Keesokan harinya pada suatu siang yang cerah di sebuah bangku taman yang letaknya agak jauh di depan Perpus Pusat, kira-kira pukul 11.30 WIB, Dea sedang bertengkar dengan Jimmy hingga Dea menangis dengan menutupi wajahnya dengan bukunya seperti kemarin dan akhirnya terucap kata 'Putus' dari Jimmy. Meski Jimmy sudah mengatakan putus kepada ceweknya tersebut, tapi dia masih memarahi dan memaki-makinya di hadapannya dengan nada keras pula lantaran dia cemburu.
"Ndre, lihat di sebelah sana itu! Sepertinya cowok kemarin sedang memarahi ceweknya lagi dech!" kata Roy sambil menunjuk ke Jimmy yang sedang berdiri di hadapan Dea dan menunjuk-nunjuk mukanya.
"Astaghfirullaaahhh! Iya, Roy! Ayo cepat kita samperin dia sekarang juga!" jawab Andre, lalu dia segera berlari melompati sederet tanaman melati di sampingnya menuju ke Dea dan Jimmy yang jaraknya kira-kira 50 meter darinya. Roy pun segera berlari mengikuti Andre dari belakang.
"Heemmmm....kamu lagi...kamu lagi!" kata Jimmy sambil menggeleng-gelengkan kepalanya ketika menoleh ke Andre yang sudah berada di dekatnya.
"Ada apa ini?" tanya Andre dengan kedua matanya menyala-nyala.
"Jangan ikut campur ya!" ancam Jimmy sambil menunjuk muka Andre, sedangkan Roy tetap tenang, karena dia belum tahu permasalahannya.
"Kalian berdua cepat pergi dari sini! Ini bukan urusan kalian berdua! Sontoloyo!!" sambung Jimmy dengan nada keras sambil berkacak pinggang. Dea semakin keras menangisnya dan masih menutupi wajahnya dengan bukunya.
"Mas, aku hanya ingin tahu, kenapa dia menangis lagi seperti kemarin??" tanya Andre sambil menunjuk ke Dea yang ada di belakang Jimmy.
"Sudah aku bilang ini bukan urusanmu! Cepat pergi dari sini!" usir Jimmy dengan marah-marah.
"Mau aku tonjok lagi mukamu??" ancam Jimmy kepada Andre. Lima detik kemudian, Jimmy melayangkan kepalan tangan kanannya ke wajah Andre, tapi Andre berhasil menangkisnya dengan cepat, lalu Roy segera menendang perut Jimmy hingga dia terjatuh ke tanah berumput. Terjadilah perkelahian antara Roy dan Jimmy dengan berguling-guling di tanah berumput di taman Perpus Pusat sambil saling baku hantam. Andre pun ikut memukuli Jimmy hingga akhirnya kedua tangan dan kaki Jimmy berhasil dikunci oleh Andre dan Roy.
"Ayo cepat ngaku! Kamu apain cewek itu sampai dia menangis kayak gitu??" tanya Roy sambil menduduki punggungnya dengan memegangi kedua tangannya erat-erat ke belakang, sedangkan Andre memegangi kedua kakinya dengan erat-erat pula.
"Sialan kalian berdua! Awas ya! Sontoloyo!!" jawab Jimmy. "Aaaaaaaarrrrgggghhhh! Toloooooonngggg!!" teriak Jimmy sekuat tenaga sambil sesekali berontak untuk melepaskan kuncian Andre dan Roy. Pada saat itu, tidak ada satu orang pun yang melihat mereka berkelahi, karena banyak yang sibuk di dalam Perpus Pusat dan kuliah.
"Kami berdua akan semakin erat menguncimu kalau kamu tidak mengaku! Ayo cepat mengakulah!" ancam Roy.
"Ayo cepat katakan!" desak Roy yang sekarang menekan tengkuknya dengan kedua sikutnya, sehingga janggut Jimmy menekan tanah berumput taman Perpus Pusat tersebut.
"Aku cemburu!" jawabnya singkat.
"Sudah! Lepaskan aku! Tolooooongggg!!" rengek Jimmy sambil berteriak minta tolong.
"Tidak! Enak saja kamu!" jawab Andre yang masih memegangi kedua kaki Jimmy dengan erat-erat.
