Setelah Lucius membukakan kuncinya, tubuh Kumine melayang keatas secara perlahan. Belum ada orang yang menyadari keberadaan Kumine kecuali party Army dan Eevnyxz. Setelah mencapai ketinggian tertentu, Kumine berhenti melayang dan menatap kearah dinding kota.
Kumine melebarkan tangan dan memunculkan lingkaran sihir di belakangnya. "Heritage 8 - The Unfathomable."
Muncul 8 tentakel hitam raksasa di sekeliling tubuhnya. Tentakel itu kemudian menyatu dengan separuh tubuh bagian bawah Kumine, menjadi kaki barunya. Diatas kedelapan tentakel tersebut tumbuh sebuah kuncup bunga berwarna merah yang sangat indah. Setelah beberapa saat, kuncup bunga itu mekar dan memperlihatkan setengah tubuh bagian atas Kumine. Serbuk berwarna emas berterbangan di sekitar mahkota yang baru mekar, memikat perhatian semua orang yang berada di medan tempur. Bunga tersebut terlihat sangat Indah dengan beberapa lapis mahkota dan warnanya yang menarik, memunculkan perasaan aneh ketika melihat bagian atas dan bagian bawah Kumine secara bersamaan. Dari jauh, ia terlihat seperti gurita raksasa dengan kepala bunga yang muncul tiba-tiba di medan pertempuran. Tingginya hampir 4 kali lipat lebih tinggi daripada Ashura milik Reol. Semua orang yang melihat menjadi sangat kaget karena tentakel raksasa menutupi mereka dengan bayangannya. Beberapa prajurit terlihat gemetar, mereka mengetahui dengan jelas bahwa Kumine tidak berada di pihak mereka.
Setelah perubahan selesai, Lucius naik ke tentakel dan berdiri di samping Kumine yang setengah bagian atas tubuhnya masih normal.
"Habisi seluruh manusia yang ada, dan hancurkan kota mereka," ucap Lucius sambil menghunuskan pedangnya.
"Heritage 8 menerima perintah, laksanakan!"
Dengan cepat, Kumine bergerak menggunakan kedelapan tentakelnya menuju kearah kota.
"Ia kesini!" Ardent segera menggunakan sihir komunikasi dan memberitahu pasukan untuk segera mundur.
Akan tetapi, pergerakan Kumine sangatlah cepat. Hanya dalam beberapa detik, ia sudah berada dekat dengan mereka. Eevnyxz segera diperintahkan untuk kembali oleh Ardent. Para naga masih menyerang kota dan mengganggu artileri. Ardent ingin para naga itu segera dibereskan sehingga artileri dan penyerang jarak jauh bisa membantu menahan Kumine.
"Ashura, tahan dia!" Reol dan Fuuko naik keatas Ashura agar mereka bisa mengejar Kumine dan menahannya.
Meski berukuran seperempatnya, Ashura dapat menahan pergerakan Kumine. Ia menarik beberapa tentakel yang bisa diraih, dan menariknya. Hal ini memberikan waktu pada para manusia untuk mundur dan membentuk formasi lagi.
Party Army berlari ke sisi lain, berusaha mengobservasi apa yang sekiranya bisa mereka lakukan saat ini selagi Ashura menahan Kumine.
"Wah hebat juga Ashura," ucap Army.
Shiro kemudian menyadari sesuatu pada Ashura. "Tidak, itu hanya sementara."
Beberapa saat kemudian, seluruh tentakel Kumine bergerak dengan sangat cepat menghantam Ashura berkali-kali. Awalnya Ashura bisa menahan serangan tersebut dengan sisa tangannya yang tidak menahan tentakel Kumine, tapi ia kemudian dihempaskan dengan sangat kuat hingga terpental jauh ke tembok kota. Beruntungnya tembok kota masih memiliki lapisan sihir pelindung, sehingga tidak runtuh ketika dihantam oleh tubuh Ashura. Reol dan Fuuko juga sudah turun dari Ashura ketika mereka menyadari serangan fatal yang akan dilakukan oleh Kumine.
Rikka berhenti berlari. "Ashuranya!"
"Seperti yang kubilang tadi kan," sahut Shiro.
Karena Ashura sudah tidak menahannya, Kumine kembali bergerak mengejar para pasukan. Tiba-tiba, tentakel Kumine menjadi lebih panjang. Ia menghantam para pasukan yang sedang mundur dengan seluruh tentakelnya.
