Chereads / Manusia Biasa Yang Numpang Lewat / Chapter 9 - Rasa benci

Chapter 9 - Rasa benci

Sebelumnya sekolah SMK adalah sekolah yang besar dan segar, Sekarang hanya kan bangunan yang hancur dan runtuh juga darah bercucuran dibawah runtuhan. Ada beberapa siswa siswi yang tersisa berkumpul di depan guru yang dibelakangnya Runtuhan besar, mungkin itu adalah kelas 1B. Celsi menyelip-nyelip siswa siswi sampai dia bisa melihat guru didepan.

"Dengar semuanya! Sebelumnya saya sebagai kepala sekolah meminta maaf kepada kalian semua, karena telah membiarkan rekan-rekan kita meninggalkan kita. Mungkin ini karena kelalaianku. Andai saja aku bisa menyelamatkan mereka semua."

Mereka sebagai murid hanya diam menundukkan kepalanya, ada yang menangis dan ada juga yang putus asa. Tapi saat itu juga... Bangunan yang runtuh dan hancur bersinar dan kembali menjadi semua, juga ada beberapa siswa siswi yang lain hidup kembali berkumpul di dibelakang mereka. Saat mereka membuka mata, mereka terheran-heran bisa hidup kembali.

"Aku hidup kembali? Bukannya aku tadi mati tertimpa runtuhan?"

Dan guru-guru yang mati juga hidup kembali. mereka yang lain mendengar suara keheranan, pada waktu itu juga kesedihan mereka hilang. Mereka ada yang menunjuk temannya, ada yang berlari dan berpelukan dan ada menyapa. Di tengah-tengah kegembiraan Celsi keheranan pada mereka.

"Mereka hidup kembali?"

Pada gembira berikut, ada yang menanyakannya hal tersebut.

"Siapa yang melakukan segalanya ini?"

Ada seseorang menjawabnya.

"Aku lah yang melakukannya!"

Dia berjalan ke segerombolan siswa siswi dan guru. Seorang siswa kelas 3C yang ganteng, rambut pirang kuning tergerai ke bawah, dan bermata merah seperti api yang membakar nya. Dia juga memakai dasi yang sama seperti Celsi yaitu dasi warna hitam. Saat itu ada yang mengenal dirinya.

"Dia..."

Celsi planga plongo kebingungan dengan keadaannya yang sekarang. Dia berhenti di depan mereka, berdiri tegak, mencekik pinggang sebelahnya dan tersenyum lebar dengan penuh percaya diri.

"Aku adalah Ali, kelas 3C. "

Guru yang lain melihatnya nampak keheranannya dengan keberadaannya.

"Tidak, tidak, tidak! Mana mungkin kau pelakunya yang menghidupkan kami! Kau hanya murid yang mengunakan dasi hitam! Yang melambangkan kekuatan kalian dibawah rata-rata! Haha...!! Lagian kau juga sering tidak masuk sekolah! "

Pandangan Ali berubah menjadi datar Setelah mendengarnya. Hal berikutnya, membuat yang lain ketakutan. Guru tersebut terbakar dan menjadi abu dalam sekejap.

"Terus kenapa kalau aku mengunakan dasi ini? Bukannya dari kalian juga yang menyuruhku untuk menggunakannya? Huh... Entah kenapa guru disini otaknya lebih kecil dari otak kuman."

Ali meniup debu tadi dia bergerak membentuk manusia dan muncullah guru tadi yang mengejeknya. Yang lain ada yang kagum dan ada yang takut dengannya karena dia sadis telah membunuh gurunya sendiri. Ali berjalan padanya, mencengkram baju guru tersebut dan mengangkatnya keatas.

"Berterima kasih lah sebelum kamu mati lagi. Pak Arif! "

Melepaskannya dan terjatuh. Ali berjalan meninggalkan mereka semua. Celsi aneh dengan mereka, padahal dia sudah membantu dan menghilang kesedihannya namun mereka membalasnya dengan ketakutan dan kebencian, tapi tidak semuanya, ada 2 atau 3 yang berterimakasih pada nya dan sisanya kesal apa dirinya. Celsi tak pikirkan lama berdiri di depan mereka.

"Semuanya! Bukannya dia sudah membantu kalian? Dia juga membuat sekolah kita kembali menjadi semula dengan sekejap dan dia juta menghidupkan kembali rekan-rekan kita kan?"