"Cuma itu saja?" tanya Roy sambil menekan lagi tengkuknya Jimmy.
"Heeii, sakit tahu! Aduuuuhhh! Aduuuuhhh!" kata Jimmy dengan mengaduh–aduh kesakitan.
"Sontoloyo!!" maki Jimmy lagi dengan kata tersebut.
"Apa kamu bilang barusan?? Sontoloyo??" tanya Roy dengan nada keras sambil mendekatkan mukanya di telinga kanannya Jimmy.
"Kalau kamu bilang itu lagi, aku akan semakin menekan tengkukmu kuat-kuat! Mengerti??" ancam Roy dengan suara cukup keras di dekat telinga kanannya Jimmy.
"Iya, aku menyerah!" jawab Jimmy yang mulai lemas.
"Kamu belum menjawab pertanyaanku tadi kan?!" tanya Roy yang kini dengan suara yang cukup pelan, tapi masih di dekat telinga kanannya Jimmy.
"Iya, cuma itu saja kok!" jawabnya lirih sambil menahan sakit di tengkuknya.
"Terus kenapa cewekmu itu menangis??" tanya Roy lagi yang masih menekan tengkuknya dengan kedua sikutnya, tapi tidak sekuat seperti tadi.
"Sakit tahuuu! Cepat lepaskan! Aduuuhhh! Aduuuuhhh!" teriak Jimmy sambil mengaduh-aduh kesakitan.
"Tidak!" jawab Roy singkat yang masih di dekat telinga kanannya Jimmy. Saking geramnya kepada cowok tersebut, Roy tidak melepaskan kunciannya hingga Jimmy mengatakan semua yang ditanyakannya.
"Hei, kamu belum menjawab pertanyaanku!" sambung Roy sambil menggoyangkan punggung Jimmy dengan pantatnya tiga kali, karena Jimmy terdiam.
"Aku marahin dia!" jawab Jimmy.
"Kita lepaskan saja, Roy! Dia sudah menjawab semua!" kata Andre sambil menoleh ke Roy yang ada di belakangnya yang sejak tadi memegangi kedua kaki Jimmy erat-erat sambil mendudukinya.
"Baiklah! Mari kita lepaskan kecoak ini bersama-sama!" jawab Roy.
"Tunggu dulu, Roy!" cegah Andre.
"Kenapa, Ndre?!" tanya Roy.
"Ayooooo cepat lepaskan aku! Sakit tahuuu! Aduuuhhhh! Aduuuuuhhh!" teriak Jimmy lagi dengan mengaduh-aduh kesakitan sambil sesekali berontak untuk melepaskan kunciannya Andre dan Roy yang masih kuat.
"Kita bikin perjanjian dulu dengan kecoak ini sebelum melepaskannya ke alam bebas!" jawab Andre.
"OK!" setuju Roy.
"Perjanjian apa?? Ayoooooo cepat lepaskan akuuuu! Sakit tahuuuuu! Aduuuuuhhhh! Aduuuuuuhhhh!" tanya Jimmy sambil memohon kepada Roy dan Andre untuk melepaskan kuncian mereka berdua.
"Ingat ya! Kalau kamu ganggu lagi cewek itu tadi, kita berdua tidak segan-segan akan bikin kamu lumpuh! Mengerti??" ancam Roy.
"Iya, aku mengerti!" jawab Jimmy yang sudah mulai lemas. Tidak beberapa lama kemudian, Andre dan Roy segera melepaskan kunciannya, lalu mereka berdua berdiri dengan berjaga-jaga apabila Jimmy menyerang, tapi Jimmy sudah tidak berani dengan Roy dan Andre lagi. Jimmy sudah jera. Tidak beberapa lama kemudian, Jimmy berdiri, lalu mengambil tas punggungnya yang tergeletak di dekatnya.
"Awas kalian berdua ya!" ancam Jimmy sambil menunjuk ke Roy dan Andre, lalu Jimmy pergi begitu saja dari hadapan mereka berdua menuju ke tempat parkir mobil untuk pulang. Setelah Jimmy sudah menjauh, Andre dan Roy segera menghampiri Dea yang masih menangis dengan menutupi wajahnya dengan bukunya. Tangisannya kali ini tidak sekeras tangisannya ketika Roy dan Andre berkelahi dengan mantan cowoknya tersebut tadi.
