Rikka menunjuk kearah kanan. "Army, Shiro, Ashborn, bersihkan bagian sana."
Rikka menunjuk kearah kiri. "Tan, Vivien, san Locked bersihkan bagian sana."
"Sisanya ikuti aku di tengah. Kita harus membersihkan jalur untuk Ashura!"
"Siap kapten!" jawab mereka semua.
Mereka langsung berpencar sesuai arahan Rikka untuk membantu Ashura agar ia bisa kembali menyerang Kumine. Hanya Ashura lah harapan mereka satu-satunya.
"Aw, paha kanan ku masih terasa sakit," ucap Army sambil memotong salah satu tentakel.
Shiro menubruk tentakel lain dan membakarnya dengan Dragonic Charge. "Lukamu tak seberapa dibandingkan punyaku."
"Adu nasib?" balas Army.
"Gas," jawab Shiro.
Ashborn melepaskan Vanquishernya. "Daripada berbicara, lebih baik kalian fokus saja membereskan tentakel."
Shiro menghentikan detentionnya. Aura ungu pekat di sekeliling tubuhnya kembali muncul. "Ngatur."
Sementara itu di sisi lain, Vivien memegang gagang katananya. Dengan sangat cepat, ia bergerak mencincang banyak tentakel yang ia lewati. "Cukup untuk stok takoyaki kota setahun."
Locked menggunakan Aura Blade, memutar pedangnya dan memotong tentakel di sekitar. "Siapa juga yang mau makan daging monster aneh begini?"
Tan menggunakan meteor, menghancurkan tanah di sekitar bersama dengan tentakel yang baru muncul. "Jangan diberitahu kalau itu daging monster."
Locked menengok kearah Tan. "Benar juga. Bilang saja ini gurita biasa."
Vivien kembali menyarungkan katananya. "Aku tak bertanggungjawab jika ternyata daging ini beracun.
Bagian kiri dan kanan perlahan mulai bersih dari tentakel. Hanya tersisa bagian tengah sebelum Ashura bisa terbebas secara total.
"Reol!" Rikka berteriak sambil menekuk lutut dan menaruh perisainya di depan.
Reol segera memahami apa maksud Rikka. "Oke!"
Ia melompat keatas perisai Rikka. Setelahnya, Rikka melempar Reol jauh kedepan sampai ia hampir berada di samping Ashura.
"Ini dia!" Reol mendarat sambil menghantarkan Goliath Punchnya.
Dari jauh, Need menggunakan Aerial ke seluruh tentakel yang masih tersisa. Fuuko juga membabat habis tentakel menggunakan Sonic Bladenya. Dengan bantuan artileri dari kota, Ashura akhirnya bisa terbebas dari tentakel yang mengganggunya. Jika ada tentakel baru yang muncul, seluruh anggota Fallen Orions beserta artiler dari kota akan langsung menghancurkannya.
Reol meninju tentakel dengan sangat keras. "Majulah, Ashura!"
Listrik kembali mengalir di tubuh Ashura. Rodanya berputar semakin cepat. Bagian kepala Ashura berputar, memasang ekspresi marah sebagai kepala depannya. Ia menghilangkan semua senjata kecuali 2 buah pedangnya. Ia segera menerjang Kumine, menebas tiap tentakel yang dilewati dengan kedua pedangnya. Kumine tidak tinggal diam diserang oleh Ashura. Ia menyerang balik dengan keenam kepala naga miliknya. Ashura berhasil menghindari 2 serangan naga tersebut dan memotong salah satunya, tapi kepala keempat berhasil menggigitnya. Ia digigit sangat kuat sampai zirahnya sedikit retak.
Kemudian, kepala naga lainnya hendak menggigit kaki Ashura. Sebelum tergigit untuk kedua kalinya, Ashura memutar tubuhnya sambil mengayunkan pedang, membelah mulut naga yang menggigit. Ketika kepala lain akan menggigitnya, ia memunculkan tombak dan menancapkannya didalam mulut naga untuk menahan gigitannya. Karena tidak berhasil mengigit, naga itu akan bersiap menyemburkan apinya. Akan tetapi, Ashura bertindak lebih cepat dengan merobek leher naga itu dari dalam. Tiga kepala naga sudah dikalahkan, tersisa tiga lagi yang terus menyerang Ashura.