Tapi tanggapan mereka jauh dari ekspetasi Celsi, mengira bahwa hasilnya akan bagus namun kenyataannya... Mereka malah memasang tatapan sinis kepada Celsi, Celsi tak terdiam dan tak tau harus bagaimana. Tiba-tiba seseorang menarik kerah bajunya, menyeretnya dan melemparkannya ke bawah pohon.

"Hei, apa yang kau── A..??"

Celsi tercengang dan matanya melebar, Chelya lah yang melakukannya pada dirinya.

"Jangan melakukan hal yang tidak berguna!"

Celsi lega dengan kehadirannya.

"Syukurlah kamu masih hidup, Chelya! "

Celsi berdiri, tamparan yang menyambutnya.

"Kamu pikir, aku bisa mati semudah itu?"

Chelya memalingkan wajahnya tapi Celsi tidak mengerti apa yang dia lakukan.

"begitukah? Bagaimana kamu hidup kembali setelah tubuh dan kepalamu terisap oleh black hole milik Rein? Dan kenapa kepala kamu bisa lepas dari tubuhnya?"

Chelya tersipu malu, membuka mulut kecilnya.

"Kamu perhatian padaku!"

Dia sambil menggerakkan kedua tangannya di sela sela selangkangannya, Celsi membuang mukanya sebagai respons terhadap gerakan

Chelya yang membingungkan.

"Ditanya apa, reaksinya apa."

"Tidak, baru pertama kali aku diperhatikan begini dengan orang yang aku cintai."

Chelya memegang dagu Celsi, melengahkan sehingga mereka berhadapan dan saling menatap satu sama lain.

"Dengar ya! Aku adalah Tuhan. Aku tidak akan mati selama diriku di alam tinggi masih hidup."

Celsi ragu mendengarnya tapi matanya tidak menunjukkan kebohongan sedikitpun dalam dirinya. Tapi Celsi yakin bahwa itu hanya melebih-lebihkan dirinya, mungkin karena dia hanya ingin menjadi tuhan makanya Chelya berbicara begitu. Berikutnya Celsi menertawakannya.

"Hahahahahaha..."

Chelya melepaskannya dengan pelan dan mundur perlahan.

"Kalau memang dirimu tuhan. Maka buktikanlah kebenarannya pada diriku dan perlihatkan kekuatan Tuhan yang kamu miliki. Jika kamu tidak membuktikan nya maka aku menganggapmu sebagai manusia biasa."

"Jika benar? Maka kamu harus mengakui ku sebagai dirimu yang dulu."

Celsi melepaskan tawaan yang terakhir kalinya untuk lolucon baginya.

"Hahaha... Baiklah aku akan menepatinya."

Chelya berbalik badan dan Celsi berjalan, sejajar dengan nya.

"Itu akan aku buktikan nanti, terlebih lagi. Kita harus menghentikan Sura dan Rein jika tidak, mereka akan menghancurkan Tenggarong."

"Ya! Tentu saja."

Pada saat ini ada lelaki berjalan menuju ke mereka, menepuk pundak Celsi.

"Kalian tidak akan bisa menghentikan dia, jika tidak bersamaku."

Celsi terkejut dengan kehadiran Zer'o yang menepuk pundaknya.

"Zer'o?! "

"Yo."

"Kamu juga masih hidup?"

Menghela nafas.

"Berapa kali aku harus bilang padamu agar kamu bisa mengingatnya."

Seteleh kejadian itu. Beberapa hari berlalu, tidak ada masalah seperti Sura dan Rein menyerang Tenggarong atau keributan apapun. Semua berjalan lancar seperti hari-hari biasanya. Celsi, Chelya, dan Zer'o menjalani hari yang biasa juga. Pada hari Sabtu, jam 13:45 sekolah SMK pulang. Celsi dan kedua temannya juga pulang berjalan bersama tapi mereka pulang disaat sekolah sudah sepi, tertinggal mereka saja.

"Akhirnya! beberapa hari ini agak menenangkan. Ahhh.... Walau di spam pelajaran matematika, fisika, dan kimia sih." Celsi

"Benar juga." Zer'o

Sesampainya mereka di depan gerbang sekolah, Mereka berhenti dan masih berbicara. Celsi teringat bahwa saat beberapa hari yang menenangkan, Shin tidak pernah turun sekolah lagi.

"Apa kalian pernah melihat Shin belakangan ini?" Celsi

Chelya menggelengkan kepalanya sebagai respons nya.

