Chereads / Ian's Saga / Chapter 3 - First Step [part 2]

Chapter 3 - First Step [part 2]

Saat ini aku berumur 2 tahun. Dan aku sedang duduk bersila agar lebih mudah mengedarkan manaku. Pelatihan sirkulasi mana adalah hal wajib bagiku bila aku ingin menjadi lebih kuat dengan segera. Beginilah bila ditampilkan dalam layar status

Name : Ian von Briar

Level : 005

Exp : 010/500

Job : ---

Title : ~ The Cheating Reincarnation

Strength : 05

Dexterity: 05

Intelligence: 05

Stamina : 05

Perception : 05

Mana : 30

Attribut Point : 10

Skill : ~ Mana circulation (C)(pasif)

Skill Point : 5

Yap seperti yang kalian lihat Attribut mana ku telah terbuka dan skill sirkulasi manaku di tahap menengah rendah. Dulu aku bisa menguasai skill ini hingga tahap puncaknya. Tapi hanya segini yang bisa kulakukan dengan tubuhku saat ini. Untuk Attribut Point(AP) dan Skill Point(SP) akan kusimpan dulu.Dan bila kalian bertanya tentang kenaikan levelku itu karena aku menyelesaikan Daily Quest minum susu ibu. Dan quest itu berhenti setelah aku mencapai level 5. Tak peduli sebanyak apapun aku menyusu tetap saja levelnya tak naik lagi jadi yang bisa kulakukan saat ini hanya meningkatkan manaku. Dan membaca buku-buku yang dibawakan ibuku. Karena ibu selalu membawakan buku baru padaku setiap Minggu. Awalnya dia hanya membacakan buku ketika aku sudah bisa berbicara setahun yang lalu. Lalu dia mengajariku membaca sedikit-sedikit demi melengkapi pengetahuanku tentang dunia ini yang kurang karena ada beberapa kata dan huruf baru dalam buku-buku yang kubaca. Dalam waktu 100 tahun manusia telah mengembangkan alfabet baru dan cara membaca baru walau cara pengucapan atau pemakaiannya sama. Setelah aku bisa membacanya dan menunjukkan pada ibuku. Dia mulai membawakan ku buku baru setiap minggunya. Aku belajar tentang keluargaku saat ini. Keluargaku adalah keluarga ahli tombak. Sebagai tombak keluarga Kerajaan Bestfell keluarga kami telah melayaninya selama ratusan tahun. Yah dulu aku pernah mendengar tentang kerjaan Bestfell ditimur jauh waktu perang iblis dan manusia berkecamuk dibarat dan kerjaan suci. Karena perangnya meluas hingga seluruh benua Terrasia akhirnya seluruh Elit dari berbagai kerajaan diberangkatkan untuk penaklukan tanah iblis yang berpusat di last dungeon yang dikatakan sebagai tempat raja iblis berada . Dari Ratusan elit itu hanya kami berenamlah yang akhirnya mencapai lantai 99 dan berhadapan dengan tangan kanan Raja iblis dan boss dungeon lantai itu. The ArchDemon, Kreatos. Mengingat kejadian itu saja sudah membuat bulu kudukku berdiri sial kalau bisa aku tak ingin berhadapan lagi dengan mereka. Kembali lagi ke topik keluarga Briar saat itu aku hanya pernah menyadari ada penombak hebat dari timur yang mencegah ratusan iblis tingkat tinggi di lantai 50 dan membiarkan kami melanjutkan perjalanan. Dan dibuku inilah orang itu dibahas. Dikisahkan dengan tombak bersinar bagaikan matahari dia menumpuk mayat iblis tingkat tinggi hingga membentuk gunung untuk membiarkan the six heroes melanjutkan penaklukannya. Namanya adalah Ciel von Briar adik dari kakekku saat ini. Ciel the Hegemon King. Seperti itulah mereka menyebutnya karena tindakannya saat di Last dungeon.

Setiap pahlawan yang meninggal dilast dungeon namanya di abadikan di monumen pahlawan. Di setiap kerajaan mereka memiliki monumen pahlawan. Karena itulah penghormatan tertinggi yang bisa diberikan kepada mereka. Yah setidaknya aku mengakui seni tombaknya sebagai yang terbaik untuk digunakan 1 lawan banyak saat itu.

Lalu setelah melatih manaku hingga usia 2 setengah tahun aku mencoba mulai melatih tubuhku ditaman disebelah kamarku. Taman itu sangat luas menjadikannya tempat yang bagus untuk melatih staminaku. Setiap hari setelah memandangi matahari terbit bersama ibuku aku berlari hingga aku tak bisa melangkahkan kakiku lagi. Padahal hanya berlari beberapa putaran tapi terasa sesak dan panas yang membuatku merasa ingin menyerah. 'Ptui!Apanya yang great Hero bila latihan seperti ini saja bisa membuatku menyerah' teriakku dalam hati. tapi tekad saja Tidak membawaku kemanapun. Ketika aku telentang dirumput sambil menghadapi sinar matahari pagi yang cukup terik aku melihat tangan ibuku melambai sebagai isyarat untuk mendekat.

Dengan susah payah aku bangkit dan berjalan kearahnya.

Lalu ibuku menggumamkan sesuatu dan perlahan sihir penyembuhan kecil mengembalikan kondisiku seperti semula.

"Ian kenapa kamu mulai berlarian ditaman?"

Tanya ibuku.

"Aku ingin menjadi kuat seperti Ciel dibuku keluarga kita Ma., Dia sangat keren" jawabku

"Apakah seperti itu?"

"Mm" kakaku dengan nada riang

"Hmm... Tapi ini masih terlalu dini untuk memulai berlatih".

"Tidak apa-apa,ma aku itu kuat" dengan senyum bangga tersungging dibibirku.

"Hahaha..." Tawa ibuku melihat tingkahku yang sedang berlagak kuat dengan menunjukkan lenganku.

"Oh bayiku satu ini memang sangat kuat" lanjutnya dan memelukku erat.

Dengan pelukan erat ibuku aku merasakan kehangatan menyebar didadaku. Perasaan yang sangat membuatku nyaman. Ah aku ingin melindungi perasaan ini dari perang yang sudah pasti akan datang. Hal ini saja membuat semangat untuk menjadi lebih kuatku semakin menguat.

"Tapi nak, menjadi sepertinya itu butuh usaha dan perjuangan yang sangat besar. Selain itu juga butuh waktu yang banyak pula jadi, jangan terlalu memaksakan diri. Ayo kita makan dulu sudah waktunya makan siang." Ujar ibuku pengertian dengan keinginanku.

"Mm" balasku.

Ketika angin musim panas menjadi dingin lalu musim semi muncul dan bunga ditaman mulai bermekaran lagi akhirnya aku berusia 5 tahun. Saatnya pergi kekuil untuk mendapatkan jobku kembali.