Sepulang sekolah. Bu Resta sedang di ruang guru sendirian. Dia memeriksa tulisan-tulisan tangan para siswa-siswi dengan teliti. Sesuai foto copy-an surat-kaleng yang diberikan oleh Kayla. Bu Resta bersikap cermat dan teliti, dia memeriksa sebanyak tiga puluh tulisan tangan murid. Karena memang ibu Resta seorang guru SMA, dia pun paham betul tulisan murid yang asli atau yang tiruan, agar para siswa-siswi tidak bisa menyewa joki tugas.
Sekarang bagian Karen. Sungguh aneh, sangat persis seperti di surat-kaleng itu. Bahkan huruf-huruf nya pun tak jauh berbeda, juga arah tulisan perkata cenderung searah bentuk formasi nya. Bu Resta mulai curiga. Kalau Erlita, sangat jauh beda dengan tulisan di surat-kaleng. Tulisan tanga Erlita kecil-kecil, dan huruf-huruf nya lebih rapi dari pada tulisan tangan Karen. Ibu Resta mulai curiga pada Karen!
Satu-satu nya yang menyamai tulisan di surat-kaleng hanya milik Karen. Bahkan milik Erlita saja jauh berbeda. Aku harus lapor ke ibu Erina dan Kayla beserta keluarga Kayla. Kasihan Kayla reputasi nya bisa hancur seumur hidup. Batin ibu Resta tidak tega memikirkan Kayla. Guru itu bergegas membawa hasil tulisan Karen dan surat-kaleng itu.
***
Pagi di sekolah sebelum bel masuk. Ibu Resta dan ibu Erina sedang ngobrol di ruang guru. Mereka ngobrol pelan-pelan agar tak ada yang mendengar.
"Bu Erina, saya menemukan tulisan sama persis yang ada di surat-kaleng. Sama persis dan saya yakin anak itu dalang di balik permasalahan Kayla!" kata bu Resta heboh dengan suara pelan.
"Oh ya? Siapa itu anak bu?" tanya bu Erina serius.
"Itu Karen Andiana. Dia yang gaya tulisan nya sama persis dengan yang di surat-kaleng. Lalu, kalo sepengetahuan saya sebagai wali kelas, Karen memang akrab dengan Erlita! Kan pernah ada gosip bahwa Kayla di tampar oleh Erlita di depan umum!" kata bu Resta ngadu ke bu Erina.
"Pantesan… ternyata kayaknya mereka berdua tuh yang ancurin reputasi Kayla!" kata bu Erina.
"Kalo gitu, besok kita panggil Kayla dan ibu nya, kita ceritakan saja apa yang kita dapatkan, lalu mereka mau ngurus ke polisi itu emang harus di urus, kalau tidak Kayla dalam bahaya!" kata ibu Resta pada ibu Erina.
"Baik bu Resta. Tapi kabar ini jangan sampai ketahuan siapa-siapa dulu, walaupun di kalangan para guru yah? Nanti kalo nama baik Kayla sudah clear baru kita umumkan!" kata bu Erina siap membela Kayla.
"Ok deh beres!" jawab ibu Resta mantap.
***
Di sekolah jam istirahat. Kayla sedang jalan sendirian. Cuek, nunduk, tak berani menatap para murid, para murid yang dengki pada nyinyir menyangka Kayla perempuan murahan yang tak bermoral. Mereka tertawa ngejek setiap melihat Kayla. Gadis indo itu menahan nangis.
Tiba-tiba….
Dihadapan Kayla. Sosok Ronald datang menghampiri Kayla. Cowok yang menjadi pacar nya menatap Kayla dengan pandangan dingin. Kayla tak pernah melihat Ronald se-cuek ini. Kayla butuh sosok Ronald yang kalem berkarisma. Yang siap membela Kayla terutama di keadaan seperti ini, tapi cowok itu malah bersikap acuh-tak acuh. Cuek-dingin dan tak perduli. Padahal status mereka masih 'pacaran'.
"Ronald." Kayla memberanikan diri memanggil pacarnya.
"Eh Kayla." Ronald berkata datar. Tepat berdiri di depan Kayla.
"Ntar pulang sekolah mau ke café terdekat?" ajak Kayla pada pacar nya itu.
Ronald terdiam sambil memandang Kayla dengan pandangan menahan marah.
"Kamu? Ngajak aku ke café?" sindir Ronald dingin.
Kayla bengong. "Iya, kita kan pacaran." Jawab Kayla bengong.