Ashura cukup kesulitan melawan kepala naga dan serangan tentakel yang diarahkan Kumine padanya. Ia bertarung sambil memutari Kumine agar ia terus bergerak karena jika berhenti, maka ia akan menjadi mangsa yang mudah untuk ditangkap. Meski kepala naga itu dimunculkan oleh Kumine, tapi tidak ada tanda-tanda bahwa kepala itu bisa beregenerasi seperti tentakelnya.
Dari bawah, Reol memperhatikan pergerakan Ashura. "Ayo habiskan kepala naga itu, dan hancurkan tubuh utamanya!"
Karena belum menemukan celah, Ashura mencoba menyerang Kumine secara langsung. Ia mengganti arah geraknya dan menebas tangan Kumine. Akan tetapi, tangan Kumine hanya sedikit terluka oleh serangan itu dan ia menangkap Ashura dengan tangan lainnya. Kejadian itu membuat Ashura paham bahwa ia butuh serangan maksimal untuk mengalahkan Kumine. Ia juga harus mengalahkannya dalam satu kali serangan karena kemampuan regenerasi Kumine sangatlah cepat. Ia memutar tubuhnya dan berhasil melepaskan genggaman jari Kumine yang cukup tipis. Jari Kumine beregenerasi langsung tumbuh kembali, tapi itu bukanlah perhatian Ashura karena masih ada 3 kepala naga yang mengejarnya.
Saat sedang menghindar, tiba-tiba ada serangan petir yang menyambar salah satu kepala naga dari arah kota.
"Ayo Thunderspeed Dark Matter Ashura!"
Serangan yang presisi tersebut berasal dari Eevnyxz dan membuat pergerakan kepala itu terhenti sementara. Ashura segera memanfaatkan momen itu untuk menghancurkannya dengan gada sambil menghindari serangan kepala lainnya. Kini kepala naga Kumine tersisa 2.
Sementara itu, duel antara Ardent dan Lucius semakin memanas. Kecepatan gerak Ardent menjadi jauh lebih cepat daripada awal duel mereka. Tebasan Ardent secara perlahan mulai merusak zirah Lucius. Ardent memutari Lucius dan menebasnya dari belakang, tapi Lucius berbalik badan dengan cepat dan menahan tebasannya.
"Tch." Ardent melompat mundur, menjaga jarak antar mereka lagi.
Tiba-tiba, Ardent menancapkan pedangnya ke tanah. Ia memutar-mutar pergelangan tangannya dan mengencangkan sarung tangan. Api biru muncul di sekeliling Ardent dan pedangnya. Matanya seakan terbakar oleh api tersebut, bahkan tanah yang diinjaknya langsung mengering meski sebelumnya basah oleh darah yang mengumpul disana. Ardent mengambil kuda-kuda lagi, bersiap menyerang Lucius dengan kekuatan penuhnya tanpa berkata apa-apa.
Lucius paham dengan Ardent yang sudah berada di puncak performanya. "Heh, pada akhirnya kau menggunakan itu juga."
Dari setiap celah zirah lucius terlihat cahaya berwarna biru yang keluar. Pedang Lucius juga mengeluarkan api biru yang sangat mirip seperti Ardent. "Seharusnya kau mengingat darimana kekuatan itu berasal!"
Kembali pada Ashura yang sedang melawan kepala naga kumine. Satu kepala sudah berhasil dikalahkan dengan bantuan Eevnyxz lagi. Karena kepala naga hanya tersisa satu, Ashura tak ragu untuk melawannya secara langsung. Ia berhenti berlari memutar dan memunculkan panahnya. Ia menengok kebelakang, membidik kepala naga yang mengejar, dan menarik busurnya. Ia melepaskan 3 anah panah sekaligus yang menembus kepala naga tersebut, membunuhnya seketika.
Reol berteriak. "Rikka! Kepalanya sudah habis!"
Rikka menengok dan melihat Reol berlari menujunya sambil menghindari tentakel menggunakan Slide berkali-kali.
"Reol, cepat!" Rikka menekuk lututnya lagi dan memasang perisainya di depan.
Need dan Fuuko semakin fokus meratakan tentakel di sekitar mereka, membuka jalan pada Reol agar ia bisa lebih cepat menuju Rikka. Sementara Reol berlari, Ashura sudah mengumpulkan kekuatan yang ia rasa sudah cukup untuk mengalahkan Kumine dalam satu serangan. Ia memanfaatkan tentakel Kumine yang menyerang sebagai tangga sampai ia berada cukup tinggi diatas Kumine.
