Chapter 7 - Teman

Hujan yang deras disiang hari, pohon dan ranting yang gosong, tanah yang bolong, jalanan yang retak. Tempat dimana, Sura, Rein mendatangi Celsi, Chelya dan Zer'o yang di sambut oleh petir yang menyambar mereka, namun mereka tidak berakibatkan apapun karenanya. Suasananya yang nampak enggan, karena kehadiran Sura dan Rein.

Celsi kaget dengan Sura kenapa dia masih bisa hidup kembali.

Celsi: Kau!!! Orang sipit! Kenapa kau bisa hidup kembali?!

Sura: biarkan aku bercerita sebentar. Saat kamu membelah dua tubuhku dengan pedangmu. Aku tidak bisa meregenerasi tubuhku, Karena pedang yang kau miliki itu. Sampai-sampai aku harus terus, terus, terus, dan terus memaksakan diri untuk meregenerasi walau berkali-kali mencoba tetap gagal. Pada akhirnya aku mati dan bereinkarnasi. Pedangmu bukan pedang biasa.

Celsi terkejut mendengarnya, ia kemudian melirik kepada Chelya.

Celsi: apa maksudnya?

Chelya: Benar kata dia, Tidak seperti katana biasa yang tujuannya untuk menimbulkan kerusakan pada fisik, katanamu itu khusus aku buat sebagai senjata konsep, dan digunakan untuk menyangkal keberadaan konsep.

Dia masih kebingungan dengan pernyataan tersebut. Mengaruk kepalanya, dia seperti kurang paham dengan apa yang mereka bicarakan.

Chelya menghelakan napasnya.

Chelya: sebagai contohnya adalah si S. Si Mahkluk abstrak tersebut, kita bisa berinteraksi padanya dengan cara mengunakan Katana yang aku berikan padamu itu. Karena dia tercipta dari konsep takdir.

Celsi agak sedikit paham dan berhenti mengaruk kepalanya.

Celsi: baiklah, sepertinya aku paham sekarang. Tapi...

Dia Melihat makhluk abstrak sama seperti Shin di samping Sura. Dia kepikiran untuk memunculkan katananya untuk mencobanya, Apakah pembicaraan tadi itu benar atau tidak.

Katana itu muncul ditangannya.

Tidak ada yang berubah. Dia tetap tidak bisa melihat mahkluk abstrak.

Celsi kesal dengan Chelya.

Celsi: Apa maksudnya ini?! Kau membohongiku?!

Chelya: aku tidak berbohong, cuma kamu aja yang tolol.

Chelya menunjuk Celsi. Kupu-kupu muncul dari kukunya, terbang dan singgah pada dahinya. Pengelihatan Celsi kabur. Dia mengedip-ngedip matanya, setelahnya dia bisa melihat lagi dengan jelas. Sekarang, Celsi bisa melihat siapa yang di samping Sura.

Chelya mengulang hal yang sama kepada Zer'o.

Pengelihatan yang bisa melihat mahkluk halus, abstrak, bahkan Mahkluk bisa menghilangkan keberadaan atau menghilangkan dirinya pun bisa dilihat, karena pengelihatan yang Chelya berikan pada mereka melalui kupu-kupunya.

Celsi & Zer'o : aku bisa melihatnya! Siapa dia?

Sura: pertama, perkenalkan diriku. Aku adalah Sura. Dan dia, adalah Rein, sang Lembuswana prasejarah.

Hujan semakin deras.

Air hujan yang berbeda mengenai tubuh Zer'o, dia kesakitan, seperti di peluru yang ditembakkan padanya.

Setiap air hujan yang jatuh, dia merasa kesakitan saat mengenainya.

Zer'o: gyahh!! Apa ini? Air? Peluru?

Chelya dan Celsi melihatnya dengan keheranan, mereka loncat menjauh darinya. Tubuh dalam Zer'o seperti di obrak Abrik karena air hujan tersebut.

Berteriak kesakitan, organ dalam tubuhnya bolong, pecah, tidak beraturan, aliran darahnya tidak mengalir seperti biasanya.

Kejadian ini terjadi, berkat Rein yang memanipulasi air hujan tersebut.

Setelah lama kemudian, Zer'o mati di tempat.

Rein berkeinginan untuk menyambar Zer'o, tiba-tiba Petir emas yang menyambar Zer'o entah dari mana membuatnya menjadi abu dalam seketika.

Celsi menggertak giginya dan kesal setelah melihat temannya mati.

Celsi: kau, apa yang kau lakukan?!

Rein: aku hanya mencoba kekuatanku, apakah kekuatanku masih ada atau tidak.

Celsi mengayun tangan kanannya, seperti ingin membantah Rein. Namun... Dia hanya diam menundukkan kepalanya kebawah.

