Chereads / Dientod Setan (BL) / Chapter 8 - Menemui dukun

Chapter 8 - Menemui dukun

"Yongki ... hiks, hiks, hiks, yong ..." Jevera langsung memeluk Yongki di belakang kampus. Yongki sebelumnya sedang mencari-cari keberadaan Jevera dan sekarang baru ditemukan.

"Jev, Jev, tenang Jev ada apa? Lo kenapa?" Yongki melepaskan pelukan Jevera yang sangat erat itu.

"Gua ... gua ..."

"Cerita aja ada apa? Dan kenapa lo berada disini? Gua tuh daritadi nyariin lo tau, ada hal penting yang mau gua omongin, gua nge-WA elo malah wa lo ceklis mulu"

"Gua abiss ... gua abis digituin Yong"

"Hah? Maksudnya digituin?"

"Dia udah ngerenggut keprawanan gua, hiks, hiks hiks, gua gak tau harus gimana lagi sekarang Yong" Ekspresi Jevera sekarang terlihat sudah sangat putus asa

"...." Yongki nge-lag sesaat. Lalu ngomong dengan suara pelan "Emm ... maksud lo, elo punya Bf Jev?"

Plak!

"Setan yong!!" Jevera lalu menceritakan apa yang terjadi di toilet tadi

"Apah!!" Wajah yongki terlihat syok.

"Gua takut banget Yong ..."

"Lo bilang awalnya mimpi, dan sekarang jadi nyata? Wah Setan ini bener-bener udah kelewatan sama lo Jev! Sekarang Lo tenang dulu Jev jangan panik, gua dari tadi nyariin lo kebetulan emang mau membahas masalah ini"

"Lo ada solusi Yong, udah nemu paranormal di internet?"

"Bukan Jev, tapi Kelvin"

"Hah? Mahluk kulkas itu lagi?!"

"Gua gak percaya sama iklan paranormal di internet, sekarang cuma si indigo itu harapan kita satu-satunya Jev"

Jevera dan Yongki sama-sama Ambivert, meski banyak kenalan tapi tidak terlalu mementingkan hubungan sosial dengan orang-orang, apalagi dengan orang-orang yang paham mengenai hal-hal mistis seperti ini.

Meski Jevera malas, tetapi harus. Mereka berdua pun langsung mendatangi Kelvin di tempat kemarin.

___

"Vin"

"Apa mau kalian?" Ekpresi wajah Kelvin masih sama, dingin bagai salju kutub utara. Misterius begitulah tampang orangnya, Kelvin mau kembali menutup pintunya ketika didatangi Yongki dan Jevera.

"Vin, vin, please ... Kami kesini mau minta bantuan lo, temen gua Jevera akhir-akhir ini sering banget di gangguin mahluk astral Vin"

"Aku tau masalah dia" tunjuk Kelvin pada Jevera tanpa melihatnya. "Tetapi maaf aku tidak bisa membantunya" Lagi-lagi Kelvin mau menutup pintu, Yongki sigap menahanya.

"Tunggu Vin, hidup temen gua dalam bahaya! Percumah lo tau hal-hal mistis beginian tapi gak lo gunain buat nolong orang!" Teriak Yongki, gigi geraham beradu menahan rasa ingin sekali menarik dan mencekik kerah Kelvin.

"Kau tidak mendengar perkataanku? Aku bilang tidak bisa membantu, bukan tidak mau membantu" jawab Kelvin dengan nada pelan cukup membuat Yongki kembali tenang.

Kelvin menarik napas panjang kemudian perlahan melihat wajah Jevera "Kamu diikuti, Aku tidak bisa lama-lama melihatnya, aura iblis ini sangat kuat dan tajam, Followers-mu itu tidak hanya ada satu dan bukan dari kalangan umum. Contohnya saja emm .... biar ku tanya kamu dulu, kamu sering bermimpi kan?"

Jevera mengangguk

"Dan didalam mimpi, kamu sering bersama dengan sesosok laki-laki bukan?"

Jevera mengangguk sambil meremas-remas lengan Yongki.

