Setelah Papanya sudah selesai mengurus berkas-berkas pindah kuliahnya Dea ke Oxford, keesokan harinya, Pak Anton dan istrinya menemani Dea ke Oxford untuk kuliah Bahasa Inggris melanjutkan kuliahnya di Indonesia sebelumnya hingga strata tiga atas keinginan Papa dan Mamanya. Namun, hubungan asmara antara Andre dengan Dea tetap berjalan meski terbatas secara online saja. Andre bertekad bahwa suatu saat nanti dia akan menyusul Dea kuliah di Oxford setelah dia lulus strata satunya. Hari demi hari pun berlalu. Andre yang dulu agak bermalas-malasan kalau belajar dan mengerjakan tugas, sejak Dea kuliah di Oxford, tidak ada kata malas atau bermalas-malasan lagi di kamus kehidupan bagi Andre sekarang untuk urusan kuliahnya. Andre bertekad untuk mengejar nilai A+ di setiap matakuliah yang ditempuhnya hanya untuk mendapatkan beasiswa strata dua ke Oxford. Selain itu, Andre juga ikut Unit Kegiatan Mahasiswa di Badan Eksekutif Mahasiswa dan Karya Ilmiah Mahasiswa sebagai penunjang keterampilannya berkomunikasi dan prestasinya yang diperlukan sebagai syarat mendapatkan beasiswa ke Oxford. Roy dan Dea seringkali menyemangati Andre untuk tetap terus meningkatkan prestasi akademik dan non akademiknya agar nantinya bisa bersama dengan Dea di Oxford. Satu semester pun berlalu. Prestasi akademik Andre nyaris sempurna dengan IPK 3.96. Untuk prestasi non akademiknya, karena sangat aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa, Andre terpilih sebagai ketuanya, sedangkan tiga karya ilmiahnya telah menjadi juara pertama di tingkat nasional, sehingga pamor Andre, Fakultasnya, Universitasnya, dan kedua orang tuanya menjadi naik. Prestasi-prestasi Andre di akademik dan non akademiknya tersebut terus berlanjut mulai dari Andre semester empat hingga semester tujuh saat ini. Hal inilah yang membuat Andre juga semakin tampan di mata para Mahasiswi di Fakultas dan Universitasnya, termasuk dikejar-kejar oleh Mita, ceweknya Roy sejak semester empat. Hubungan Roy dengan Mita pun sudah mulai tidak semesra dulu ketika Andre masih belum apa-apa.
"Sialan nih Andre! Cewek gue diembat juga!" gumam Roy sambil menutup pembicaraannya dengan Mita via HPnya, lalu Roy kini berjalan menuju ke tempat Andre sedang membimbing Mita menulis Karya Ilmiah di dalam Perpus Pusat. Sebenarnya, Mita berpura-pura ingin belajar menulis Karya Ilmiah ke Andre agar dia lebih dekat dengannya, sedangkan Andre masih tidak tahu-menahu kalau Mita ada maksud lain dengannya.
"Hai, Roy! Kita di sini!" teriak Andre dengan cukup keras sambil berdiri dari kursinya dengan melambaikan kedua tangannya kepada Roy yang sedang mencari keberadaan mereka berdua di dalam Perpus Pusat. Roy segera berjalan menghampiri mereka berdua yang dilihatnya dari kejauhan sedang saling bercanda.
"Sudah selesai kah bimbingannya, Ndre?" tanya Roy dengan cemberut ketika sudah berada di dekat Andre dan Mita.
"Memangnya kenapa, Roy?" tanya Andre.
"Aku mau mengajak Mita ke toko buku di kota sekarang, Ndre!" jawab Roy.
"Ke toko buku sekarang??" tanya Mita kepada Roy pacarnya.
"Iya, kamu mau kan, sayang? Nanti aku beliin es krim kesukaanmu!" tanya Roy balik ke Mita sambil merayunya.
"Enggak ah! Males!" jawab Mita sambil menempelkan pipi kanannya di meja dan memainkan ballpointnya.
"Mending aku terusin belajarku menulis Karya Ilmiah dengan Andre dech!" kata Mita yang masih menempelkan pipi kanannya di meja dan memainkan ballpointnya. Tidak beberapa lama kemudian, Mita menyandarkan punggungnya di kursinya, lalu bertanya kepada Andre:
"Betul nggak, Ndre?"
"Terserah kamu aja, Mit!" jawab Andre kalem.
