Aku mencoba memberikan senyuman terindah pada mereka berdua untuk berterima kasih karena telah melahirkanku. Dan senyuman tulus itu membuat wajah mereka berdua memerah seperti tomat.
"Kyaahh, sayang kamu benar-benar menggemaskan" ibuku memelukku dengan sangat erat, aku benar-benar akan kehabisan nafas jika terus seperti ini.
"Uhm, yah itu tadi cukup menggemaskan" kata ayahku dengan wajah malu-malu.
Ibuku meliriknya dengan wajah nakal "Oh sayang, Alen akan lebih menggemaskan jika dipeluk loh" ibuku mencoba memprofokasi ayahku.
"Aga aga aga" Aku ingin bicara sesuatu namun sayangnya aku tidak bisa. Dan karena tadi aku berbicara dalam bahasa bayi, ayahku sepertinya menganggap bahwa aku ingin dipeluk olehnya.
"K-Kalau begitu biarkan ayah memelukmu juga" dia melompat kearah kami dan memeluk kami berdua, aku sekarang berada dipelukan kedua orang tuaku yang baru. Rasanya sangat melelahkan namun aku senang mereka adalah ayah dan ibu yang baik.
*****
Keesokan harinya dirumah kayu dengan perabotan rumah yang juga terbuat dari kayu seperti lemari, kasur, meja dan kursi. Jika dilihat dari kondisi rumah dan perabotan yang masih sangat bagus ini kurasa aku terlahir dikeluarga yang sederhana. Ngomong-ngomong aku sekarang berada diranjang bayi yang terbuat dari kayu, disini sangat membosankan sekali karena yang bisa aku lakukan hanyalah duduk dan tidur.
*Kriet
Pintu kayu terbuka dan ibuku masuk sambil tersenyum kearahku "Sayang~ sudah waktunya sarapan". 'Oh tidak, jangan lagi' karena aku masih bayi maka aku membutuhkan asupan air susu ibu untuk sarapanku diusiaku yang sekarang.
Ibu mengangkat tubuhku kepelukannya, dia mulai membuka kancing baju bagian dada. Kurasa aku tidak perlu menjelaskan lebih detail apa yang dia lakukan selanjutnya.
Aku hanya bisa menutup mata dan menggelengkan kepalaku, "Oh sayang, ini sudah waktunya minum susu seperti sebelumnya"
'Walau kau bicara seperti itu aku tetaplah seorang pria dengan jiwa berumur 28 tahun'
Aku mencoba berkali-kali menolak minum susu namun melihat wajah ibuku yang sedih karena aku menolaknya, aku tidak punya pilihan lain selain meminum susu darinya.
Aku benar-benar kalah telak kalau melihat wajahnya yang sedih. Ngomong-ngomong meskipun aku mendapatkan hal yang agak cabul untuk jiwaku yang berusia 28 tahun ini, aku bukanlah orang yang beneran cabul, aku masih bisa menahan hasratku apalagi dia adalah ibuku sendiri.
Tidak seperti MC anime Mushoku Tensei itu, hehehe.
Setelah selesai menekan tekanan batin yang diberikan ibuku, dia memelukku dan menepuk punggungku dengan halus, mungkin supaya aku bisa tidur.
Karena aku tau apa yang dia inginkan akupun memejamkan mataku dan dia meletakan kembali diriku diranjang bayi lalu keluar dari kamar.
*Kriet
Setelah memastikan bahwa ibuku benar-benar pergi aku kembali membuka mataku, tidak ada yang bisa aku lakukan namun aku teringat sesuatu.
'Oh karena aku telah bereinkarnasi kurasa aku mungkin bisa melakukan itu' Aku mulai teringat dengan beberapa novel fantasy yang pernah aku baca yang dimana ketika sang karakter utama bereinkarnasi biasanya mereka akan mendapatkan kekuatan hebat atau sistem seperti didalam game.
Aku mengulurkan tanganku kedepan dan mulai mengatakan kalimat klise seperti didalam novel.
"Aga"
'Status Window'
*Caw caw caw
Terdengar suara gagak dari luar, ah tidak bukan itu masalahnya. Kurasa tidak ada hal seperti itu didunia ini. Dan untung saja saat ini aku adalah bayi, jika saja aku melakukan hal seperti tadi ditubuhku yang dulu kurasa aku akan menancapkan kepalaku ditanah.
