Ketika aku sampai didalam ruangan yang serba putih aku merasa sangat tidak nyaman. Untungnya ada patung Dewi didalamnya . Kalau tidak aku mungkin menganggap tempat ini adalah penjara.
"Ian von Briar, mulai sekarang upacara pembabtisan akan dimulai" kata pendeta itu tegas.
"Ya" jawabku singkat. Lalu aku mengangkat kedua tanganku dan menyatukannya didepan dadaku. Lalu secara perlahan menutup mata saat pendeta membacakan kalimat yang ada dibuku sambil mengangkat salah satu tangannya kearah kepalaku. Tiba-tiba cahaya kuning keemasan memenuhi pandanganku. Lalu sosok wanita cantik dengan halo dipunggungnya menampakkan dirinya.
'dewi?'
'ya anakku'
'oh melihatmu membuatku jatuh cinta padamu sekali lagi'
'...'
'hehe kamu masih pemalu seperti biasanya'
'...'
'...'
Uh suasananya menjadi canggung.
'Ian kenapa kamu masih memiliki ingatanmu?'
'Aku juga tak tau, kukira ini adalah berkahmu... Oh dewi apakah kau tau sesuatu tentang sistem?'
'aku tidak memberimu system aku hanya memberimu berkahku, mungkin itu mengambil wujud system dalam pikiranmu'.
'umm.ini menjadi terasa aneh' haaa... Terserahlah kita tidak bisa menangisi susu yang tumpah. Lebih baik memanfaatkan semua yang ada.
'jadi Dewi apa yang harus kulakukan?'
'Ian sekarang benua memang tampak damai tapi ras iblis sudah mulai bergerak lagi'.
Hanya kata ras iblis disebutkan saja membuatku merasakan rasa pahit dilidahku.
'Pelepasan segel di last dungeon mungkin akan menjadi lebih cepat daripada yang aku kira, hanya itu saja yang bisa ku sampaikan padamu'
'terimakasih dewi'
'semoga keberuntungan menyertaimu ' kata Dewi dengan senyum tulusnya.
Lalu pandanganku kembali ketempat pendeta berada. Dan layar status terbuka dengan sendirinya.
Name : Ian von Briar
Level : 25
Exp : 003 / 1200
Job : Magic Spearmanan (new)
Title : The Cheating Reincarnation, Womanizer (New).
Strength : 37
Dexterity : 35
Intelligence: 30
Stamina : 35
Perception : 31
Mana : 97
AP : 30 SP : 25
Skill : Mana Circulation (C+)(pasif),Mana Manipulation (S)(pasif), Light Step (A),Body Strengthening (A+),Secret martial arts of light(S) ( Dasar )
Hehe, Itu semua berasal dari jerih payah latihanku agar bisa menjadi lebih kuat. Oh apa ini Magic Spearman? Yah aku berasal dari keluarga penombak jadi tubuh ini pastinya memiliki kecocokan dengan tombak. tapi kalau seperti ini bukankah ilmu pedangku akan menjadi tidak berguna? Aku berencana melatih ilmu pedangku setelah mendapatkan job tapi dilihat dari hal ini lebih baik fokus ke tombak.
Kalian pasti bertanya padaku kenapa tidak melatih keduanya saja. Tapi apa kalian tahu beban pelatihan dan waktu yang dibutuhkan untuk menjadi master dari keduanya akan meningkat puluhan kali daripada hanya memfokuskan 1 hal saja.
Dan masalah yang paling mendesak saat ini adalah waktu. Aku tak punya banyak waktu untuk mencapai tahap Grandmaster di keduanya. Dan tujuanku adalah menembus tembok Grandmaster. Bahkan sekarang hanya ada 5 Grandmaster saja yang tersisa di benua ini. Karena kebanyakan dari mereka mati saat perang jadi ini pastilah orang-orang baru yang mencapai tahap itu ,bukan orang tua sombong yang sebelumnya. Aku tidak akan mempermasalahkan soal itu. Saat ini sebaiknya aku kembali dulu kekediaman dan memikirkan apa yang harus dilakukan.
Sebelum itu kami peserta pembabtisan diharuskan mengunjungi makam relic pahlawan. Setiap orang yang telah mendapatkan job biasanya akan dibawa kemari untuk menemukan pemilik selanjutnya dari relic-relic disini. Yah aku tau tujuan utama kerajaan suci, jadi aku tidak akan mempertanyakannya. Dan aku juga penasaran bagaimana keadaan pedangku dan tombak dari Ciel.
