengingat kejadian di masa lalunya.

"Ada apa? Cel Chan?"

"...."

Setelah itu tiba-tiba mereka berdua berada di dalam ruangan yang banyak pintunya.

Celsi dan Chelya berada di tengah-tengah ruangan.

Lalu Celsi merasakan aura orang asing di belakang pintu-pintu.

"Percuma kalian bersembunyi."

Meraka pun keluar dari pintu-pintu.

Orang-orang yang berjubah hitam dengan memakai topeng monyet berkumpul, mengelilingi mereka berdua.

Seseorang berjalan maju untuk mendekati Celsi.

Dia berhenti.

"Hahahaha. Hei kau biru. Ikutlah denganku.

Membuka topengnya. Memiliki mata sipit. Berambut putih dan tersenyum-senyum tidak jelas.

"Bergabung? hahahaha aku bergabung dengan kelompok monyet?"

"Beraninya kau!"

< Speed Down >

Mereka mengaktifkan < Speed Down > untuk memperlambat gerakan Celsi.

"Gyahh.... Sial."

"Hahahahahahaha..... Sekarang kau tidak bisa bergerak dengan normal karena kami telah menurunkan kecepatanmu hahahahaha."

Puas ketawa dia melihat Chelya.

Dia bersiul dan menyuruh untuk menangkap Chelya.

"Kyahhh.... Ap-apa-apan ini?"

"Chelya!!!"

Dia mengarah ke Chelya. Menatapnya dengan cabul.

"Kau..."

"Kenapa? Ohh.... Mungkinkah dia pacarmu?atau jodohku?"

"Bacot."

Celsi teleport ke depan dia lalu menendang kepalanya.

Dia terpental jauh.

< Anti magical >

Anak buahnya mengaktifkan < anti magical > supaya seseorang yang ingin menggunakan sihir tidak berfungsi.

"Kalian... Percuma mengaktifkannya. Karena aku kebal terhadap itu. sekarang...akan memotong kepala kalian semua."

Celsi tersenyum jahat.

Celsi membuka tangannya.

Cahaya yang keluar membentuk katana nya yang berbilah hitam.

"Sekarang...Ucapkan selamat tidur."

"Dia mengamuk!!!"

Meraka melepaskan Chelya dan semua pun berlari-larian.

Namun Celsi dengan cepat berteleport.

Satu demi satu memotong kepala mereka.

Ada orang yang jatuh. Dia melihat Celsi.

Celsi tiba-tiba muncul didepan matanya.

Dia mundur dengan ketakutan.

"Jangan mendekat"

"Haaa??????"

"Monster!!!!!"

*Sing

Memotong kepalanya.

Menghela nafas.

"Tidurlah dengan nyenyak."

"Oi kau!"

"Huh? Apa?"

"Ayo pulang."

Pipi Chelya memerah.

Celsi menanyakannya namun Chelya tidak menjawabnya.

Chelya berjalan menuju ke Celsi lalu menghilangkan.

"Cewe sialan. Ditinggal aku b*ngs*t."

Melihat ke pintu-pintu.

"Hemdeh... Banyak sekali pintu."

Celsi memikirkan bagaimana cara untuk keluar dari ruangan yang begitu banyak pintu.

Celsi mendapatkan ide.

Celsi teleport ke depan rumahnya.

menghela nafas.

"hari yang sangat menyedihkan."