"Kanya ayo ke kantin!"
Rengekan dari Dara membuat Kanya lengah, sungguh kali ini ia takut untuk pergi ke kantin, namun melihat Dara yang terus menerus merengek membuat nya menghapus rasa takut itu. Kejadian pagi membuat Kanya tidak tenang, bagaimana jika laki-laki itu menyuruh nya untuk mencuci celana nya di kantin? Bagaimana jika orang-orang salah paham terhadap mereka?
Sial! Ia benar-benar takut.
Kanya berjalan bersama Dara di tengah keramaian kantin, ia menunduk tanpa melihat ke arah meja, terutama meja paling pojok.
Dara menyadari keanehan Kanya tidak biasanya teman nya itu menundukan kepala di sepanjang jalan.
"Lo kenapa Kanya?" tanya Dara.
"Stt... Jangan tanya gue," bisik kanya pelan.
Akan tetapi dara tidak mendengar ucapan Kanya karena kantin sangat ramai.
"Apasih Kanya!" Dara sedikit berteriak .
"KANYA WOI GUE DISINI!" teriak seseorang dan sial nya orang itu adalah Zevano
Jantung Kanya berdetak lebih kencang dari biasanya, pikiran nya kalit ia tidak bisa berpikir jernih. Satu hal cara yang paling baik adalah 'menghindar'.
"Dara, jangan cari gue!" ucap Kanya dan lari begitu saja meninggalkan Dara.
Dara kini berada di perkumpulan Zevan dan teman-temannya, selepas perginya Kanya ia di bawa oleh Tio ke bangku paling pojok, tidak tahu apa yang terjadi pada Kanya dan Zevan sehingga ia kini berada disini seolah-olah akan di interogasi.
"Ada apa ya?" tanya Dara sedikit gugup.
Zevan mengamati Dara dan peka dengan wanita itu, "santai gausah gugup, gue cuman mau nanya tentang teman lo itu."
"Dia kenapa ngehindar dari gue?" tanya nya.
"Gue nggak tahu, dia tiba-tiba bilang jangan cari dia, apa ini ada hubungan nya sama lo?"
Ketiga teman Zevan tidak bersuara, mereka hanya diam dan mengamati.
"Iya, tapi kenapa dia se-takut itu sama gue?" tanya Zevan penasaran.
"Dia introvert dan dia benci manusia kaya lo."
"Maksud lo?"
Sial Dara keceplosan, bagaimana bisa ia se frontal itu? Ah--- kanya benar-benar membuatnya pusing.
*****
Kanya berlari sekuat tenaga ke arah belakang sekolah, ia tidak tahu harus bersembunyi kemana sedangkan Zevan pasti tau semua seluk beluk sekolah ini.
Nafas nya terengah-engah jujur saja ia cape berlari dari kantin ke belakang sekolah. Kini, Kanya terduduk di bawah pohon besar, menyandarkan tubuhnya ke pohon tersebut sembari memejamkan mata.
"Pergi! Pergi dari sini!"
Kanya tersentak kaget dengan suara laki-laki yang sedang berteriak, ia pikir hanya salah dengar saja namun setelah di dengarkan lebih jelas lagi ternyata laki-laki itu ada di belakang sekolah karena suara nya tidak jauh dari tempat Kanya bersembunyi.
"Gue bilang jangan ganggu! Pergi kalian dari sini!" teriak laki-laki itu lagi.
Kanya mengerutkan keningnya bingung. "Kalian?" ucap nya pelan sembari menebak bahwa laki-laki itu tidak sendiri atau jangan-jangan korban bully?
Dengan rasa penasaran Kanya mencari laki-laki itu ia tidak takut bukan 'kah dia manusia sama sepertinya? Tidak ada hantu siang hari, Kanya jamin itu.
"T-tolong!" Suara laki-laki itu semakin lemah.
Mata Kanya menangkao laki-laki itu terlihat dia sedang berjongkok dan menelungkupkan wajah nya seoerti orang kesakitan. Akan tetapi Kanya bingung, kenapa dia sendiri? Bukan 'kah tadi dia menyuruh orang-orang pergi. Kalaupun yang membully nya sudah pergi ia dan si pembully itu pasti sudah berpapasan.
"T-tolong genggam tangan gue Kanya."