"Shiro, awas!" Army melompat menghindari hantaman tentakel yang sangat kuat.
Tanah yang terkena oleh hantaman tersebut hancur, bahkan orang-orang yang tertimpa akan langsung rata tubuhnya dengan tanah.
Shiro ikut melompat menghindari serangan-serangan tentakel yang sangat intensif. "Oi, ini sih pembantaian!"
Belum selesai sampai disitu, muncul sesuatu lagi dari belakang kumine. 6 kepala naga dengan leher yang sangat panjang muncul dan langsung membumi hanguskan seluruh medan tempur. Setelah membakar seluruh manusia dalam jangkauannya, kepala tersebut kembali masuk kedalam tubuh Kumine dan menghilang. Para manusia terinjak-injak oleh tentakel raksasa dan terbakar oleh semburan api dari berbagai arah. Tameng hidup dari Divine Comedy - Inferno tidak bisa menahan kerusakan yang ditimbulkan oleh Kumine karena kerusakannya terlalu masif.
"Uhhh ... Sebaiknya kulepas saja." Army menutup kedua matanya.
"Damailah. Kalian telah bebas. Terimakasih atas bantuannya. Semoga tuhan mengampuni jiwa kalian ..."
Mata Army telah kembali ke kondisi normalnya. Mayat-mayat hidup juga telah kembali ke kondisi aslinya. Tubuh mereka hancur berantakan dan terpotong-potong sebagaimana mereka terakhir mati.
"Pa!" Army berteriak memanggil Ardent.
"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Army.
Ardent melompati tentakel hingga sampai di dekat Army. "Aku punya ide, tapi entah ini akan berhasil atau tidak."
Shiro ikut melompati tentakel dan bergabung dengan Army dan Ardent. "Sebutkan saja, resikonya belakangan!"
Rikka berlari menghampiri mereka melalui sebuah tentakel. "Setidaknya kita harus melakukan sesuatu dengan cepat."
Ardent menengok kearah Ashura yang sudah kembali berdiri. "Kita harus memperkuat Ashura untuk menahannya."
Shiro memperhatikan Ashura. "Sepertinya tidak buruk, tapi bagaimana kita memperkuat nya?"
Ardent menatap Army dan Shiro. "Kalian harus ikut memperkuatnya bersama yang lain. Sebelum itu, kita juga perlu memanggil Reol dan Fuuko."
Rikka menunjuk ke salah satu arah. "Mereka disana!" Di arah yang Rikka tunjuk, terlihat Reol dan Fuuko yang berusaha menghancurkan tentakel Kumine.
Usaha mereka dalam menyerang tentakel tersebut sia-sia. Meski terlihat empuk, tentakel itu terlalu kuat untuk ditembus oleh senjata mereka.
"Reol, lihat kebelakang!" Fuuko menunjuk kearah belakang.
"Hah?" Reol menengok kebelakang. Ia melihat party Army yang sedang berjalan kearahnya.
Mereka berenam akhirnya berkumpul setelah menghindari berbagai serangan Kumine yang merepotkan.
"Reol, apakah Ashura bisa diperkuat?" tanya Ardent.
Reol menjawab sambil terus berusaha meninju tentakel. "Ya, tapi butuh energi yang sangat banyak untuk membuatnya lebih kuat."
"Jika energinya tidak banyak, maka tidak akan ada perubahan pada Ashura," tambah Fuuko.
"Kalau begitu, ayo kita segera menuju Ashura!" Ardent segera berlari mundur.
Mereka berenam menjauh dari Kumine menuju Ashura. Jarak mereka hingga ke tembok cukup jauh, sehingga mereka harus terus menghindari tentakel Kumine. Banyak korban tewas berjatuhan dari pihak manusia setelah kemunculan Kumine. Hanya tersisa 1/5 dari total pasukan yang bertempur diluar kota. Diantara yang selamat kebanyakan adalah pasukan yang sudah berhasil masuk ke dalam kota. Masih ada banyak pasukan yang berlari mundur di luar, hanya bisa berharap bahwa Kumine tidak mengenainya saat mereka berlari mundur.
"Tch, keadaan berbalik secepat ini." Wajah Reol terlihat sangat kesal melihat kehancuran pasukan manusia.
"Ya, ini adalah hal yang tidak kita prediksikan sebelumnya," jawab Shiro.
Ardent menengok kearah Rikka di belakangnya. "Rikka, kau baik-baik saja?"
Rikka sedikit terkejut saat ditanya oleh Ardent. "Ah, iya. Aku baik-baik saja!"