"Mbak, tenang, mbak! Cowok tadi sudah pergi kok!" kata Andre lirih sambil duduk di sampingnya dan melihat ke sebuah buku yang sedang menutupi wajahnya. Setelah Andre berkata demikian, Dea perlahan-lahan membuka bukunya, lalu memeluk Andre sambil kembali menangis terisak-isak.
"Tenang, mbak! Cowok tadi sudah pergi kok!" kata Roy yang duduk di sebelah Andre.
"Kalau ada apa-apa dengan dia lagi, mbak jangan segan-segan untuk menghubungi kita berdua kok, mbak!" sambung Roy.
"Iya, terima kasih ya!" jawab Dea sambil melepaskan pelukannya pada Andre.
"Dia sudah mengatakan putus tadi!" sambungnya dengan menyeka-nyeka air matanya yang mengalir di kedua pipinya dengan sapu tangan kesayangannya yang kemarin dipakai untuk menyeka-nyeka air matanya di kedua pelupuk matanya juga.
"Masalahnya tadi apa, mbak? Kok bisa mbak menangis??" tanya Andre pura-pura.
"Aku tadi melihat cowok itu memaki-makimu! Karena kasihan, aku membelamu, mbak! Temanku ini aku ajak tadi!" kata Andre kalem.
"Oh ya?" tanya Dea sambil menoleh ke Andre. Seketika itu juga, ada getar-getar cinta di hati Dea ketika memandangi wajah Andre yang cukup ganteng tersebut. Sejenak dia larut dalam buaian jatuh cinta kepadanya.
"Iya, mbak!" jawab Andre singkat. Andre pun menatap kedua kornea matanya yang berwarna agak kebiru-biruan dan bulu-bulu matanya yang lentik. Saat ini, Andre juga jatuh hati kepada Dea.
"Terima kasih banyak ya, mas!" ucap Dea. Roy hanya tersenyum saja tanpa mengeluarkan sepatah kata pun yang duduk di samping Andre. Perhatian Dea hanya terfokus pada Andre saja saat ini. Dea tidak menghiraukan Roy. Demikian juga dengan Roy, dia tidak mempedulikan Dea, karena Roy membantu Andre untuk dekat dengan Dea yang bagi Andre adalah pujaan hatinya yang kemarin dilamun di kantin. Pada saat ini, Roy sedang mengirimkan pesan-pesan singkat dari HPnya ke seorang cewek temannya sekelas yang sedang diincarnya.
"Iya, sama-sama, mbak!" jawab Andre.
"Oh iya, kenalkan namaku Andre, mbak! Aku Mahasiswa jurusan Ekonomi semester tiga!" kata Andre yang memperkenalkan dirinya sambil menyodorkan tangan kanannya kepada Dea.
"OK! Namaku Claudea, mas! Panggil saja Dea! Aku mahasiswi jurusan Bahasa Inggris dan masih semester tiga juga!" jawab Dea sambil bersalaman dengan Andre.
"Oh iya, di sebelahku ini adalah temanku sekelas yang membantuku tadi! Namanya Roy!" kata Andre sambil menunjuk ke Roy yang duduk di sebelahnya dan masih sibuk dengan HPnya. Seketika itu, Roy segera menghentikan sejenak kesibukannya dengan HPnya, lalu mengulurkan tangan kanannya ke Dea.
"Dea!" kata Dea memperkenalkan diri sambil berjabat tangan dengan Roy dan tersenyum kepadanya.
"Roy!" jawab Roy sambil tersenyum kepada Dea juga.
"Senang berkenalan dengan kalian berdua!" kata Dea setelah melepaskan jabatan tangannya dengan Roy. Setelah bersalaman dengan Dea, Roy kembali sibuk dengan HPnya.
"Sama-sama, Dea!" jawab Andre.
"Aku juga, Dea!" jawab Roy sambil menggoda cewek incarannya dengan mengirimkan pesan-pesan singkat dari Hpnya lagi.
"Oh iya, akun Facebook kalian apa?" tanya Dea sambil Sign In ke Facebook di HP Androidnya.