"Mereka menyukai tubuhmu dan tidak suka kamu memakai baju, biar aku tebak kamu setiap bangun tidur pasti selalu telanjang"

Jevera menelan ludah, matanya terbelalak, bulu kuduknya merinding, ketakutan parah wajah pun terlihat pucat.

"Terus, apakah ada solusinya Vin" wajah Yongki sama pucatnya dengan Jevera.

"Disetiap masalah pasti ada solusi, tetapi aku tidak yakin dengan solusi ini, karena aku tidak percaya dengan orang yang bisa menangani ini"

"Orang yang bisa menangani? Siapa Vin? Tolong Kasih tau kami" Dedas Yongki ingin segera menyelesaikan masalah Jevera, walau bagaimanapun ia adalah orang pertama yang tau masalah Jevera, melihat akhir-akhir ini Jevera menangis ketakutan dan segala curhatan mengenai setan cukup membuatnya kepikiran, hati menjadi tidak tenang.

Kelvin lalu memberitahu nama beserta alamat seseorang walau dengan nada bicara dan Ekpresi wajah tidak ikhlas.

Di hari ini juga Jevera dan Yongki bergegas mendatangi alamat tujuan yang di tuju.

____

Lokasi Alamat itu terletak sangat jauh/di luar kota. Otw menggunakan mobil pribadi milik Yongki, dan bermodalkan uang jajan yang jumlahnya pas-pasan. Yongki dan Jevera juga hanya mengandalkan nama yang dicari sekaligus nama di titik Maps melalui handphone.

"Gimana nih yong, udah kita cari semua di titik alamat ini, tapi kagak ada yang namanya mbah Prayit"

"Tapi gak mungkin kan Kelvin nipu orang yang sedang kesulitan? Gua yakin pasti ada Jev. Jangan nyerah"

Lanjut menelusuri sampai daerah plosok-plosok yang tidak terlalu jauh dari titik alamat dengan cara berjalan kaki, akhirnya mereka sampai di alamat tujuan pada malam hari.

"Pantesan gak ada di maps, lokasinya aja terpencil banget begini" Gerutu Yongki, karena harus melewati jalan setapak yang hanya selebar ban motor dan agak' tertutup reremputan tebal. Beserta kanan-kirinya rerumputan tinggi. Cukup seram dilintasi orang, kalaupun ada ular tidak akan kelihatan.

Jevera dan Yongki pun sampai di ujung jalan setapak itu, disitu ada satu rumah tua khas jaman dulu dengan desain bambu/dinding bambu (sebutan lain; rumah gedek) di kanan-kiri pintu rumah itu ada dua oncor bambu kecil sebagai pencahayaan menambah kesan mistisnya hawa di sekitaran hunian tua itu.

Mata Jevera dan Yongki mengedar kesekeliling saat sudah berdiri di pelataran rumah itu, lalu seorang nenek-nenek tua berambut putih, berpakaian adat berwarna kuning keemasan dengan bawahan jarit/selendang/kain berwarna Tan keluar dari rumah itu menyapa mereka.

"Mari silahkan masuk ..."

Tanpa pikir panjang mereka berdua pun memasuki rumah tua itu.

"Silahkan duduk" nenek-nenek tua itu pergi ke dapur.

Di ruangan dalam mereka berdua masih tercengang melihat interior beserta benda-benda didalam, melihat semua suasana yang ada seakan mereka sedang melintasi waktu, memasuki kehidupan di masa lalu.

Nenek-nenek tua itu datang kembali di ruang tamu menyuguhi air teh yang disuguhkan dalam gelas yang terbuat dari batok kelapa beserta sepiring kue tradisional yang model dibungkus dengan daun pisang dan juga daun pandan. Karena lelah selama perjalanan dan pencarian alamat, mereka berdua pun lahap menyantap makanan yang disuguhkan.

Selama mereka berdua fokus menyantap makanan, nenek-nenek tua itu pergi lagi ke arah belakang, saat datang kembali ke ruang tamu, dia menatap Jevera lalu bilang "Mas yang ini ya yang mau bertemu mbah?"

Jevera dan Yongki saling tatap dan berbisik

"Jev, kayaknya daritadi kita belum ngomong apa-apa deh, kok mereka tau yang punya keperluan elo ya?"

"Entah" Jevera menggeleng.