Mendengar suara air hujan yang berjatuhan, dia Mengangkat kepalanya dengan keberanian yang diselimuti oleh kekesalan.

Celsi: kalau begitu... bagaimana aku melawan mu? Dan dia, melawan orang sipit disampingmu itu?

Rein sedikit tersenyum. Tak lama kemudian Rein memindahkan mereka berdua termasuk dirinya dan Sura ke neraka jahanam, pemandangan yang disekelilingnya terdapat Api yang paling panas yaitu api putih. Seperti goa, ada sungai api putih kecil maupun sungai api putih besar pun ada disekitar, meletus dan meletup karena mendidih.

Pijakannya hanyakan tulang yang telah meleleh terus membeku.

Rein: Baiklah anak muda. Aku menerima permintaanmu.

Celsi terkejut, Melihat sekitar. Dia telah berada di neraka.

Celsi: tempat apa ini?

Chelya: neraka. Perempuan itulah yang membawa kita ke tempat ini.

Rein sedikit kagum dengan perempuan yang membicarakan tentangnya.

Rein: pintar juga kau!

Kupu-kupu hitam biru berkumpul di punggung Chelya, dan sebuah katana muncul di sana.

Perlahan, ..... dia menariknya keluar.

Dia baru saja telah membuat senjata konseptual baru. Katana berbilah hitam kebiruan, berayun sekali, meninggalkan jejak kupu-kupu biru hitam bercahaya yang tersisa, dan sekali lagi, meninggalkan partikel-partikel hitam yang bercahaya biru.

Modelan yang hampir mirip dari sebelumnya. namun ini, mata bilahnya terus mengeluarkan kupu-kupu hitam biru dari sana, membuatnya menjadi lebih baik dan lebih kuat dari sebelumnya.

Kemudian, Chelya melemparnya pada Celsi untuk dipakai olehnya.

Chelya: tukar!

Celsi melempar katana bilah hitam yang sebelumnya dia berikan kepada Celsi.

Celsi: yosh, kalau sudah begini...

Mengarahkan pedangnya ke depan.

Mungkin momen ini penting bagi Celsi karena dia melawan mahkluk mitologi Kutai, Lembuswana.

Akhirnya, dengan suasana yang tampak enggan, pertempuran dimulai dengan mereka salin menerjang satu sama lain.

Sura mengunakan Mandau emasnya untuk menahan serangan dari Chelya. Hal yang berbeda terjadi pada Rein yang menggunakan lengannya untuk menahan pedang dari Celsi.

Celsi agak terkejut dan heran melihat, dia tidak tergores sedikit pun dari serangannya, lengannya seperti sisik naga yang keras.

Rein menarik tangannya lalu memukul uluh hati Celsi dengan kuat, terpental jauh dengan cepat akibatnya sampai dia menembus 3 dinding neraka.

Chelya kaget mendengar suara dinding yang hancur, melengah dari arah sana, Rein yang santai berjalan menuju dinding yang hancur berbentuk manusia.

Chelya: Celsiiii...!!!!

Nyaris tak terduga, Chelya dapat menghindari serangan dari belakang yang ingin memotong Kepalanya, tapi sayangnya Tendangan dari Sura datang menendang perutnya, mengakibat dia terpental.

Tapi dia bisa bertahan dan menghentikan saat dia terpental.

Padahal dinding neraka jahanam tersebut dikatakan bahwa setiap dindingnya sekuat 10.000 buah rumah beton dalam satu ruangan.

Setiap goa yang di lewati Celsi jarak 3.567km per-goanya.

Saat ke dinding ke 4, dia menempel disana dan batuk darah.

Mengelap darah di bibirnya. Rein datang seperti rudal yang ingin menendang Celsi. Waktu yang tepat, Celsi berteleport instan menjaga jarak darinya. Tendangannya menghancurkan dinding goa, dia bangkit dari runtuhan dinding tersebut.

Saat Rein melihat ke atas, dia melihat bola air, bola api, bola udara, bola tanah, bola logam, bola kayu, bola besi, bola kegelapan, dan bola cahaya yang besarnya seperti bangunan pencakar langit jatuh dengan cepat seperti kilat.

Semua bola tersebut dia terima dengan terbuka.

Namun, saat asap menghilang akibat serangan tadi, dia tidak gores sedikit pun, bahkan bajunya saja tidak kotor.

Celsi yang terbang melihatnya menggertak giginya.

Celsi: bagaimana dia bisa menahan serangan ku dengan santai tanpa terluka?

Rein: anak muda sekarang pemalas yah. Tidak mempelajari tentang leluhurnya sendiri.

Rein menarik keluar Mandau dari bahunya.

Rein: Sihir apapun tidak akan mempengaruhi padaku, karena aku telah meniadakan semua hal tersebut.