"Andre Superboy!" jawab Andre.
"Kalau akunku, Roy Martin!" jawab Roy yang kali ini sambil menoleh ke Dea.
"Roy Martin?" tanya Dea sambil tersenyum yang sempat terkejut kepada Roy dengan namanya.
"Ini?" tanya Dea lagi sambil menunjukkan akun Facebooknya Roy kepada Roy.
"Iya, bener, Dea!" jawab Roy sambil melihat ke HPnya Dea yang menunjukkan akun Facebooknya.
"Memang kenapa, Dea?" tanya Roy.
"Itu nama asli ya Roy?" tanya Dea balik.
"Iya, Dea!" jawab Roy singkat.
"Kayak artis aja nama kamu, Roy!" kata Dea sambil tertawa.
"Dulu ayahku penggemar berat Roy Martin ketika Ibuku mengandungku, Dea!" jelas Roy dengan senyum-senyum.
"Beneran?" tanya Dea.
"Iya, beneran, Dea!" jawab Roy.
"Ngapain sih aku bohongin kamu, Dea! Kalau nggak percaya, ini kartu mahasiswaku!" sambung Roy sambil menunjukkan kartu mahasiswanya kepada Dea. Dea segera mengambil Kartu Mahasiswanya Roy, lalu Dea tersenyum-senyum setelah membaca namanya.
"Jangan lupa nanti dikonfirm ya!" pesan Dea kepada Andre dan Roy. Kemudian, Dea mengembalikan Kartu Mahasiswanya Roy.
"Beres, Dea!" jawab Andre, sedangkan Roy hanya memberikan jempolnya saja kepada Dea sambil kembali sibuk dengan HPnya.
"Aku online setiap hari kok, Dea! Jangan kuatir!" kata Andre.
"Aku juga online setiap hari, Dea!" kata Roy yang ikut-ikut Andre tanpa melihat ke Dea.
"Siiipp!" jawab Dea sambil memasukkan HP Androidnya ke dalam tasnya.
"Ngomong-ngomong, kamu tadi diapain sama cowokmu itu, Dea?" tanya Roy dengan serius sambil menoleh ke Dea.
"Dia itu sekarang mantanku! Dia itu pencemburu dan pemarah! Aku jadi benci sekali kepadanya!" jawab Dea sambil menempelkan pipi kanannya di pundak Andre. Satu menit kemudian, kedua matanya mulai berkaca-kaca, lalu air matanya menetes lagi di kedua pipinya. Melihat Dea yang sudah menempel di pundak Andre, Roy segera memberenguti Andre dengan bercanda. Andre pun mengedipkan mata kirinya ke Roy. Roy pun tersenyum.
"Dipukul nggak, Dea?" tanya Roy dengan muka serius. Dea hanya menggeleng-gelengkan kepalanya saja dan pipi kanannya masih menempel di pundak Andre.
"Tenang saja, Dea! Kami berdua siap membantumu kok kalau ada apa-apa lagi dengan cowokmu....eh, mantan cowokmu itu!" jawab Andre. Setelah Andre berkata demikian, Dea menegakkan kepalanya kembali dari bahu Andre, lalu dia melihat waktu di arlojinya.
"Sudah jam setengah tiga sekarang! Aku harus pulang, teman-teman! Senang bertemu dengan kalian berdua! Terima kasih banyak ya! Sampai bertemu kembali!" pamit Dea kepada Andre dan Roy sambil membawa tasnya.
"Sama-sama, Dea! Sampai jumpa lagi! Apa perlu aku antar, Dea?" jawab Andre sambil menawarkan bantuan kepada Dea.
"Tidak perlu! Aku bawa mobil sendiri kok!" jawab Dea sambil beranjak dari sebuah tempat duduk di taman Perpus Pusat tersebut.
"Hati-hati ya Dea!" pesan Andre.
"Iya, Ndre!" jawab Dea sambil menoleh ke belakang, lalu melambaikan tangan kanannya kepada Andre dan Roy dan balik badan lagi menuju ke tempat parkir mobil.
"Ndre, ini kesempatanmu! Jangan sia-siakan!" kata Roy kepada Andre.
