sesuai petunjuk dari Raja Naravarman. Hari ini Gustav kembali menghadap Raja Naravarman di sitana, namun kali ini Gustav hanya sendirian saja. di Aula Gustav membungkuk dan memberi hormat kepada Raja Naravarman.
"ikutlah denganku, ada rapat yang harus kamu hadiri"
Raja Naravarman berdiri dari singgasana-nya. Raja Naravrman berjalan ke pintu sisi kiri, dengan dikawal beberapa prajuritnya, Gustav mengikuti Raja Naravrman hanya beberapa langkah saja dibelakangnya. melewati lorong-lorong yang diterangi oleh cahaya lampu minyak, kemudian Raja Naravarman berbelok ke kanan masuk kedalam satu ruangan yang Gustav duga adalah ruangan untuk melakukan rapat strategi perang, terdapat meja besar yang diatasnya terdapat peta yang sudah dihamparkan, namun yang menarik perhatian Gustav adalah dua orang yang berdiri di tepi meja tersebut; seorang berkepla plontos namun mengenakan baju pelindung yang terbuat dari besi, bangun tubuhnya kekar dan terdapat bekas luka sodet di lengannya, orang kedua berambut cepak seperti mangkok yang dibalik, namun perawakannya tubunya sedang dan baik diantara rakyat Pallawaburi pada umumnya, ia mengenakan jubah panjang berwarna putih.
kedua orang itu memberi hormat kepada Raja Naravarman yang memasuki ruangan. GUstav mengambil posisinya dengan berada disamping raja.
"ini Jendral Divandra" menunjuk pada pria berkepla plontos itu. "ia adalah Jendral tentaraku dan penasihat militerku". JendralDivandara hanya mengganguk tanpa ekspresi.
"ini adalah Pranav, dia bendahara kerajaan dan juga orang terkaya di negeri ini". Bendahara Pranav tersenyum pada Gustav, ia membungkukkan sedikit badannya kepada Gustav.
"senang bertemu denganmu orang asing. kerajaan ini menantikan kerjasama yang menguntungkan dengan orang-orang di sisi lain dunia ini". Pranav mengucapkannya dengan bahasa florian yang cukup fasih. Gustav hanya tersenyum saja.
Rapat dimulai dengan briefing yang disampaikan oleh Jendral Divandra. Jendral Divandra mengungkapkan bahwa pasukan kerajaan dibawah pimpinan langsung pangeran mahkota Ramavarman , dengan kekuatan sekitar 10,000 orang telah berangkat menuju perbukitan bernama pnomvyadha yang merupakan batas antara kerajaan Pallawaburi dengan Butua. menurut perkiraan. Pasukan Butua sudah berkumpul ditepi sungai dekat perbukitan pnomvyadha, menunggu salahsatu pihak untuk menyerang lebih dulu.
"berapa kekuatan pasukan musuh sejauh laporan terbaru?' tanya Gustav.
melalui penerjemah Jendral divandra menjawab oertanyaan Gustav
"kekuatan musuh sekitar 10,000 sampai 15,000 orang" ujar penerjemah
"lalu bagaimana dengan persenjataan musuh?. apakah musuh memilikipersenjataan yang setara dengan yang dimiliki oleh kalian?"
"persenjataan musuh sama saja dengan kami. mereka menggunakan pedang, tombak dan busur panah juga Gajah-Gajah dan kuda sebagai kavaleri. hanya saja kualitas besi pihak musuh agak lebih baik daripada kami, sehingga kerapkali baju pelindung prajurit kami gampang ditembus oleh senjata musuh dan pedang milik pasukan kami mudah untuk patah" ujar penerjemah menerangkan.
---------------------
"jadi apa kamu bisa membantu kami?" tanya raja Naravarman
"tidak masalah. izinkan saya untuk berangkat ke garis depan secepatnya, agar saya dapat bergabung dengan pasukan yang dipimpin Pangeran Mahkota" ujar Gustav
ada rasa kekaguman dan rasa bahagia berdesir di hati Raja Naravarman. perkataan Gustav setidaknya dapat menentramkan hatinya.
"apakah kamu membutuhkan sesuatu, mungkin kami dapat mengusahakannya"
"Baku hanya meminta dua unit pasukan berkuda. dan berikan lebih banyak kuda-kuda untuk menarik persenjataan dan perlengkapan milik kami"
"Divandara...Pranav. dapatkah kalian menyediakan dua unit pasukan berkuda dan kuda-kuda untuknya" ujar Raja Naravarman menoleh kepada Divandra dan Pranav.
"tentu. dua unit dari pasukan pengawal kerajaan cukup untuknya" ujar Divandra
"bukan masalah. aku akan berikan kuda-kuda terbaik dan sebagai tanda persahabatan aku juga kan mengisi kereta-kereta kuda dnegan makanan sebagai perbekalan menuju garis depan" ujar Pranav.
"kamu berangkat 6 hari dari sekarang. sebaiknya segera persiapkan apa yang perlu kamu persiapkan" ujar Raja Naravarman
"baik yang mulia. saya akan segera kembali pada orang-orang saya"
"sebelum pergi aku hendak memberikanmu sesuatu" ujar raja Naravarman. ia menyuruh seorang pembantunya yang membawa kotak kecil. kotak kecil itu dibuka dan terlihat Raja Naravarman memegang sejenis pin yang berukir dan berwarna perunggu putih.
"ini adalah lencana keprajuritan, mulai sekarang kamu aku angkat sebagai Jendral pasukanku. berikanlah kemenangan bagi negeri ini wahai Jendralku"
raja Naravarman menyematkan lencana keprajuritan di saku kanan tunic yang dikenakan oleh Gustav, setelah dipasangkan, Gustav membungkuk memberi hormat kepada raja Naravarman
"Terimakasih yang mulia. yang mulia dapat mengandalkan saya. saya menjanjikan hasil yang terbaik bagi anda dan negeri anda"
Raja Naravarman tersenyum
"tentu saja. jika kamu dapat memberikan kemenangan kepadaku dan engeri ini. aku dan segenap penduduk engeri akan sangat berterimakasih padamu, dan akan ada hadiah yang menanti untukmu jika kamu dapat menunaikan janjimu"
Gustav menunduk dan memberi hormat sekali lagi pada Raja Naravarman. setelah itu ia mohon pamit karena mau kembali kepada orang-orangnya.