Meski Rikka berkata ia baik-baik saja, Ardent tahu bahwa sejak tadi Rikka sedang tidak baik-baik saja. Pikirannya sangat terganggu dengan kemunculan Kumine yang mengejutkan sebagai musuh mereka.
Sesampainya di dekat Ashura, Reol segera mengaturnya agar ia tidak bergerak.
Ardent menengok. "Army, Shiro, apakah kalian bisa mengamplifikasikan kekuatan kegelapan pada Ashura?"
Army berpikir sebentar sambil menyentuh kaki Ashura. "Sepertinya bisa, tapi aku tidak tahu seberapa banyak yang dibutuhkan."
"Sebanyak-banyaknya!" Tanpa basa-basi, Shiro langsung menyentuh kaki Ashura dan mengalirkan kekuatan kegelapan padanya.
Aura ungu mulai mengalir ke seluruh tubuh Ashura yang sedang dalam mode nonaktif. Army juga ikut mengalirkan kekuatan kegelapannya, membuat aura yang mengalir menjadi semakin pekat. Perlahan-lahan, tubuh Ashura berubah menjadi ungu pekat. Senjata-senjata yang ia pegang juga berubah warna dan diselimuti oleh aura ungu yang terlihat berkobar seperti api. Aura yang berada diluar tubuhnya kemudian memadat, membentuk sebuah zirah ringan yang menutupi seluruh tubuh Ashura.
Setelah Reol merasa energinya sudah cukup, ia segera mengaktifkan kembali Ashura. "Bangun, Ashura!"
Mata Ashura terbuka. Terpancar cahaya merah terang dari setiap matanya. Ia mengangkat keenam tangannya dan mengambil kuda-kuda. Tiba-tiba, sebuah petir menyambar dari atas Ashura. Cahaya sangat menyilaukan, dan tanah dibawahnya hancur sehingga debu berterbangan di sekitar Ashura.
"A-apa itu?!" Reol terkejut. Ia tidak mengetahui dari mana petir tersebut berasal.
Setelah petir selesai menyambar dan debu sudah menghilang, terlihat Ashura yang tubuhnya dialiri oleh listrik. Ia tidak terluka sama sekali, tapi justru terlihat semakin kuat. Ia kembali mengambil kuda-kuda, dan menerjang Kumine dengan kecepatan yang sangat tinggi.
"Oi, kekuatan darimana itu?!" Reol menjadi bingung dengan kecepatan Ashura yang tidak normal.
Di kejauhan, Eevnyxz memperhatikan pergerakan Ashura dari sebuah menara.
"Yosh, aku memberinya nama Thunderspeed Dark Matter Ashura."
Dengan sangat cepat, Ashura mencoba menebas tentakel Kumine menggunakan 2 pedangnya. Ia juga menusuk tentakel lain dengan tombak, memukulnya dengan gada, dan memanah tentakel yang berada cukup jauh darinya dengan panah api hitam. Secara mengejutkan, semua serangan Ashura bisa menembus tentakel Kumine. Ashura berhasil memotong satu tentakel dan merusak tentakel lainnya dengan serangan bertubi-tubi yanh sangat cepat.
Kumine memperhatikan tentakelnya yang diserang dari atas. "Satu tentakel putus, dan 3 lainnya terluka."
Lucius tertawa. "Hahaha, ternyata mereka cukup kuat untuk menembus pertahanan dasar Heritage 8."
"Regeneration." Kumine mengangkat kedua tangannya.
Beberapa baris pasukan iblis yang berada dibelakangnya tiba-tiba hangus menjadi awan hitam, menyisakan baju zirahnya saja. Kemudian, tentakel-tentakel yang diserang oleh Ashura pulih kembali. Kumine langsung menyerang balik Ashura dengan hendak menghempaskannya lagi. Akan tetapi, kali ini Ashura bisa menahan tentakel tersebut dengan keenam tangannya. Ia bahkan bisa melempar balik serangan Kumine. Ashura telah menjadi lawan yang merepotkan untuknya jika ia tidak berfokus untuk menghabisi Ashura lebih dulu.
Ardent dan yang lainnya segera berlari kearah Kumine. Ia menggunakan sihir komunikasi untuk memanggil seluruh anggota Fallen Orions yang masih menyebar kecuali Eevnyxz.
"Semuanya, ikuti aku! Ini adalah kesempatan kita sebelum Ashura kembali kalah dan korban berjatuhan lagi!"