"Doakan saja ya Roy!" jawab Andre sambil tersenyum.
"Kalau kamu berhasil, hadiah buat aku apa nih?" tanya Roy.
"Sebungkus rokok dan secangkir kopi susu!" jawab Andre.
"Oke!" kata Roy sambil tersenyum-senyum kepadanya. Kemudian, kedua sahabat karib tersebut tertawa-tawa bersama.
"Yuk kita pulang, Ndre! Sudah menjelang sore nih!" ajak Roy sambil melihat ke waktu di arlojinya yang sekarang telah menunjukkan pukul 14:35 WIB.
"Iya, sudah jam setengah tiga sekarang!" jawab Andre yang juga melihat waktu di arlojinya. Kemudian, kedua sahabat karib tersebut segera beranjak dari sebuah tempat duduk di taman Perpus Pusat tersebut dan berjalan bersama menuju ke tempat parkir khusus sepeda motor.
"Aku yakin kalau dia nanti akan menjadi milikmu, Ndre!" kata Roy
"Ah, masak, Roy?" tanya Andre yang tidak percaya dengan ramalannya Roy.
"Iya, Ndre! Kalau dilihat cara dia memandangmu tadi, Ndre!" jawab Roy dengan meyakinkan Andre.
"Jangan lupa, sebungkus rokok dan secangkir kopi susu ya nanti!" ingat Roy kepada Andre.
"Pasti, sobat!" jawab Andre, lalu keduanya tertawa-tawa kembali bersama.
"Ngomong-ngomong, terima kasih banyak ya Roy telah membantuku membuat mantan cowoknya Dea tadi kapok!" sambung Andre sambil menoleh ke arahnya dan berjalan bersama menuju ke tempat parkir sepeda motor. Andre hanya dibonceng Roy saja selama ke kampus, baik berangkat kuliah maupun mengikuti ekstra Taekwondo.
"Sama-sama, kawan! Tidak perlu berterima kasih, Ndre! Santai saja!" jawab Roy. Lima belas menit kemudian, Roy membonceng Andre dengan sepeda motor bututnya pulang. Ketika berada di dalam rumahnya, Andre segera merebahkan diri di Sofa. Tidak beberapa lama kemudian, dia langsung online untuk mengkonfirmasi Dea, sedangkan Roy yang merupakan tetangga dekatnya Andre segera mandi. Kebetulan, pada waktu itu Dea sedang online, sehingga Andre pun menyapanya terlebih dahulu dengan menchattingnya. Sepuluh menit kemudian, Dea baru membalasnya, karena dia sibuk curhat dengan teman cewek sekelasnya tentang mantan cowoknya tadi setelah memblokir akun Facebook mantannya itu. Terjadilah komunikasi saling berbalas via chatting antara Dea dan Andre selama dua jam. Dalam chattingan tersebut, Dea malah mengajak Andre makan-makan di sebuah restoran di sekitaran Jakarta di malam Minggu besok. Tanpa banyak berfikir, Andre pun mengiyakan ajakan Dea tersebut. Keesokan harinya di malam Minggu sekitar pukul 19:00 WIB, Dea mendatangi rumah Andre dengan membawa mobil Toyota Yaris warna putihnya yang khusus dibelikan Papanya untuknya. Karena Roy adalah sahabat terbaiknya Andre yang penuh pengertian, Roy tidak ikut pergi bersama Dea meski Dea sedikit memaksanya untuk ikut. Roy membiarkan Andre menikmati malam minggunya bersama dengan seorang perempuan bermata bidadari pujaan hatinya. Ketika di restoran, Andre dan Dea hanya bercanda dan ngobrol-ngobrol ringan saja seputar perkuliahan mereka berdua masing-masing serta sesekali ngomongin Roy. Dea tidak menyinggung soal mantan cowoknya kemarin, karena Dea sengaja melupakannya dan menghibur diri dengan Andre. Getar-getar cinta di hati Dea malam itu semakin kuat kepada Andre. Demikian juga dengan Andre, rasa sayangnya kepada Dea juga semakin kuat.