"Tidak." Zer'o

Celsi penasaran dengan keberadaannya sekarang, memikirkan bagaimana cara menemukannya. Sebuah ide muncul dari otaknya.

"Kalau begitu. Chelya, beberapa hari lalu kamu menganggap dirimu tuhan. Tuhan itu makhluk nya maha tau, jadi apakah kamu tau?" Celsi

"Aku tau kok."

"Benarkah? Bagaimana kita temui dia?"

"Tapi aku malas memberitahu mu."

"..."

Zer'o tertawa kecil melihat tingkah mereka. Mereka berjalan bersama lagi, menyeberangi jalan. Saat itu juga petir emas menyambar mereka tapi membuat kabut yang tebal, selanjutnya kabut menghilang, mereka tidak tergores sedikit pun atau luka terhadap petir emas.

"Yo!"

Sura berjalan didepan mereka berdampingan bersama Rein, secara tidak sengaja Celsi kesal dengan Sura karena memiliki dendam akibat telah membunuh Chelya didepan matanya, menggertak giginya karena kedatangan mereka di didepannya. Di Tangan Celsi, Muncul pedang katana bilah hitam miliknya. Menerjang Sura dengan kecepatan cahaya, tapi sayangnya serangan tersebut ditangkis oleh Rein dengan mudah menggunakan mandau.

"Minggirlah tua..!!"

Setelah mendengar kata-kata tersebut, Rein marah dengannya karena tidak terima dikatain tua oleh Celsi.

"Tua?!"

Menendang Celsi sehingga dia terpental jauh,

"Celsi..!!!!"

Zer'o dan Chelya mengucapkannya dengan waktu yang bersamaan, Saat terjatuh dan mencoba bangkit kembali tak disadari Rein berteleport berada di titik buta Celsi dan mengayunkan mandaunya ke arah leher Celsi, tapi serangan yang datang ke Celsi menjadi batal. Zer'o dengan sigap menyodorkan sabit besarnya yaitu < Soalf > di leher Rein membuatnya tidak memotong leher Celsi.

Rein semakin kesal dengan mereka, berteleport ke belakang Zer'o. Dia lengah Karena teleportnya instan, Rein menendang Zer'o sehingga keduanya terlempar ke salah satu rumah terdekat. Rumah tersebut bolong akibat mereka berdua. di lain sisi Chelya bertarung mengunakan pedang katana bilah hitam yang sama seperti Celsi melawan Sura dengan Mandau emasnya, tapi pertarungan mereka sedikit berbeda dari sebelumnya. Sura kewalahan menghadapi Chelya, berbeda dengan sebelumnya yang mereka sangat sengit untuk bertarungan. Ayunan pedang Chelya dan hempasan pedang Chelya cepat sekali dari sebelumnya sehingga serangannya seperti kecepatan cahaya bahkan mungkin lebih dari kecepatan cahaya. Sura hanya menangkis dan terus menangkis serangannya, pada akhir kesempatan untuk Chelya menghempaskan senjata Sura dari tangannya, melayang hingga tergeletak di salah satu atap perumahan.

Rein berjalan mendatangi Celsi dan Zer'o yang rebah, tiba-tiba tubuh Rein menjadi partikel-partikel emas dan menghilang. Rein menghilang karena tidak ada siapapun yang memegang Mandau emas sakti tersebut, Mereka berdua bangkit dari tiduran.

"Bodo! Seharusnya kamu memenggal kepalanya bukan hanya menodong nya." Celsi

"Mana aku tau! Dia tiba tiba menghilang dari tatapanku." Zer'o

Setelahnya, Mereka berdua berlari keluar rumah untuk mencari Sura, Saat keluar ada asap yang mengelilingi mereka berdua dan selanjutnya asap itu berjalan di depan mereka lalu muncullah Shin kull di sana. Yang sedang mengisap rokok lalu menghembus.

"Yo. Manusia biasa yang numpang lewat! Sudah lama tak berjumpa." Shin

Celsi terkejut dengan sosok kehadirannya, ternyata dialah makhluk abstrak tersebut dan Celsi langsung mengetahui awalan dari 'S' itu adalah 'Shin' .

"Shin...?!" Celsi

"Sudah tau? Baiklah kalau begitu."

Rokok tersebut memanjang dan Pedang panjang muncul di tangan Shin. Memamerkannya kepada Celsi,

"Hibur aku!"