Namun aku bisa mencoba hal yang lain, jika tidak ada sistem seperti status window, kurasa mungkin saja ada sihir didunia ini. Aku kembali mengulurkan tanganku namun kali ini tanganku lebih terangkat keatas.
Aku mencoba fokus seperti karakter yang ada dinovel, membayangkan sesuatu dan mulai mengucapkan mantra.
"Aga"
'Lumos'
*Caw caw caw
Hanya suara gagak yang kembali terdengar, sepertinya mereka sedang menertawakanku. 'Sialan, ini benar-benar memalukan.' Namun aku mencobanya lagi dan lagi.
"Aga"
'Avacadabra'
"Aga"
'Yang tiada menjadi ada'
Huft, ini benar-benar melelahkan. Aku tidak tau apakah aku perlu lebih fokus atau butuh pengucapan yang lebih fasih. Karena saat ini aku belum bisa bicara, atau mungkin memang tidak ada sihir didunia ini? Ini benar-benar membuatku frustasi.
Namun aku tetap kekeh mencoba melakukan hal bodoh seperti tadi tapi kali ini aku akan lebih fokus. Aku menjulurkan tangan keatas, menutup mata sambil membayangkan sebuah bola api ditelapak tanganku. Aku juga membayangkan bagaimana rasa panas dari api tersebut dan mengucapkan mantra dari bahasa inggris "Agaaaa"'Fire Ball' aku berteriak dan tak lama aku benar-benar bisa merasakan panas ditelapak tanganku dan saat aku membuka mata, bola api sebesar bola pingpong melayang diudara.
Aku benar-benar terkejut sekaligus senang karena apa yang aku harapkan benar-benar terjadi saat ini, walau bola apinya sangat kecil tapi aku benar-benar tidak dapat mengungkapkan kebahagiaanku dengan kata-kata. Aku ingin mencoba melemparkan bola api ini namun aku sadar saat ini aku sedang berada didalam ruangan yang terbuat dari kayu.
Keinginan untuk melempar bola api ini telah hilang, dan karena pertama kalinya bagiku, aku lupa bahwa aku tidak tau cara memadamkan bola api yang melayang ditanganku ini. Aku mengayunkan tanganku dengan cepat namun tetap tidak padam.
Aku mulai panik dan kepanikanku menimbulkan api yang lebih besar.
*Whuuzzh
Api kini kian membesar dan terus membesar dan aku menjadi lebih panik.
"Aga Aga Aga Aga Aga Aga Aga"
Mendengar teriakanku, ibuku berlari memasuki kamar. "Sayang, ada apa?" saat dia melihatku dengan bola api yang sangat besar dia benar-benar terkejut setengah mati. Namun dia tetap tenang sambil menggumamkan sesuatu.
"Wahai roh air Seraphine yang tenang dan menyejukan hati, kumohon padamu berkati aku untuk memadamkan api yang membara [Water Fall] "
Bola air muncul dan mulai terjun ke bawah memadamkan api yang tadi melayang ditelapak tanganku, kini api itu telah tiada dan hanya meninggalkan luka bakar ditelapak tanganku.
"Sayang apa yang terjadi? kamu tidak apa-apa kan?" Dia bertanya meski tau aku tidak dapat menjawab pertanyaannya, rasa khawatir dan takut akan terjadi sesuatu padaku terlihat jelas diwajahnya.
Dan waktu dia melihat luka bakar ditelapak tanganku, air mata mulai menetes. "Astaga sayang kamu terluka, tunggu biar ibu menyembuhkanmu yah"
"Wahai Dewi Antharish yang agung, kumuhon berkati hambamu ini dengan cahayamu [Healing Touch] "
Cahaya muncul dari telapak tangan ibuku, itu membuat luka miliku kembali tertutup dan sekarang rasa sakitnya telah hilang sepenuhnya.
Dilihat dari ekspresi ibuku, sepertinya ada banyak pertanyaan yang ingin dia katakan namun dia tetap diam dan tersenyum kearahku.
"Sekarang sudah tidak sakit lagi kan sayang?" dia memelukku dengan erat sambil menangis "Maafkan ibu sayang karena telah lalai menjagamu" padahal kejadian ini sepenuhnya salahku namun entah kenapa dia malah menyalahkan dirinya sendiri dan membuat hatiku ikut sedih.
Aku pun entah kenapa ikut menangis, padahal aku bisa menahan rasa sakit dari luka bakar tadi namun aku tidak bisa memahan rasa sedih ketika melihat ibuku menangis.