"Ciiieeee....ciiieeee....ciieeee....yang sudah jadian! Suit-suit! Selamat ya, Ndre!" sindir Roy sambil tersenyum dan memainkan petikan-petikan melodi dengan gitar akustik yang dipegangnya sekarang kepada Andre yang barusan pulang makan-makan dari resto dengan diantar oleh Dea.
"Hahahaha....beluuummm, Roy! Masih penjajakan kok! Suer!" jawab Andre sambil berjalan mendekati Roy, lalu dia duduk di sampingnya di sebuah bangku yang diduduki Roy sekarang di depan pagar rumahnya.
"Doain ya, Roy!" sambung Andre yang sudah duduk di samping Roy sambil membuka resleting jaket hitam kulitnya.
"Pasti, sobat! Jangan kuatir!" jawab Roy yang masih memainkan sebuah melodinya Queen dari lagu Bohemian Rapsody dengan gitar akustiknya.
"Jangan lupa ya! Sebungkus rokok dan secangkir kopi susu kalau doaku terkabul ya!" sambung Roy dengan tersenyum-senyum.
"Siap, bang Roy!" jawab Andre.
"Gimana tadi, Ndre?" tanya Roy penasaran dengan makan malamnya Andre dan Dea tadi.
"Tadi aku cuma ngobrol-ngobrol ringan aja dengan Dea seputar perkuliahan dan ngobrolin bodyguardku!" jelas Andre sambil menyeruput secangkir kopi pahitnya Roy yang ada di tengah bangku tersebut.
"Ebuseeett bodyguard!" sahut Roy sambil nyengir ke Andre.
"Maap ya Roy....Hahahaha!" jawab Andre sambil tertawa terbahak-bahak.
"Iya, nggak apa-apa kok! Santai saja! Suka-suka kamulah!" kata Roy yang kini memainkan sebuah melodi dari lagunya Dewa 19 yang berjudul Aku Milikmu.
"Tambah rokok sebungkus lagi ya! Kan aku juga jadi bodyguardmu sekarang!" canda Roy sambil menoleh ke Andre. Andre hanya tertawa.
"Deal?" tanya Roy sambil menyodorkan tangan kanannya ke Andre.
"Iya, dech! Deeeeaaaaalll! Hahahaha....!" jawab Andre sambil bersalaman dengan Roy pertanda Andre menyepakati perjanjian dengan Roy untuk menambah satu bungkus rokok lagi kalau doanya Roy tadi terkabul. Keduanya pun segera tertawa terbahak-bahak.
"Aku kamu omongin ke Dea apa aja tadi, Ndre?" tanya Roy sangat ingin tahu sambil menghentikan sejenak permainan melodinya.
"Baik-baik kok, Roy!" jawab Andre sambil tersenyum.
"Suer!" sambung Andre sambil memberikan isyarat dengan menunjukkan jari telunjuk dan tengah kanannya kepada Roy sambil tersenyum-senyum lagi. Roy hanya tersenyum saja.
"OK, aku percaya kok!" jawab Roy sambil menatap bintang-bintang di langit malam yang cerah saat itu dan memainkan melodi lagu Aku Milikmu dari Dewa 19 tadi berulang-ulang.
"Bagaimana Dea menurutmu, Ndre?" tanya Roy yang juga ingin tahu.
"Mau tahu aja apa mau tahu banget nih?" tanya Andre balik.
"Aku mau tahu goreng aja, Ndre! Sepuluh sama cabenya ya!" canda Roy.
"Idiiihhh!" jawab Andre singkat.
"Di kedua mataku, Dea itu anaknya baik, penyabar, sopan, dan cantik!" kata Andre lagi sambil tersenyum.
"Aku juga mengira seperti itu, Ndre!" kata Roy.
"Teruskan perjuanganmu, Ndre!" kata Roy lagi.
"Pasti, bro!" jawab Andre sambil tersenyum.
"Aku yakin, nggak akan lama kok Dea akan menjadi kekasihmu, Ndre!" tebak Roy dengan yakin.
"Aamiin!" jawab Andre sambil menengadahkan kedua tangannya ke atas, lalu mengusapkan kedua telapak tangannya ke wajahnya.
"Melodi yang aku mainkan ini dari lagunya Dewa 19 yang judulnya Aku Milikmu! Enak kan?" kata Roy.