"Ternyata kamu ga punya malu yah Kayla? Setelah kamu selingkuhin aku? Kamu ajak aku ke café karena mentang-mentang status kita 'pacaran'!" kata Ronald dengan nada nyindir.
"Selingkuh? Kapan aku selingkuhin kamu?" kata Kayla menduga ada yang tak beres.
Ronald mengeluarkan amplop agak besar. Berukuran sedang. "Ini kamu lihat aja isinya!" sambil memberikan amplop itu pada Kayla.
Ketika melihat isinya Kayla geleng-geleng kepala. "Kamu dapat darimana foto-foto ini?" Kayla berkata setengah teriak.
"Misterius!" jawab Ronald, "Tiba-tiba pagi ini ada yang naro amplop itu di mejaku!" kata Ronald dengan nada menahan marah.
Itu adalah foto-foto Kayla dan Armand yang sedang hang out di café, ketika membahas surat-kaleng. Tadinya Kayla mau mengajak Ronald membahas surat-kaleng, tapi sebelum niat itu terwujud, Ronald sudah bersikap cuek-dan dingin duluan pada Kayla.
"MULAI SEKARANG KITA PUTUS!" Ronald berkata sedikit membentak Kayla. Di hall sekolah, depan semua orang. Para murid sorak mengejek Kayla, terutama para siswi yang dengki melihat kecantikan Kayla. Ronald berlalu begitu saja. Meninggalkan Kayla sendirian.
Kayla menangis. Sesunggukan. Hatinya patah. Ini patah hati pertamanya, dia tahu ternyata hati-lembut nya bagai di lempar hingga pecah. Ini pertama kali aku merasa pecah nya hati, ternyata patah hati saja sakit, apalagi hati yang pecah! Batin Kayla. Dia segera berlari ke ruang BK untuk mengadu ke ibu Erina.
***
Pintu ruang BK terketuk. Bu Erina mempersilahkan masuk. Kayla masuk ruang BK dengan wajah merah setelah menangis.
"Kayla, sayang kamu kenapa nak?" tanya guru BK itu lembut. "Silahkan duduk."
Kayla duduk di kursi di hadapan ibu Erina. Sambil nangis. "Bu Erina saya tidak tahan sekolah disini, semenjak saya di fitnah, para murid jahat dan mengejek-ejek saya… bu Erina tolong saya…" kata Kayla nangis sesunggukan.
Bu Erina sudah tau Karen dalang di balik permasalahan itu. Tapi dia belum mau cerita, dia akan cerita, ketika ibunya Kayla, Armand, Kayla, Karen, dan pihak kepolisian yang sudah siap membuktikan bahwa sidik jadi Karen terbukti di surat-kaleng asli. Untuk saat ini bu Erina masih diam saja. Dan berusaha menghibur Kayla.
"Kayla jangan patah semangat yah!" kata bu Erina lembut, "Badai pasti berlalu, Kayla harus sabar hingga kebahagiaan harus Kayla raih dengan cara sabar dan usaha." Kata guru BK itu bijak.
"Iya bu tapi saat ini, saya sangat terpuruk… murid-murid mengejek saya…"
"Kayla, mereka tidak berhak mengejek kamu, mereka tidak punya hak ngurusin hidup kamu. Mereka begitu karena mayoritas dengki melihat kecantikan wajahmu. Ibu saja yang sudah punya anak tiga, kagum melihat kamu waktu kamu jadi murid baru, apalagi teman-teman mu, bayangkan perasaan mereka melihat kamu!" kata bu Erina memberi pengertian bahwa kecantikan Kayla mengundang malapetaka!
Kayla mengangguk paham. Bahwa tidak selalu menyenangkan jadi cewek cantik. Bahkan bisa menjadi musibah seperti sekarang.
Bel sekolah berbunyi. Kayla bergegas pamit. Nasihat ibu Erina sudah mulai dia paham, bahwa kecantikan fisik memang bikin banyak gadis dengki hingga malapetaka pun bisa terjadi.
"Bu Erina makasih yah sarannya, udah bel, saya pamit dulu yah bu." Kata Kayla sambil mengelap wajahnya.
"Sama-sama nak yah, ingat kamu cantik, yah jangan hiraukan orang-orang yang dengki pada kamu."
"Baik bu." Kayla mengangguk pelan. Kemudian dia keluar pintu ruang BK.
...…
Readers yuk donasi buat author agar author semangat nulis.
DANA : 085218926699
Se-ikhlas nya.
Thank you, readers