Mandaunya secara tidak langsung diselimuti oleh petir emas. Celsi setelah melihat Mandau itu Dengan cepat kupu-kupu hitam biru bermunculan entah dari mana, menggabungkan bersama, kupu-kupu hitam biru dapat berubah menjadi blue Leviathan yang bisa melenyapkan seseorang dengan mudah, tanpa ada sisa sekalipun dan besarnya hampir memenuhi ruangan tersebut.

Celsi: kalau begitu... Terima ini...!!!

Menunjuk Rein dengan tersenyum sinis dan Meneriakkan nama < Blue Leviathan > dengan keras.

Rein dengan sepelenya Mengayun mandaunya, karena Mandau tersebut dialiri oleh petir emas.

Saat petir emas mengenai Blue Leviathan, dia terpotong menjadi dua lalu, dalam hitungan 1 detik, dia sangat cepat memulihkan dirinya kembali.

Rein terkejut melihatnya.

Dia pun termakan oleh Blue Leviathan dalam hitungan kurang dari 0 detik, dan lenyap tanpa ada sisa atau tertinggal sedikit pun.

Cahaya yang menjadikannya kupu-kupu dari Leviathan.

Celsi pun mendarat pelan. Kesunyian yang terjadi pada ruang tersebut membuatnya menghelakan napasnya dan menutup matanya.

"Padahal aku ingin mengunakan senjata baruku. ahh... Tapi syukurlah, Pertama kali aku berhasil menggunakan sihir itu. Tanpa perlu repot-repot seperti melawan kakak Rika dulu."

Dia menatap dinding sebelumnya ia lewati karena terpental.

"Aku harap, dia bisa memenangkannya dengan tubuh yang tidak memadai."

Celsi berjalan menuju ke tempat awal dia berada.

Di tempat awal, Sura dan Chelya saling bertukar serangan, dan mereka loncat mundur.

Sura mengangkat tangan keatas dengan kuat, tangan-tangan dari bawah menggenggam kaki Chelya, dia mencoba memaksa melepaskannya namun gagal

Chelya melepaskan auranya, yang dengan sekejap menyelimuti keseluruhan neraka.

Berdasarkan dari rumor penelitian, luas dan lebar Neraka jahanam tersebut memiliki jarak seperti jarak bumi ke Saturnus.

Yang kemudian tangan-tangan yang menggenggam kakinya mati, membuatnya bisa bergerak lagi. Celsi sedikit kaget merasakan aura yang pernah dia rasakan.

Celsi: aura ini?

Kemudian Celsi bergegas menujunya, Chelya berhasil bergerak seperti semula, tapi dia dikejutkan dengan kemunculan roh - roh yang menyerupai manusia cacat.

Mereka muncul karena Sura lah yang memanggilnya, roh tersebut berasal dari sini. yaitu penduduk neraka jahanam yang telah mati dari Miliaran tahun lampau, lalu roh tersebut dikontrol oleh-nya .

Mereka menerjang Chelya, satu persatu mereka menyerangnya, sayangnya mereka meleset Saat Chelya terbang, Dia melihat ribuan roh atau bahkan lebih dari ribuan yang hampir ingin memenuhi tempat tersebut.

"Ahh... Aku tidak terkejut sih."

Chelya melempar katana dengan kuat, katana menancap dari salah satu roh di kepalanya, ledakan kecil membuat roh lain disekitarnya terpendal sedikit.

Chelya berteleport secara instan, mengambil pedangnya, Roh lain ingin menyerbu dan menyerangnya.

Saat itu juga pedangnya menari-nari diantara roh lainnya, Seperti pesawat yang melintas di antara mereka, para roh mencoba menahan dengan sihir perisai yang dibuat oleh mereka, tetapi terbukti tidak berguna untuk melawan Chelya. Bilahnya mengayun di udara, dan saat berikutnya, roh itu sudah menjadi dua bagian.

Perlawanan para Roh terhadap Chelya tidak ada gunanya, Chelya mahir menggunakan pedang, dia juga memiliki kecepatan yang lebih unggul sehingga dia lebih mudah untuk melintasinya dan dia sangat lincah untuk di tangkap.

Chelya terus mengayunkan pedangnya, menari dan terus melintasi mereka, hal yang mudah baginya seperti mencabut daun di pohonnya.

Chelya berputar seperti mesin bor tanah, yang terus membunuh mereka.

Mereka terbunuh oleh konseptual dari katana miliknya yang meniadakan kehidupan bagi para roh.

Terakhir bagi Chelya membelah dua roh namun dia bangkit lagi, Chelya menjaga jarak dari segerombolan roh, mengangkat tangannya keatas dengan kuat.

