"T-tolong genggam tangan gue Kanya."
Kanya menatap laki-laki itu dengan gugup, mengapa laki-laki itu mengenal nya? Bukan kah Kanya selama ini selalu menutupi diri, bahkan menjauh dari orang-orang kecuali Dara sahabat dari smp.
"G-gue?" ucap Kanga gugup.
"Tolong," lirih laki-laki itu.
Dengan setengah hati Kanya menghampiri dan menggenggan tangan laki-laki itu, merapatkan setiap sela-sela jari sembari memejamkan matanya, namun ia melihat hal aneh dalam pikiran nya. Ia kembali memejamkan matanya memastikan hal itu.
"Lihat saja, gue nggak keberatan," ucap laki-laki.
Mata kanya kembali menutup, ia menyelam kedalam suasana yang menenggangkan, entah kini ia sedang berdiri dan menonton namun tidak bisa bergerak.
"Jangan bunuh aku! Tolong siapapun tolong!"
Kanya melihat seorang siswi meminta tolong dengan pakaian terbuka, sepertinya siswi itu salah satu korban permerkosaan terlihat ada satu orang yang memakai celana sekolah namun tidak memakai baju, laki-laki itu memegang pisau kecil namun tajam. Amarahnya terlihat memuncak.
"Tolong!" teriak perempuan itu lagi.
Ingin rasanya Kanya menolong akan tetapi ia tidak biasa melangkah bahkan badan nya kaku.
"Mati lo cabe! Lo bilang lo cinta gue 'kan? Tapi kenapa lo selingkuh bangsat!"
Laki-laki itu berjalan menuju siswi itu sembari mengangkat pisau dan---
"Aaaaa!" Kanya melepaskan genggaman itu dan pergi meninggalkan laki-laki misterius tanpa berbicara apapun.
****
Sudah dua hari ia bolos sekolah akibat kejadian itu, demi apapun yang ada di pikirannya hanya peristiwa itu saja tidak ada lagi. Ia tidak perduli dengan handphone nya, bahkan nafsu makan nya saja turun drastis. Aneh Kanya tidak mengerti dengan apa yang terjadi pada dirinya dan juga laki-laki itu.
Ia menebak bahwa laki-laki itu yang membunuh siswi itu, tapi kenapa berbeda? Dari postur tubuh, rambut, suara pun berbeda dari kejadian itu. Lantas apa hubungan laki-laki itu dengan kasus ini?
Masa bodo dengan semuanya lebih baik ia menjernihkan pikiran dari pada terus menerus larut dalam kejadian aneh itu.
Kanya berjalan untuk ke minimarket membeli mie pedas kesukaan nya, siapa tahu dengan ini ia bisa makan meskipun tidak sehat tapi tidak apa-apa yang terpenting perutnya terisi.
"Woi Kanya!"
Seseorang telah memanggil nya dan hal itu membuat ia takut, siapa tahu laki-laki yang membunuh siswi itu? Atau laki-laki yang meminta tolong kepadanya saat itu? Siapa tahu--- Zevano?
Bagaimanapun ia harus menghindar dari orang itu.
Kanya berlari begitupun orang itu, tanpa menoleh kebelakang Kanya terus berlari. Namun sayang nya langkah kecilnya kalah oleh langkah besar laki-laki itu, ia tertangkap basah.
kini laki-laki itu memegang hoodie yang di pakainya. "Mau kabur lagi lo?"
Kanya menatap laki-laki itu dan ternyata Zevano ketua osis sialan.
"Apasih pegang-pegang hoodie gue!" ketus Kanya.
Zevano melepaskan nya. "Lo ngehindar dari gue sampe nggak hadir selama 2 hari?" tanya nya.
"Nggak, gue nggak menghindar."
"Terus?"
Jujur Kanya menghindar dari semua orang, tapi jika ia terus terang pasti manusia rese ini terus menerus bertanya seperti wartawan.
Kanya memegang perutnya. "Aduh, gue lapar, bye Zevano gue mau ke mini market dulu! " ucap Kanya.
"Kemana?" tanya Zevan.
"Lo budek? Gue laper mau ke mini market."
Zevan menyentil dahi Kanya membuat sang empunya meringis. "Bodoh, lo nggak liat kita di depan mini market? Jangan-jangan lo mau ngehindar lagi?" tanya Zevano.
"Eh?" Kanya melihat ke sebelah kanan dan benar ternyata kini mereka berada di depan mini market dan hal itu membuat Kanya malu.
"Gausan banyak alasan deh lo, ayo!" Zevano merangkul Kanya membuat gadis itu sedikit baper, ingat hanya sedikit.
"Apasih rangkul-rangkul gue!"
"Terserah gue lah! Ayo cepetan jalan, gue takut ketauan karena nggak kumpulan osis."
"Bodo amat." ketus Kanya.