Celsi Menghelakan napas sebagai tanggapan ke Shin, berjalan mengabaikannya dan meninggalkan mereka untuk mencari Sura. Shin terbengong melihat kelakuan dirinya.

"Apaan dia itu?"

Zer'o secara tidak langsung bersentuhan dengan bahu Shin yang kemarin dia tidak bisa sentuh.

"Perasaan dia sedang kacau. Biarkan saja, jika kau masih berusaha keras menganggunya maka langkahi aku terlebih dahulu!"

Pedang ditangannya menghilang, dan mengambil rokok di saku lalu menimbunnya.

"Baiklah baiklah. Padahal aku kemari ingin bersenang-senang. Walau umurku sudah dibilang tua tapi aku masih ingin merasakan kesenangan"

"Kalau kita tidak dimainkan pemain, mending kita menonton saja. Gimana?"

Shin menganggukkan kepalanya sebagai respons dan Mereka berdua duduk di melihat pertarungan Chelya melawan Sura. Popcorn muncul dari tangan Shin, menyorong pada Zer'o sebagai tawaran. Zer'o terkejut dan mengambilnya.

"Terima kasih"

Memakannya, dan Mereka berdua makan bersama sambil menonton Sura kualahan melawan Chelya. Sura hanya terus menghindar dan menghindar dari serangan pedang Chelya yang Mengayun. Celsi datang dan melihat pertarungan mereka setelahnya disaat Chelya mendapatkan celah untuk membunuh Sura dan pada saat itu juga Celsi muncul ke pertempuran, membatalkan rencana Chelya yang berlian dan membantu Sura. Sura terkejut dengan kejadian ini, hal yang tak terduga.

"Apa yang kamu lakukan?" Chelya

"Kamu tidak mempunyai kewajiban untuk membunuhnya." Celsi

"—" Sura

"Hah..?! Apa yang kamu bic- " Chelya

Percakapan dipotong dengan Celsi melemparkan bola api di dekat kaki Chelya.

"Jangan mengambil kewajibanku!" Celsi

Celsi menerjang Chelya. Peraduan pedang terjadi, Chelya menghempaskan senjata membuat Celsi terpental lalu mendarat.

"Apa kamu sudah gila?" Chelya

Celsi maju dengan tatapan datar. Chelya terus berusaha menyadarkan Celsi tapi tetap saja tidak cukup untuk membangunkan amarah darinya sehingga Celsi dan Chelya berkelahi satu sama lain. Perkelahian yang hebat antara mereka berdua, Chelya terus mendapatkan titik buta Celsi tapi terus diblokir oleh Celsi. Chelya terkejut lagi dengan dirinya bisa tau serangannya.

"Apa apaan dia ini?" Chelya

Saat ini, Sura mendapatkan sebuah kesempatan untuk mencari Mandau emasnya. Dia loncat ke atas atap perumahan sekitar dan mengamati sekelilingnya mencari Mandau tersebut, sehingga beberapa saat kemudian dia menemukannya.

"Ketemu kau!"

Berteleport ke sana dan pada saat menjemputnya, tubuh Sura tiba-tiba saja tidak bisa bergerak.

"A-a-apaan ini? Tubuhku tidak bisa bergerak."

Seseorang menjemput Mandau emasnya. Sisi lain dari situ, Chelya tidak menduga hal ini terjadi. Chelya hanya terus menghindar dan menangkis serangan dari Celsi yang terus menerus datang kepadanya. Chelya berpikir kenapa dia begini.

"Tenanglah Celsi! Aku tidak akan membunuhnya."

Celsi tak menghiraukan ucapan Chelya, dia terus saja melepaskan serangan. Tengah-tengah keributan yang terjadi, tombak misterius yang terbuat dari cahaya matahari datang dari langit. Mengenai tangan kiri Celsi yang menggunakan pedang katana, yang sehingga tangannya jatuh ketanah. sasaran tersebut sengaja di lancarkan supaya dapat menghentikannya. Rencana itu berhasil membuatnya terdiam karena pada dasarnya Celsi adalah pengguna tangan kiri.

Celsi mampu meregenerasinya namun tak bisa mengunakannya. Pada saat yang sama kepalanya dipegang oleh tangan seseorang dan menghempaskannya di bawah, sehingga menghancurkan jalanan tersebut.

"Sudah cukup! Kau terlalu cepat terbawa emosi jika targetmu diambil."

