Sudah hampir setengah jam Zevano dan Kanya duduk di depan mini market, Zevano terus memerhatikan Kanya yang sedari tadi memainkan mie pedas tanpa di makan sedikitpun. Sedangkan mie milik Zevano saja sudah habis.
"Lo kenapa? Dari tadi gue perhatiin lo terus-terusan mainin tuh makanan," ucap Zevano.
Akan tetapi Kanya tidak menanggapi, Zevano jadi merasa bersalah. Apakah ini salahnya karena mengejar Kanya sehingga gadis di depan nya ini bad mood.
"Lo tunggu disini! Awas kalau kabur!" Zevan memperingati sembari memberi isyarat dengan mengepalkan tangan nya.
Kanya menatap Zevan malas. "Bodo amat gue."
Zevano melangkahkan kaki nya ke mini market untuk membeli makanan yang membuat mood Kanya kembali. Hampir semua makanan Zevano beli, dari ice cream, coklat, permen dan susu, ia tidak membeli makanan pedas karena terlihat Kanya mengabaikan makanan itu.
"Lo makan ini, biar gue makan mie lo," ucap nya sembari menyodorkan sekantung keresek.
"Apa ini?" tanya Kanya bingung.
"Buka saja, sini mie nya gue yang makan."
Zevano memakan mie milik Kanya, walaupun ia tidak suka pedas tapi jika dibuang sangat mubazir. Tidak baik membuang makanan melihat orang-orang kekurangan makanan, seharusnya kita banyak bersyukur karena tuhan memberika lebih kepada kita.
"Ternyata lo baik juga! Makasih Zevan," Kanya membuka plastik itu dengan bahagia, ternyata Ketua osis rese peka juga.
"Oh iya gue nggak bisa makan mie itu karena kaya darah." lanjutnya.
"Kalau lo nggak suka kenapa lo beli?" tanya nya.
"Awalnya itu mie kesukaan gue, tapi sekarang enggak."
Zevano menggelengkan kepalanya. "Aneh lo!"
Kanya teringat tentang kejadian itu kembali, bukan tentang pembunuhan tapi tentang bagaimana ia bisa melihat masa lalu orang-orang dengan menggengam tangan orang lain. Ia sebenarnya tidak ingin menyimpulkan takut jika dugaan nya salah.
Ide di kepalanya muncul, kini ia menatap Zevano. Zevano pun menatap Kanya.
"Kenapa lo lihatin gue? Suka?" tanya Zevan.
"Gue mau genggam tangan lo, boleh kan?"
Zevano menatap Kanya curiga. "Fiks lo suka gue! Jatuh di pangkuan gue aja langsung jatuh hati, apalagi jatuh kepelukan gue."
"Najis, gue cuman mau genggam tangan lo bukan suka tapi mau mastiin sesuatu."
"Ngomong aja modus."
Kanya tidak menanggapi ucapan Zevano, ia segera menarik tangan Zevano dengan cepat lalu menggenggam nya.
"Gue cinta lo Sonya," ucap Zevano.
Kanya melihat Zevano tengah berdiri di depan seorang perempuan cantik berkulit putih blasteran, Zevano sembari memegangi bunga. Ya, Zevano sedang menembak perempuan itu. Namun ia tidak yakin ini masa lalu Zevano.
"Gue nggak bisa terima lo Zevan, lo bukan tipe gue. Tipe gue kaya Tyo dia humoris, baik dan peduli lingkungan. Sedangkan lo? Dingin."
Wanita itu pergi meninggalkan Zevano, ingin rasanya Kanya tertawa akan tetapi ia juga kasian melihat seorang Zevano yang kata orang humoris terdiam menjadi patung. Tapi kenapa ia harus kasian? Bukan nya ini belum pasti masa lalu Zevano atau hanya pikiran nya saja.
Kanya melepaskan genggaman itu lalu menatap intens Zevano. "Lo, pernah di tolak cewek karena sikap lo?" tanya Kanya.
Zevan tiba-tiba batuk, ia terkaget-kaget dengan ucapan Kanya. "Kok lo tahu?"
"Jadi ini nyata?" tanya Kanya dalam hatinya,