"K-kakak..." Ucap Vella.
"Dari awal hingga akhir kamu tetap naif ya? Yah..aku bersyukur kamu akan segera hilang. Vell...mengapa kamu selalu merenggut semua yang kumiliki?! Devano itu milikku!" Ucap Alenka dengan sedikit gila.
"Apa maksudmu menghi...lang?" Ucap Vella dan melihat ke tangannya yang berubah menjadi serpihan cahaya kuning.
"VELLA?!" teriak Devano panik.
Vella meneteskan air matanya dengan menatap tangannya yang mulai menghilang menjadi serpihan cahaya.
"Devano...aku ingin mengatakan ini terakhir kalinya... Maaf belum bisa mengatakannya lebih awal...Devano aku..MENYUKAIMU!" ucap Vella sebelum benar-benar menghilang menjadi serpihan Cahya. Devano langsung memeluk Vella sesaat sebelum Vella menghilang. Devano menangis dengan masih memeluk serpihan cahaya Vella.
"Wah wah...aku jadi terharu~ nah...sekarang pengganggunya sudah pergi, mulai sekarang kamu adalah milikku sayang" ucap Alenka yang perlahan berjalan ke arah Devano.
"T-tidak...jangan mendekat kamu wanita gila!" Ucap Devano dengan nada takut. Sayangnya ucapan ataupun makian dari Devano sama sekali tidak mempan untuk Alenka yang sudah menjadi psikopat gila cinta. Alenka meletakkan tangannya di pipi Devano dan sedikit mengelusnya.
"Apakah kamu tau? Sebesar apa cintaku padamu?" Ucap Alenka sembari masih mendekatkan wajahnya ke wajah Devano.
"Tidak, jangan mendekat" ucap Devano dengan suara gemetar. Bibir Alenka dan Devano hampir bersentuhan namun sukurnya, sebelum bibir mereka bersentuhan, anak buah yang dikirimkan ayah Devano untuk mencari Devano sudah datang. Ayah Devano mengutus anak buahnya untuk mencari Devano karena khawatir pada Devano yang masih belum pulang padahal matahari sudah tenggelam. Alenka ditangkap oleh seluruh anak buah Ayah Devano dan dibawa ke pihak berwajib.
Keluarga Mooris memberikan kompensasi atas hal yang dilakukan Alenka. Setelah itu Alenka dikeluarkan dari kartu keluarga Mooris.