"Yaudah kalau nggak mau! Aku ke toko buku sendiri aja!" kata Roy, lalu dia melangkahkan kedua kakinya menjauh dari Andre dan Mita keluar dari Perpus Pusat. Di benak Roy, Mita kini berbeda jauh dengan dulu yang tidak pernah menampik ketika Roy mengajaknya pergi, kecuali ada acara dengan keluarganya. Roy masih belum bertanya langsung kepada Andre perihal kedekatannya dengan Mita. Roy masih menganggapnya suatu hal yang wajar kalau Mita ingin berprestasi di bidang Karya Ilmiah tingkat nasional seperti Andre. Roy pun memakluminya. Ketika kembali dari toko buku, Roy menunggu Andre di pintu parkir sepeda motor untuk pulang bersama seperti biasanya.
"Tadi Mita kamu ajarin apa aja, Ndre?" tanya Roy sambil mengendarai sepeda motornya membonceng Andre.
"Masih seputar tata cara menulis Karya Ilmiah dan EYD!" jawab Andre sambil melihat ke kanan dan kiri tempat-tempat yang dilalui Roy dengan sepeda motor bututnya itu.
"Masih lama kah, Ndre?" tanya Roy.
"Masih lama gimana maksudmu, Roy?" tanya Andre yang kini melihat ke Roy di depannya.
"Maksudku, masih lama kah Mita bisa menulis Karya Ilmiah, Ndre?" tanya Roy lagi yang mengulanginya dengan pertanyaan yang komplit.
"Sebenarnya, Mita masih perlu banyak bimbingan dariku, Roy!" jawab Andre sambil melihat ke Roy.
"Oh begitu!" kata Roy singkat. Ada rasa kecemburuan dalam hati Roy, tapi Roy masih memendamnya. Di malam harinya sekitar pukul 19:00 WIB, Andre dan Mita keluar bersama ke toko buku yang dikunjungi Roy tadi siang dengan janjian terlebih dahulu di suatu terminal angkot yang tak jauh dari rumahnya Andre dan Mita. Roy mengetahuinya dari chattingannya dengan Mita di Facebook yang memberitahukan bahwa Mita akan pergi dengan Andre ke toko buku untuk memilih buku-buku mengenai menulis Karya Ilmiah. Roy hanya membiarkan saja. Pada pukul 21:00 WIB lebih sedikit, Andre pulang ke rumah. Roy sejak tadi menunggu Andre datang sambil memainkan gitarnya di depan rumahnya. "Eh, Roy! Belum tidur??" sapa Andre sambil duduk di samping Roy yang berhenti sejenak memainkan gitarnya.
"Aku lagi nungguin kamu, Ndre!" jawab Roy sambil menoleh ke Andre.
"Menungguku??" tanya Andre yang terkejut dengan perkataan Roy barusan.
"Iya, menunggumu pulang dari toko buku bersama Mita! Iya kan?" jawab Roy dengan cemberut.
"Memangnya kenapa, Roy?" tanya Andre.
"Mita itu pacarku, Ndre!" jawab Roy.
"Hahahaha....iya, aku sudah tahu itu dari dulu, Roy!" kata Andre sambil menertawai Roy yang terlihat bersungut-sungut malam ini.
"Kok kamu malah ketawa, Ndre?" tanya Roy dengan sinis.
"Gimana nggak ketawa! Lah kamu mengatakan Mita pacarmu malam ini kok!" jawab Andre sambil kembali menertawai Roy.
"Ada yang aneh, Ndre?" tanya Roy.
"Aneh banget!" jawab Andre sambil menertawai Roy lagi.
"Anehnya di mana, Ndre?" tanya Roy yang mulai gelisah.
"Tenang, Roy! Mita tidak akan aku apa-apain kok!" jawab Andre.
"Tadi aku ke toko buku memang Mita dulu yang mengajakku untuk memilihkan buku-buku tentang menulis Karya Ilmiah!" jelas Andre.
"Terus??" tanya Roy.
"Mita butuh banyak belajar untuk sepertiku, Roy! Mengertilah!" jawab Andre kalem.
"Awas kalau dia sampai kamu apa-apain! Aku cincang-cincang kamu entar!" ancam Roy setengah bercanda.
"Suer! Aku masih setia dengan Dea kok Roy!" jawab Andre sambil mengacungkan jari telunjuk dan tengah kanannya sebagai isyarat sumpahnya.
"Kalau begitu, terima kasih banyak ya Ndre!" kata Roy.
"Kita kan sahabat, Roy!" kata Andre.
"Pacar sahabat dilarang diembat! Begitu kan, Roy?" sambung Andre.
"Iya, bener! Tapi, akhir-akhir ini sejak Mita belajar menulis Karya Ilmiah sama kamu sikapnya berubah 180 derajat ke aku, Ndre!" jawab Roy sambil menjelaskan mengenai Mita.