"Iya, enak banget, Roy! Aku suka!" jawab Andre.
"Kita nyanyi lagu ini bersama yuk!" ajak Andre.
"Yup!" sanggup Roy. Kedua sahabat karib tersebut pun menyanyikan lagu itu bersama dua kali. Setelah selesai, keduanya masuk ke rumahnya masing-masing, karena waktu sudah menunjukkan pukul 23:00 WIB dan situasi tetangga samping kanan kiri dan depan sudah banyak yang tidur. Di dalam kamar, Andre tidak langsung tidur, tapi online dulu. Dea yang sudah online mulai setengah jam setelah mengantarkan Andre pulang, ketika tahu Andre online, Dea segera menchattingnya untuk mengajaknya ngobrol-ngobrol. Dalam chattingan tersebut, Dea mengajak Andre untuk menemaninya ke toko buku dan beli baju besok pagi. Tanpa banyak basa-basi, Andre tak menolak ajakan Dea. Keesokan paginya pada pukul 07:30 WIB, Dea menjemput Andre ke rumahnya dengan membawa mobilnya. Setelah ke toko buku dan beli baju, Dea mengajak Andre makan-makan di dekat Mall tempat Dea membeli baju tadi. Ketika makan-makan, Dea sesekali memandangi wajah gantengnya Andre. Dalam hatinya, suatu saat nanti Dea akan menerima pernyataan cintanya Andre bila Andre mengatakan cinta kepadanya. Saat ini, Dea masih menunggunya. Dea merasa nyaman banget jalan bersama Andre. Demikian juga dengan Andre, suatu saat nanti dia akan mengatakan cinta kepada Dea. Andre menunggu saat yang tepat terlebih dahulu untuk mengatakannya. Saat ini Andre merasa terlalu dini untuk mengatakan cintanya kepada Dea.
"Ndre, besok aku mau ke Perpus Pusat! Maukah kamu menemaniku?" kata Dea sambil bertanya kepada Andre.
"Jam berapa, Dea?" tanya Andre balik sambil membersihkan mulutnya dengan selembar tisu yang barusan dia ambil dari sebuah kotak tisu di depannya.
"Jam setengah satu siang!" jawab Dea sambil meminum es jeruknya dari sedotan setelah memakan mie goreng dengan satu paha ayam krispi pesanannya yang kira-kira tinggal dua sendok lagi, tapi paha ayam krispinya sudah tinggal tulangnya saja.
"Bisa?" tanya Dea sambil harap-harap cemas Andre bisa menemaninya besok ke Perpus Pusat untuk mencari referensi-referensi tugasnya yang akan dikumpulkan di hari Rabu.
"Iya, bisa, Dea!" sanggup Andre setelah berfikir sejenak.
"Kebetulan besok aku cuma kuliah di jam pertama dua SKS saja!" sambung Andre.
"Terima kasih ya, Ndre!" ucap Dea.
"Iya, Dea! Sama-sama!" jawab Andre singkat. Setiap bersama Dea, Andre tak jemu-jemu memandangi kedua mata Dea yang indah dan lentik. Dea adalah keturunan bule Australia dari Ayahnya, sedangkan Ibunya asli Jakarta, Indonesia. Kulit Dea tidak bule seperti Ayahnya, tapi hanya warna matanya saja seperti ayahnya, sedangkan kulit dan bulu mata lentiknya seperti Ibunya.
"Kita pulang yuk! Sudah siang nih!" ajak Dea sambil menyedot es jeruknya hingga habis.
"OK, Dea!" jawab Andre. Dea segera beranjak dari kursinya untuk membayar makanan dan minumannya berdua ke kasir.
"Biar aku yang bayarin, Dea!" cegah Andre untuk membuktikan kalau dia adalah cowok yang tidak tergantung pada perempuan.
"OK! Makasih banyak ya, Ndre!" ucap Dea.
"Sekarang aku tunggu di mobil ya, Ndre!" pesan Dea kepada Andre.
"Iya, Dea!" jawab Andre sambil beranjak dari kursinya dan kemudian berjalan menuju ke kasir. Di dalam mobilnya, Dea tersenyum-senyum bahagia merasakan bersama Andre. Tidak beberapa lama kemudian, kedua remaja yang sedang dilanda asmara tersebut pulang. Seperti Sabtu malam kemarin, Dea menurunkan Andre dari mobilnya di depan rumahnya.