"Mari Mas-nya masuk, sudah ditunggu mbah didalam"

Jevera dan Yongki berdiri serentak

"Mas yang satunya tunggu dulu disini ya, di ruangan embah hanya boleh dimasuki oleh orang yang bermasalah" lanjut nenek-nenek tua itu pada Yongki.

Yongki pun mengangguk sambil mengusap bahu Jevera "Semoga sukses ya Jev"

"Iya Yong"

___

Jevera melangkah mengikuti nenek-nenek tua itu menuju ke belakang, di ruang bagian belakang merupakan dapur, jelas terlihat dari barang-barang/alat masak yang digantung di dinding.

Sebelum sampai di ruang bagian paling belakang, disisi kirinya ada satu pintu yang tertutup kain, saat pintu di buka ... aroma aneh seperti minyak wewangian dapat Jevera rasa.

"Mari silahkan masuk mas" Titah nenek-nenek tua itu.

Selangkah demi selangkah Jevera memasuki ruangan itu, aroma dupa tercium pekat. Pencahayaannya redup dan melihat ada sebuah meja terletak di tengah-tengah ruang, di atas meja itu ada sebuah persembahan hidangan semacam buah-buahan, daging, kembang tertata rapih di piring-piring berserta serpihan kembang-kembang bertaburan di seluruh lantai ruang. Di seluruh penjuru dinding dipasangi kain horden polos berwarna merah darah bahkan tidak terlihat lagi dinding bambunya. Dan, banyak kendi-kendi berjejer yang ditancapi dupa yang sedang menyala mengelilingi ruangan itu.

Di ujung ruang ada sesosok pria tua duduk bersila dengan mata terpejam sedang menunggunya

"Kemari Tuan ... silahkan duduk" Mbah Prayit menelunjuk ke lantai didepan ia duduk.

"Iya mbah" Jevera pun duduk sesuai intruksinya. Setelahnya mbah prayit membuka sedikit matanya melihat Jevera.

"Mmmm ... ooh ..." Mbah Prayit menghela napas panjang sambil menggeleng-gelengkan kepalanya seakan sudah tahu permasalahan Jevera.

"Mbah bisa tolongin saya? Saya ... saya ... anu mbah"

Mbah Prayit masih menggeleng-gelengkan kepalanya sambil bergumam "Hmm ... Weessss Angel, angel"

"Angel? Apa itu angel mbah?"

"Kamu sudah disukai oleh mereka"

Jevera spontan merinding ingat perkataan Kelvin kalau ia telah diikuti oleh mahluk dari dunia lain.

"Mbah, tolongin saya mbah, saya ingin hidup normal seperti dulu lagi, tolong usir mereka yang menganggu saya mbah"

"Berurusan dengan mahluk dari dunia lain sama dengan berurusan dengan manusia, ADA SEBAB, ADA AKIBAT, Tetapi penanganannya harus dengan cara kusus, tidak bisa disamakan dengan cara manusia"

Jevera mengangguk-angguk walau gak ngerti maksudnya apa.

"Kita manusia hidup, mereka juga hidup, kita bernapsu/berkeinginan, mereka pun bernapsu tetapi kehidupan diantara kita dipisahkan oleh dinding pembatas. Segelintir dari kita ada yang bisa menembus dinding pembatas itu, begitupun mereka. Jadi, kita harus tahu dulu penyebab mereka menembus dinding pembatas itu untuk menganggu kita."

Jevera masih mengangguk-angguk seperti tadi.

"Dan, dari segelintir manusia yang bisa menembus dinding pembatas itu adalah saya. Jadi, sekarang saya akan coba menembus dinding pembatas itu untuk berkomunikasi dengan mereka melalui perantara tubuhmu."

Mbah prayit ngeliatin tubuh Jevera, sedangkan Jevera sendiri bengong.

"Sekarang kamu lepaskan seluruh pakaianmu"

"Haaaa Apa mbah?"

"Jangan ada satupun kain yang menempel, itu syarat yang harus dilakukan"

"Harus Bugil?" Jevera kaget dengan Syarat itu.

"Hemmm" Mbah Prayit senyum, mengangguk-angguk sambil ngelus-elus jenggotnya.