"Apa iya, Roy??" tanya Andre terkejut yang memang tidak tahu-menahu perihal hubungan Roy dan Mita, karena Roy tidak bercerita apapun mengenai perubahan sikap Mita terhadapnya selama Mita dekat dengannya untuk belajar menulis Karya Ilmiah.
"Iya, Ndre!" jawab Roy sambil menghembuskan nafas lega setelah Andre mengatakan dengan jujur bahwa Andre masih setia dengan Dea.
"Terus aku harus bagaimana, Roy?" tanya Andre.
"Ya kamu terus lanjutin membimbing Mita sampai Mita bisa menulis Karya Ilmiah dong kalau begitu!" jawab Roy.
"Biar Mita aku awasin gerak-gerik dan gelagatnya ke kamu!" sambung Roy.
"OK?" tanya Roy.
"OK!" jawab Andre sambil mengangguk.
"Roy, aku masuk dulu ke dalam ya! Aku mau tidur! Sudah ngantuk nih!" pamit Andre sambil menguap.
"OK! Selamat tidur, sobat! Aku juga mau tidur nih! Aku sudah ngantuk!" jawab Roy.
"Selamat tidur juga, sobat!" ucap Andre sambil menjabat tangan Roy erat, lalu keduanya masuk ke rumahnya masing-masing yang bersebelahan untuk tidur. Keesokan harinya, Mita mengajak Andre makan-makan di sebuah resto yang cukup terkenal di kota sepulang kuliah dengan alasan sambil belajar menulis Karya Ilmiah. Sebenarnya, Andre menolaknya. Berhubung Roy menyuruh Andre untuk melakukannya, Andre pun menuruti ajakan Mita makan-makan di resto tersebut sambil mengajari Mita menulis Karya Ilmiah. Setelah mereka berdua sudah berada di dalam resto yang dituju tersebut, Roy mengabadikan moment-moment pacarnya tersebut makan-makan dengan Andre untuk dijadikan bukti atas inisiatif Andre sendiri dengan kamera dari kejauhan dan merekamnya dengan HPnya. Beberapa lama kemudian setelah Andre dan Mita selesai makan-makan, Roy memotretnya beberapa kali, lalu menunggunya di luar resto.
"Ndre, aku ingin ngomong sesuatu ke kamu!" kata Mita lirih kepada Andre yang duduk di hadapannya dalam satu meja.
"Ngomong aja, Mit! Jangan malu-malu!" jawab Andre sambil melihat ke waktu di arlojinya yang dipakai di tangan kirinya dan merekam percakapannya dengan Mita dengan HPnya.
"Kamu mau nggak, Ndre?" tanya Mita sambil tersenyum-senyum malu.
"Mau apa, Mit?" tanya Andre sambil meminum es sirupnya. Andre segera mengetahui gelagat Mita yang ingin mengatakan cinta kepadanya, tapi Andre berusaha diam saja.
"Ada yang marah nggak, Ndre?" tanya Mita sambil tersenyum-senyum malu lagi.
"Memangnya kamu mau ngomong apa, Mit?" tanya Andre.
"Apa sebaiknya aku mulai mengajarimu menulis Karya Ilmiah lagi?" tanya Andre lagi sambil membuka tas punggungnya yang ditaruhnya di bawah di samping kursinya untuk mengambil beberapa buku tentang menulis Karya Ilmiah.
"Aku nggak mood belajar kok hari ini, Ndre!" kata Mita sambil bertopang dagu dan menatap wajah gantengnya Andre sambil senyum-senyum.
"Lagian ini kan resto, Ndre!" kata Mita lagi.
"Lha terus kita ngapain lagi di sini?" tanya Andre yang sudah menduga sebelumnya bahwa Mita tidak akan belajar menulis Karya Ilmiah di resto. Menurut Andre, ini hanya akal-akalannya Mita saja.
"Dengerin aku ngomong sesuatu ke kamu ya!" kata Mita sambil tersenyum kepadanya.
"Ngomong sesuatu apa'an sih, Mit?" tanya Andre dengan serius.
"Mau kah kamu menjadi pacarku, Ndre?" pinta Mita kepada Andre setelah sempat hening sesaat sekitar dua menit.
"Apaaa?? Pacar??" tanya Andre kaget.
"Roy mau kamu ke manain, Mit?" tanya Andre dengan kalem.
"Aku biarin aja dia!" jawab Mita dengan santainya.
"Sebenarnya aku jatuh hati kepadamu setelah kamu berhasil menjuarai Karya-karya Ilmiah tingkat nasional!" jelas Mita dengan jujur.
"Maaf ya Mit!" jawab Andre.