Sesampainya disana kami melihat jajaran senjata yang dipajang mulai dari pedang, cambuk, panah hingga baju besi. Semuanya dalam keadaan bagus jadi aku yakin mereka telah merawatnya dengan baik.
"Anak-anak sekarang kita berada diaula relic pahlawan. Relic-relic ini punya kesadaran sendiri untuk memilih tuan rumahnya. Jadi setelah nama kalian dipanggil berdirilah dilingkaran sihir yang ada ditengah ini. Lalu berdoalah kepada Dewi seperti sebelumnya."
"Ya" jawaban serentak anak-anak.
"Risa von yohaness"
'Oh ini Risa mari kita lihat bagaimana keadaannya'
"Ya" jawab Risa,
Ketika dia berdiri dilingkaran dan mulai berdoa cahaya terang mulai menyelimuti dirinya dan segera cahaya itu pergi menuju tongkat sihir milik the six great Heroes,ya dengan kata lain itu adalah tongkat sihir miliknya dari kehidupannya yang lalu, dan dengan begini dapat memastikan dugaanku sebelumnya, kalau gadis muda itulah Risa yang kukenal dikehidupanku sebelumnya. Melihat sikapnya yang 11/12 dengannya memang tidak heran tapi dengan ini kepastiannya meningkat. Karena hanya orang paling berbakat dalam sihir yang akan dipilih tongkat tersebut. Tongkat sihir itu disebut-sebut sebagai tongkat pemarah. Karena bila orang yang tidak memenuhi standarnya mencoba mengambilnya, ia akan melepaskan sihir ke orang tersebut dengan sendirinya.
Gadis itu yang mendapati tongkat pahlawan legendaris ditangannya, menatapnya dengan intens, dan hadirin yang ada disini semuanya dalam keadaan mulut terbuka dan tercengang. Mereka tidak menyangka bahwa penerus tongkat pahlawan adalah anak kecil yang baru saja berganti job, biasanya mereka yang telah mencoba untuk mendapatkan senjata para pahlawan hebat adalah mereka yang telah mencapai status Grandmaster di kelasnya sendiri atau mereka yang disebut-sebut sebagai yang Terbaik di kelasnya. Tapi didepan mereka terdapat kenyataan yang berbeda. Mungkin sebagai keturunan grand Duke dari Yohaness Dukes memang selalu menghasilkan penyihir-penyihir hebat dari the six great Heroes yang terkenal hingga kepala menara sihir saat ini. Dan saat ini senjata great heroes yang kembali kekerajaan suci hanya ada 3 tak termasuk pedang suci. Hanya ada Shield tak terhancurkan milik Maxberg, Panah seribu bentuk milik Alfy dan Tongkat sihir Dragon Plants milik Risa. Shield dan panah telah memilih tuannya sendiri dan mereka sekarang adalah jenius yang telah mencapai ranah grandmaster dikelasnya. Dan saat ini pemilik baru dari dragon plants telah muncul.
Dengan ini semua senjata great heroes yang ada tak termasuk pedang suci telah memiliki pemiliknya, segera benua ini akan digemparkan dengan munculnya jenius lain.
Yah kesampingkan itu setelah Risa menatap tongkat tersebut ia segera keluar ruangan dan langsung pulang ketempat asalnya. Setelah itu senjata di makam relic pahlawan tidak memilih siapapun lagi, yang telah menurunkan antisipasi peserta lainnya.
Akhirnya sekarang adalah giliranku.
Yah apapun itu selama senjatanya memiliki kualitas baik akan baik-baik saja bagiku.
Cahaya-cahaya yang terang keluar dari tubuhku dan menuju ke senjata-senjata tersebut, anehnya semua senjata tersebut bergetar seakan-akan mau memilihku tapi setelah 10 detik 30 detik lalu 1 menit getaran itu berhenti.
"Apa...?"
Huh??
Ketika semua orang bingung dan cahaya-cahaya serta getaran dari senjata menghilang dan tak terjadi apapun, seketika mereka semua menertawakanku.
'Sial apa-apaan itu?' batinku
Dan begitu saja aku pulang dengan tangan hampa.