Ternyata dia adalah Ali yang menghempaskannya dan mengambil Mandau dari Sura. Chelya terkejut, tak menyadari keberadaan Ali begitu juga Celsi yang seharusnya dia menyadarinya. Chelya hanya berdiri tegak melihat. Ali mundur perlahan dan Celsi bangun dari tempat, kepala penuh dengan darah melototi Ali. Sebelum menyadarinya, dia mengira bahwa yang didepannya adalah gilgamesh dari anime fate.

"Gilga? Makhluk gajelas itu membuat anime lagi kah?" Celsi

Pada saatnya, Celsi hanya dapat mengunakan kaki kirinya untuk melawannya tapi sayangnya Tendangan yang diluncurkan ditangkap dengan mudah dan dia dibanting oleh Ali dan alhasil bantingan itu membuatnya menyadarkan diri dan terkejut dengan sosok yang mirip dengan karakter dia kenal.

"A-ali?" Celsi

"Sudah sadar?" Ali

Celsi bangun dari tiduran, Chelya berlari lalu memeluknya dengan erat. Ali terkejut melihat kelakuan Mereka di hadapannya membuatnya teringat seseorang yang memeluk erat dan hangat kepada-nya.

"Kamu kenapa Celsi?"

"Ah.. Maaf. Aku terbawa emosi."

"Tidak apa."

Perlahan melepasnya. Ali sedikit sedih Karena teringat dengan masa lalunya, lalu dia berjalan meninggalkan tempat tersebut.

"Ibu..."

Setelahnya berakhir. Terdengar suara Sura yang berteriak minta tolong diatas atap rumah orang, dan padangan mereka teralihkan. Sura berposisi mengambil sesuatu dan tidak bisa mengerakkan apapun dari situ.

"Kali ini biar aku yang melakukannya."

"Baik-baik."

Tangan kiri Celsi sembuh dan dia bisa menggunakan kembali. Pedang katana bilah hitam yang masih ada ditangan sebelum menghilang dan muncul digenggaman tangan kirinya yang sekarang.

"Terimakasih Chelya." Suara yang tulus ikhlas dalam hati Celsi keluar dari mulutnya yang kecil.

Chelya tersipu malu dan memalingkan wajahnya. Berjalan perlahan dan berteleport disamping Sura.

"Yo. Orang cina, apa kau baik-baik saja?"

"Tentu, baik baik saja. Bocah yang numpang lewat!"

Setelahnya, Ayunan terakhir dari Celsi memotong kepala Sura. Badan dan Kepalanya terjatuh, mengangkat kepala rambut putih tersebut lalu menendangnya seperti bola.

Beberapa saat setelah menonton kejadian-kejadian yang baru saja terjadi, popcorn Shin habis.

"Sudah habis?"

Zer'o berdiri begitu juga dengan Shin.

"Terima kasih makanannya."

"Sama-sama."

Pertanyaan yang melintas dari otak Zer'o. Sekarang dan tadi. Siapa yang menemani ku?

"Anu... Siapa kamu?"

Suasana enggan untuk membicarakannya.

"Aku adalah Shin Kagawa. Mahkluk abstrak."

Secara tidak sadar Zer'o telah berinteraksi dengan mahkluk yang dianggapnya sebagai makhluk buangan dari Tuhan.

"Eh?!"

Kesunyian terjadi antara keduanya dengan Shin berekspresi datar dan Zer'o berekspresi terkejut. Otaknya tercampur aduk Karena hal-hal yang aneh terjadi dari awal.

Pada hari Minggu setelah hari Sabtu kemarin terjadi banyak hal. Tempat tersebut dijadikan bahan perbincangan orang dan berita di televisi. Mayat yang tergeletak di atas atap tanpa kepala, rumah yang hancur, dan jalanan yang hancur akibat kejadian kemarin. Tapi beruntungnya mereka saat itu orang-orang tidak ada dalam kejadiannya.

Celsi tiba-tiba mematikan televisi saat Rika dan Kurumi menontonnya. Celsi Menghelakan napas lalu melempar remote sembarangan kemudian pergi ke kamar kembali. Saat dikamar dia berbaring di kasurnya lalu Menghelakan napas.

Dia Mengingat kejadian kemarin, rasa sakit yang membuatnya tak menyadarkan diri seolah-olah dirinya dikendalikan oleh perasaannya sendiri. Sehabisnya mengingat itu dia juga heran kenapa dirinya menyerang Chelya.

"Kenapa aku menyerang Chelya? Entah Kenapa, waktu itu diriku seperti dikendalikan."