"Maaf kenapa, Ndre?" tanya Mita yang sekarang sudah pasrah dengan keputusannya Andre.
"Sebenarnya aku sudah punya cewek! Dia sekarang kuliah di Oxford, Inggris! Aku dengan dia sudah lama berpisah karena keinginan kedua orang tuanya yang pindahin dia kuliah ke sana! Dia dulu kuliah Bahasa Inggris!" jelas Andre.
"Aku memacu diri untuk terus belajar lebih giat lagi agar bisa mendapatkan beasiswa untuk kuliah di sana! Harapanku adalah bisa bersama dengan dia di sana!" kata Andre.
"Lagian Roy itu masih sahabat karibku sendiri, Mit! Roy sering memotivasiku untuk terus belajar lebih giat lagi demi mendapatkan beasiswa ke Oxford untuk bersama cewekku!" kata Andre lagi.
"Iya, nggak apa-apa kok!" kata Mita yang kedua matanya mulai berkaca-kaca.
"Mit, kalau kamu mau belajar menulis Karya Ilmiah denganku, aku akan membimbingmu hingga bisa, tapi kasihan Roy kalau kamu khianati cintanya ke kamu!" kata Andre dengan kalem.
"Sebenarnya, Roy sangat sayang kamu, Mit!" sambung Andre lagi dengan kalem. Mita hanya terdiam saja sambil mengusap air matanya yang mulai keluar dari kedua matanya.
"Yuk kita pulang sekarang! Sudah sore nih!" ajak Andre sambil sembunyi-sembunyi mematikan rekamannya.
"Biar aku yang bayar ini semua!" kata Andre. Mita pun segera beranjak dari kursinya, lalu menunggu Andre di pintu resto. Ketika sudah di rumahnya, Roy segera bertanya kepada Andre mengenai makan-makannya tadi dengan Mita.
"Gimana tadi, Ndre?" tanya Roy.
"Ini coba kamu dengar rekamannya, Roy!" kata Andre sambil memberikan HPnya yang tadi dipake untuk merekam percakapan antara dia dan Mita. Roy pun mendengarkannya dengan seksama.
"Bukan salahku loh ya!" kata Andre sambil tertawa-tawa kecil.
"Sialan kamu, Ndre!" kata Roy sambil mematikan rekamannya tersebut, lalu memberikannya kembali ke Andre.
"Aku tadi juga memotret kamu dan Mita beberapa kali! Ini foto-fotonya!" kata Roy sambil memperlihatkan foto-fotonya dengan pacarnya Roy tersebut di kameranya.
"Gimana sekarang sebaiknya aku dengan Mita, Ndre?" tanya Roy.
"Apa aku putusin saja?" tanya Roy lagi.
"Jangan, Roy!" jawab Andre dengan nada sedikit keras.
"Sebaiknya kamu tunjukkan sayangmu kepada dia!" kata Andre.
"Foto-foto dan rekaman-rekaman itu nggak perlu kamu perlihatkan kepadanya! Soalnya dia bisa sakit hati!" kata Andre lagi.
"Terus apa yang harus aku lakukan, Ndre?" tanya Roy.
"Aku akan terus coba memotivasi Mita untuk terus belajar menulis Karya Ilmiah! Dan kamu, terus menyemangatinya ya Roy!" saran Andre.
"Aku rasa tadi Mita sudah mengerti kok penjelasan-penjelasanku! Dijamin tidak akan berpaling lagi darimu dia, Roy!" kata Andre.
"Kasih perhatian terus ke dia ya, Roy!" kata Andre lagi.
"OK! Terima kasih banyak ya sobat!" jawab Roy. Setelah itu, Roy pamit pulang. Sejak saat itu, Mita hanya bertanya kepada Andre seperlunya saja mengenai menulis Karya Ilmiah dan Roy memberikan perhatian penuh dan tulus ke Mita. Selebihnya, Mita belajar menulis Karya Ilmiah secara otodidak, baik dari buku maupun secara online. Meski berjauhan secara kasatmata, Andre dan Dea masih saling menjaga hati. Banyak cewek kampus, terutama sefakultas dengan Andre yang mengejar-ngejar Andre dengan alasan ingin belajar menulis Karya Ilmiah seperti Mita, tapi Andre menolaknya dengan halus. Cinta Andre sudah milik Dea. Satu semester berikutnya, yaitu di semester delapan, Andre dan Roy berhasil lulus. Roy tidak melanjutkan kuliah S2, sedangkan Andre berhasil mendapatkan beasiswa S2 ke Oxford, karena prestasi akademik dan non akademiknya. Roy, Dea, dan kedua orang tuanya pun sangat senang terhadap pencapaiannya Andre tersebut.