Waktu dari ruangan tersebut telah dihentikan oleh Chelya. para roh, api, dan apapun yang di sana berhenti bergerak, Sura terkejut, melihat sekilas, bahwa Chelya bisa menghentikan waktu dengan sekejap.

"Dia menghentikan waktu?"

Kemudian Chelya menurunkan tangannya dengan kuat.

Bola yang seperti Matahari, berwarna hitam keunguan. Turun dengan cepat, melenyapkan semuanya.

Celsi saat itu di ruangan lain sedang bergegas menujunya, Namun... Dia berhenti, gempa bumi yang bisa dia rasakan dari tampak matahari hitam keunguan yang dibuat oleh Chelya.

"Gempa bumi? Tidak. Mana mungkin di neraka ada gempa bumi."

Celsi kembali bergegas menujunya.

Roh roh lain yang mengenainya, lenyap semuanya, dan Hanya menyisakan satu seorang roh yang tidak bisa bergerak karena Chelya telah menghentikan waktu.

Santainya dia berjalan menuju roh, dia menggenggam kepalanya, menjalankan waktu seperti semula.

Padahal pada dasarnya seorang manusia tidak bisa berinteraksi ke Roh, Karena Roh tidak memiliki fisik dan hanya jiwanya saja.

Hilangnya dari efek waktu berhenti membuat Roh tersebut terkejut melihat wanita yang berekspresi kejam di depan matanya.

"Terimakasih hiburannya."

Dia pun lenyap tanpa bekas apapun, setelah Chelya habis berbicara.

Berkat Sihir yang bernama < vivis > yang bisa melenyapkan seseorang dengan sesuka hati pengguna.

Sura melototi Chelya dengan amarahnya, tiba-tiba kepala Chelya terpotong. Tak disangka Celsi sampai dan melihat kepala Chelya terjatuh dari badannya.

Celsi deg degan dan wajahnya pucat, melihat Badan Chelya terjatuh... Darah yang terus berkeluaran dari lehernya.

Celsi menggeser Kepalanya, melihat Mandau Sura yang sedikit memiliki darah di bilahnya.

Mengayunkan mandaunya, membersihkan percikan darah pada bilahnya.

Rein tiba-tiba muncul dengan tunduk di hadapan Sura.

"Sudah selesai?" Sura

"Maafkan saya tuan, saya mati saat bertarung dengannya. Tapi tidak apa, selama tuan memegang Mandau emasnya. Saya akan tetap hidup kembali walau terus dibunuh seribu kali pun." Rein

"Tidak apa. Aku hanya ingin melihat reaksinya saja." Sura

Rein bingung dengan Sura.

"Reaksinya?" Rein

Sura melihat pada Celsi yang berdiri di dinding goa rusak saat terpendal akibat Rein waktu itu, Rein ikutan melihat ke arah yang sama. Celsi menatapi mereka dengan ketakutan, tertekan, deg degan, dendam dan kekesalan.

"Hei, apa maksudnya ini?" Celsi

Sura tertawa saat melihatnya.

"Apa yang lucu?" Celsi

Sura berhenti tertawa dan Rein berdiri, menatapi Celsi.

Celsi mengeluarkan aura berwarna hitam kebiruan dari tubuhnya yang memenuhi seisi ruangan sehingga Rein takut padanya tapi tidak dengan Sura.

"A-a-aura apaan ini? Aura yang sangat mengerikan, Aura ini melebihi Aura orang dulu, semasa perperangan antar kerajaan. Aku belum pernah ketakutan dengan aura seperti ini..." Rein

Celsi melangkah maju ke mereka, tak berpikir panjang Rein tiba membelakanginya, menebaskan pedangnya ke tengkuk Celsi.

──────Serangannya di tangkis dengan pedang katana milik Celsi, Rein terkejut dengan reaksinya yang tak terduga.

"Ap-apa?" Rein

Rein menginjak kakinya pada bilah Celsi, meloncat kebelakang, saat mendarat, Rein melepaskan banyak bola api ke Celsi. Dia menerima semuanya serangan tersebut, tapi tidak berdampak padanya dan Celsi berjalan mendekati Rein.

Rein mengambil jarak yang jauh , petir yang menyambar Celsi tapi tidak berdampak.

< Eosn > adalah sihir yang membuat black hole secara singkat.

< Eosn > berskala besar hingga memenuhi atas goa, mengakibatkan seisi yang disana berterbangan dan terhisap termasuk juga roh, jiwa yang telah mati disana terhisap juga. Mayat Chelya terhisap, termasuk katananya dan Celsi pun terhisap ke sana. Semua habis terhisap, yang tersisa hanya Rein dan Sura.

Setelahnya, Black hole hilang dengan sendirinya.

Rein lega karena dia tidak merasakan Aura Celsi yang mengerikan baginya.