Sambil berlari menuju Rikka Reol berteriak, "Sekarang, Ashura!"
Diatas Kumine, roda Ashura berputar semakin cepat. Ia kembali menghilangkan senjata dan hanya menyisakan kedua pedangnya. Ia melakukan sebuah Charge di tengah udara, dan melesat kebawah dengan cepat. Kumine langsung merespon dengan menutup mahkotanya sebagai pelindung.
Reol melompat ke perisai Rikka. "Rikka, sekarang!"
"Ayo Reol!" Rikka melempar Reol kembali hingga kebawah Kumine.
Sesaat sebelum mengenai mahkota Kumine yang menutup, Ashura menghilang.
"Kau mungkin tidak tahu, tapi Ashura adalah aku!" Reol mengangkat tangan kanan keatas dan menahannya dengan tangan kiri.
"Ashura War Chariot!"
Reol melepaskan salah satu skill mematikannya, Ashura War Chariot. Ditambah dengan kekuatan kegelapan serta sihir Eevnyxz yang berasal dari perwujudan Ashura, kekuatan yang dilepaskan menjadi semakin kuat. Laser ungu yang sangat besar keluar dari tangan kanannya. Laser tersebut berbentuk seperti Ashura yang sedang menaiki kereta kuda dan menembus tubuh Kumine dari bawah, membelakangi pertahanan mahkotanya. Serangan tersebut menembus cukup tinggi keatas langit sampai membelah awan dan berlangsung selama beberapa detik, membuat area sekitar menjadi gelap selama laser tersebut masih ada. Melihat serangan Reol telah dilancarkan, seluruh anggota Fallen Orions segera berkumpul kembali untuk mewaspadai sesuatu yang akan terjadi selanjutnya.
Setelah serangan tersebut berakhir, tentakel-tentakel Kumine tak lagi bergerak. Tentakel itu kemudian menguap dan terbawa oleh angin, termasuk dengan tentakel yang muncul secara acak dari tanah. Kemudian, Kumine dengan tubuh normalnya jatuh menghantam tanah.
Reol menengok kebelakang mencari seseorang. "Army, Shiro, cepat kalian eksekusi! Dengan kekuatan kegelapan, kita bisa yakin kalau ia telah benar-benar mati!"
Army dan Shiro langsung berlari menuju Kumine yang tidak sadarkan diri. Mereka langsung menyiapkan kekuatan kegelapan untuk melancarkan eksekusi. Mereka berdua mengayunkan tombaknya secara bersamaan.
"Hentikan! Dia bukan musuh lagi!"
Tiba-tiba, Tan menghalangi mereka berdua. Army dan Shiro segera menahan serangannya agar tidak mengenai Tan.
"Kumine!" Rikka berteriak sambil berlari menuju Kumine.
Ia memeriksa tubuh Kumine, mencaritahu apakah ia masih hidup atau tidak. Ia menggendong Kumine dan berdiri di samping Tan. "Masih hidup!"
"Rikka, Tan, apa yang kalian lakukan?!" Shiro menjadi siaga dengan sikap mereka berdua yang aneh.
Army juga ikut mewaspadai Rikka dan Tan. "Kalian bisa jelaskan apa maksudnya? Atau kami harus mengeksekusi kalian juga."
Tan menaruh pedangnya dibelakang, menandakan kalau ia tidak memiliki niat untuk bertarung. "Kumohon, tenanglah!"
Reol berjalan perlahan sambil mengepalkan tangannya. "Kau memanggilnya dengan nama. Sepertinya kalian mengenal iblis itu."
Ashborn, Shacchi, Vivien, Locked, Fuuko, dan Need juga mengitari mereka dengan penuh kecurigaan. Setelah susah payah berusaha melawan, Rikka dan Tan malah bertindak seenaknya dengan menyelamatkan lawan yang telah membunuh banyak manusia.
Sambil menggendong Kumine, Rikka menatap semua orang di sekelilingnya. "Tolong, percayalah pada kami!"
Ditengah langit yang menjadi oranye, ketidakpercayaan muncul diantara mereka. Dua orang yang ingin menyelamatkan sahabatnya, dan mereka yang melihat orang tersebut sebagai monster. Kenangan masa lalu melawan pikirkan skeptis dan rasional. Hasil akhirnya akan bergantung pada pemilihan kalimat pembelaan yang tepat.