"Eheeeemmm....eheeemmm!" dehem Roy sambil mengelap sepeda motor bututnya yang biasanya dipakai untuk berangkat dan pulang dari kampus bersama Andre di depan halaman rumahnya.
"Eh, kamu, Roy!" jawab Andre sambil menoleh ke Roy sambil berjalan mendekati Roy dengan memasuki pintu pagar rumahnya yang dibiarkan terbuka.
"Kamu nggak keluar, Roy?" tanya Andre yang sudah ada di dekatnya.
"Enggak! Banyak pekerjaan di rumah yang harus aku selesaikan hari ini!" jawab Roy yang sekarang sedang mencoba menstarter sepeda motornya beberapa kali, tapi sepeda motornya belum mau menyala.
"Gimana dengan cewek gebetanmu, Roy?" tanya Andre.
"Masih PEDEKATE, pak!" jawab Roy sambil berjongkok dan menoleh ke muka Andre yang berdiri di sampingnya, lalu Roy tertawa.
"Doain ya bro!" mohon Roy sambil memeriksa kondisi busi sepeda motornya, karena sepeda motornya tidak mau menyala setelah distarter beberapa kali.
"OK! Mita ya Roy?" tanya Andre.
"Hehehehe....Iya, bro!" jawab Roy sambil tersenyum malu-malu, lalu mencoba menstarter sepeda motornya lagi. Pada usaha yang kedua, sepeda motornya Roy menyala, lalu Roy mematikannya setelah mengegasnya cukup kencang.
"Ada imbalannya nggak kalau kamu berhasil?" tanya Andre sambil tersenyum.
"Hehehe...ada dong!" jawab Roy sambil berjalan memasukkan sepeda motornya ke dalam rumahnya. Setelah itu, Roy menemui Andre lagi di halaman teras rumahnya. Pada saat ini, kedua orang tua Roy sedang asyik menonton TV di ruang tamu.
"Apa imbalannya?" tanya Andre sambil duduk dengan santainya di salah satu kursi dari empat kursi yang melingkari sebuah meja bundar dengan sebuah tanaman hias di dalam pot di tengahnya dan sebuah asbak di sampingnya.
"Secangkir kopi pahit!" jawab Roy dengan tertawa sambil duduk di sebuah kursi di terasnya tersebut berhadapan dengan Andre.
"Secangkir kopi pahit saja?" tanya Andre sambil tersenyum.
"Ditambah seperdelapan potong Pizza!" canda Roy, lalu keduanya pun tertawa terbahak-bahak.
"Iya, dech nggak apa-apa!" jawab Andre yang sekarang berhenti tertawa.
"Eh, kamu mau minum apa, Ndre?" tanya Roy.
"Aku mau pulang saja sekarang! Aku mau tidur siang! Istirahat" jawab Andre.
"Aku juga mau istirahat nih! Capek habis bersih-bersih rumah juga!" kata Roy.
"Sampai ketemu besok Senin ya Roy!" salam Andre sambil beranjak dari kursi yang didudukinya.
"Iya! Jangan sampai telat loh!" ingat Roy.
"OK!" jawab Andre sambil membuka kunci pagar rumahnya. Kedua orang tua Andre sudah dua hari ini mudik, sehingga Andre mengunci pagarnya. Rencananya, hari ini kedua orang tuanya pulang ke perumahan dinas Pegawai Negeri Sipil tersebut. Biasanya, pada hari minggu, Andre menyempatkan diri menulis cerpen untuk dikirim ke koran-koran seperti yang dilakukan oleh Ayahnya, tapi karena Andre sudah capek, maka Andre tidak menulis cerpen hari ini.
Keesokan harinya sekitar pukul dua belas siang lebih tiga puluh lima menit, Andre menemani Dea ke Perpus Pusat untuk mencari referensi-referensi tugasnya, sedangkan Roy sibuk dengan Mita. Di dalam Perpus Pusat, Dea merasakan kenyamanannya lagi bersama Andre. Hati Dea pun berbunga-bunga ketika bersama Andre.