Chereads / My destined ghost friend / Chapter 12 - Tamat

Chapter 12 - Tamat

Setelah pertemuan mereka terakhir kali, Devano dan Vella selalu bersama. Devano menceritakan hal-hal yang terjadi saat Vella koma. Devano dnegan sabar menceritakan hal-hal kecil hingga besar kepada Vella. Devano tetap bersabar meskipun Vella masih kesusahan untuk mengingatnya. Devano sendiri juga tidak ingin memaksa Vella untuk mengingat semuanya yang telah terjadi. Devano takut ingatan-ingatan tersebut dapat membebani kinerja memori Vella.

Cara Devano menatap Vella, penuh dengan cinta dan kasih sayang yang begitu dalam. Devano juga menceritakan kehangatan yang saling mereka berikan sebelumnya. Alasan-alasan, teka-teki, takdir, semua berhubungan dengan keajaiban. Dengan adanya Vella yang masih hidup itu juga sebuah keajaiban.

Devano mengajak Vella ke tempat yang sering mereka kunjungi. Tidak lain tempat itu adalah, Taman bermain. Devano duduk di ayunan kanan sedangkan Vella di ayunan kiri.

"Aku tidak pernah membayangkan bisa duduk disini dengan mu saat kamu berada dalam wujud manusia mu" ucap Devano dengan sedikit tertawa kecil.

"Ini masih susah dipercaya dengan akal sehat, namun entah mengapa aku merasa harus percaya" ucap Vella dengan tersenyum lembut.

"Tidak apa-apa, aku tidak memaksamu percaya, kamu memiliki hak untuk meragukan sesuatu" Devano tersenyum hangat.

"Tidak, aku sudah percaya padamu. Caramu menatapku itu penuh dengan keyakinan, aku yakin kamu tidak berbohong" ucap Vella dengan tersenyum.

"Pfft, baiklah jika itu maumu" Devano lanjut tertawa kecil.

Devano sadar ada sesuatu jatuh dihidungnya yang ternyata itu adalah butiran salju.

"Oh, hari ini dingin sekali mungkin sebentar lagi akan ada salju" Devano melihat ke langit lalu menoleh kearah Vella. Betapa terkejutnya Devano saat mendapati Vella sedang menitikkan air mata.

"Apakah kamu tidak apa-apa?" Ucap Devano dengan khawatir.

"Devano..." Ucap Vella dengan suara gemetar.

"Ya..?" Ucap Devano dengan sedikit kaget namun masih khawatir pada Vella yang masih meneteskan air matanya.

Tiba-tiba Vella memeluk Devano dengan air mata yang mengalir deras. Vella memeluk Devano dengan sangat kuat dan erat.

"Devano...aku merindukanmu!" Ucap Vella dengan gemetar dan masih menangis.

"Aku juga...Vella..." Ucap Devano dengan memeluk Vella kembali sambil mengelus lembut rambut Vella.

Devano dan Vella merasakan sesuatu jatuh dihidung mereka. Ternyata itu adalah sebutir salju yang seolah ikut senang dengan pertemuan kembali Vella dan Devano. Salju pertama di hari yang bahagia, membuat keduanya semakin merasa bahagia seolah memang itulah takdir mereka. Salju yang dingin namun sekarang terasa hangat di dalam dekapan masing masing. Setelah hari ini pun Vella dan Devano tetap bersama hingga berlanjut ke jenjang yang lebih serius.