Devano berlari ke arah gadis itu dan menggenggam tangannya.
"Vella?!" Ucap Devano dengan gemetar.
"Hm? Ya?" Ucap sang gadis.
"Kamu Vella kan?!" Ucap Devano.
"bagaimana kamu tahu? Ah, apakah kita pernah bertemu?" Ucap Vella.
Hati Devano terasa seperti di hancurkan mendengar pertanyaan Vella.
"Aku pikir tidak ada yang mengenaliku, karena aku baru sadar dari koma ah tidak sih..itu sudah 5 bulan lalu..." ucap Vella.
"Koma? Tepatnya kamu sadar dari koma hari apa?bulan apa?" Tanya Devano dengan tidak percaya.
"Emm..sepertinya hari Jum'at malam Sabtu...bulan... Agustus" ucap Vella.
Hari dan bulan yang di sebutkan Vella persis tiga hari setelah dimana Vella menghilang menjadi serpihan cahaya.
"Ah, begitu ya.." ucap Devano dengan sedih.
"Dia tidak mengingatku...sama sekali.."ucap Devano dalam hati.
"Namun...aku merasa kamu familiar.." ucap Vella. Devano yang mendengar itu merasa sedikit senang.
"Benarkah?" Ucap Devano dengan nada yang cukup senang.
"Iya..." Vella masih mencoba mengingat-ingat. Vella mencoba dengan keras untuk dapat mengingat semua kejadian yang dialaminya saat koma.
"Tidak apa-apa tidak perlu dipaksakan, aku akan membantumu mengingat pelan-pelan Okay?" Ucap Devano dengan lembut.
"Baiklah...namun kamu belum memberi tauku namamu" Ucap Vella dengan tersenyum tipis.
"Ah, aku hampir lupa, namaku Devano Caesar" ucap Devano dengan senyuman di wajahnya.
"Aku Vella Mooris" ucap Vella sembari tersenyum lembut.
"Mooris? Kamu keluarga Mooris?" Ucap Devano.
"Iya, kupikir kamu sudah tau" ucap Vella dengan sedikit bingung.
"Haha" Devano sedikit malu dan hanya tertawa dengan canggung.