Disebuah tempat yang hampa, tidak ada cahaya dan bahkan gravitasi.
Aku membuka mataku, tapi tidak bisa melihat apapun. Bahkan rasanya tubuhku seperti melayang diudara "Dimana ini? Apa yang terjadi padaku?" Suaraku bahkan tidak bisa keluar, aku hanya bisa berbicara didalam pikiranku.
Aku mengingat kembali musibah yang telah aku alami, rasa sedih dan takut menjalar keseluruh tubuhku, karena Aku Telah MATI.
Saat ini yang ada didalam pikiranku adalah ibuku dan kedua adikku, aku telah pergi meninggalkan mereka lebih dulu. Aku ingin menangis tapi tidak bisa, aku ingin berteriak sekencang-kencangnya tapi tidak berhasil.
Rasanya didalam kegelapan yang hampa ini, suara, gerakan, dan bahkan mentalku seperti ditekan untuk tetap diam. Tapi aku tetap bisa berteriak, walau hanya didalam pikiranku.
*****
Aku tidak tau berapa lama waktu telah berjalan, mungkin ratusan atau bahkan ribuan tahun telah terlewat, aku benar-benar tidak tau berapa lama aku telah berada didalam kegelapan yang hampa ini seorang diri yang hanya diam melayang dan tidak dapat bergerak.
Awalnya aku benar-benar takut pada kegelapan ini, namun lama-kelamaan aku mulai terbiasa pada kegelapan ini. Bahkan rasanya sebentar lagi aku akan menjadi gila dan aku telah lama melupakan keluargaku.
Dari awal sampai sekarang aku tidak mengerti aku sekarang ini berada dimana? Apakah aku ada disurga atau neraka?.
Tubuh yang tidak bisa bergerak, mental yang sebentar lagi akan menjadi gila. Namun didalam pikiranku hanya ada satu hal yang aku inginkan. "Aku ingin pergi, dari kegelapan sialan ini"
Tiba- tiba setitik cahaya kecil muncul didepan mataku, "haha, sepertinya aku sudah menjadi gila sekarang" namun tak lama cahaya kecil itu muncul lebih banyak dan mengelilingi tubuhku.
"Apa? Apa ini?" Tubuhku yang tadinya tidak dapat digerakan, kini bisa bergerak walau pun tubuhku tetap melayang.
Cahaya kecil tadi membesar sebesar bola tenis dan terpecah kembali menjadi butiran-butiran cahaya baru yang menerangi kegelapan ini.
Saat aku lihat lebih dekat, cahaya-cahaya kecil itu kini memiliki warna yang beragam, membuat kegelapan kini terasa lebih baik.
Perasaanku sekarang seperti menjadi lebih tenang, bahkan jika cahaya ini hanyalah halusinasiku, aku tidak peduli. Karena kini kegelapan telah menjadi sedikit lebih indah.
Cahaya yang masih berwarna putih, kini mulai beterbangan kesatu titik seolah-olah menuntun diriku, mereka mulai berkumpul menjadi satu menciptakan sebuah persegi panjang keatas, aku berpikir itu mirip seperti sebuah pintu.
"Apa mereka ingin aku pergi kesana?" walau hati dan pikiranku dipenuhi dengan keraguan aku tetap pergi kearah cahaya itu. Aku sudah muak dengan kegelapan ini, jika bisa aku ingin pergi dari sini.
Aku mengulurkan tanganku kearah cahaya yang membentuk pintu kotak itu, saat jariku telah sampai dan bersentuhan dengan cahaya rasanya sangat hangat, rasanya seperti kehangatan sebuah keluarga.
Keluarga? Saat itu juga aku kembali mengingat keluargaku.
Air mata mulai menetes, kesedihan yang telah lama terpendam akhirnya bisa aku keluarkan. Aku akhirnya bisa menangis keras sepuasnya, dan tiba-tiba kilauan cahaya menerangi diriku.
Tapi aku tetap menangis dan menggerak-gerakan tanganku seperti bayi kesana-kemari.
"Ohh~, Sayang kenapa kamu menangis? Apa kamu merindukan ibu~?"
Aku mendengar suara seseorang, suaranya sangat hangat dan nyaman didengar, dengan mata yang basah aku membuka mataku.
Aku melihat seorang wanita yang sangat cantik, mata biru dan rambut putih peraknya benar-benar seperti malaikat.
"Tidak apa-apa sayang~, ibu ada disini menemanimu" Dia mencium pipi dan keningku.
Dia adalah wanita yang tidak aku kenal tapi menciumku dengan tiba-tiba, aku ingin bicara tapi suaraku tidak mau keluar.
*Brakk
Terdengar suara pintu dibuka dengan keras, "Ada apa sayang? Kenapa Alen Menangis?" itu adalah seorang pria dewasa dengan rambut hitam dan tubuhnya yang terlatih, dia masuk dengan wajah panik.
"Sayang jangan berisik, apa kamu ingin menghancurkan pintu itu?" Wanita itu jadi marah tapi entah kenapa wajahnya tetap cantik walau dia marah, sepertinya itu adalah berkah dari dewa.
"Oh, ahaha maaf sayang" Wajahnya yang tadinya panik mulai memelas. Dia berjalan kearahku dan melihatku dengan mata merah tuanya dan memberiku senyuman hangat, jika dilihat lagi dia ternyata cukup tampan.
"Halo putraku yang imut, aku adalah ayahmu" katanya sambil menunjuk dirinya sendiri.
'Tunggu? Putraku?' aku bingung dengan kata-katanya namun saat aku lihat tubuhku dan tanganku. 'Apa Ini?????' aku sepenuhnya terkejut.
Tanganku, kakiku, dan juga seluruh tubuhku menjadi kecil seperti bayi. 'Tunggu, apa aku telah bereinkarnasi?'
Jika aku pikirkan lagi, aku telah mati dan kini aku berada didalam tubuh seorang bayi. Maka dapat disimpulkan bahwa aku telah terlahir kembali dan mereka berdua adalah orang tuaku.
Mereka berdua melihatku dengan penuh senyuman hangat dan candaan kecil, tidak dapat dipungkiri bahwa aku telah mati dan lahir kembali membuatku sedih, namun aku juga senang karena sepertinya aku terlahir dikeluarga yang baik dan harmonis.
Aku memberikan senyuman terindah pada mereka berdua untuk berterima kasih karena telah melahirkanku.