Chereads / Enaknya pacar temen / Chapter 5 - 5 di mulut

Chapter 5 - 5 di mulut

Cups…

"MET pagi pacar temen!" Kata Titi mengecup dahi Evan yang masih ngantuk di ranjang.

"Ti, kamu Uda rapi sih mau kemana?"

"Mau kerja dong Evan sayang, aku harus cari duit biar bisa makan." Jawab Titi.

"Peluk dulu dong Ti…" kata Evan minta pelukan.

"Cuma pelukan ga pake ngewe ya sayang soalnya aku da pake seragam kerja ni." Goda Titi.

"Maunya dipeluk sambil disepongin sampe pecah di muka kamu."

"Yahh sayang banget aku udah makeup ini." Kata Titi mamerin mukanya.

"Duh cantik banget temennya pacar." Kata Evan bangkit dari ranjang Titi. "Peluk dulu…" Evan menangkap pinggang Titi.

"Dasar manja." Elus Titi di kepala Evan. "Van, aku beli bubur ayam di meja. Di makan ua. Aku mau kerja ni."

"Tunggu aku Ti, aku anterin kamu kerja." Kata Evan buru-buru bangkit.

"Ga usah. Aku pergi sendiri aja naik motor." Kata Titi melambaikan tangan. "Van kuncinya taruh di pot bunga aja ya di depan. Aku jalan ya Van."

Evan merenggut karena ga bisa anter Titi dan emang Evan masih ngantuk berat. "Ada kelas lagi hari ini. Mager banget sumpah. Ga ada motivasi mau kuliah." Kata Evan balik ke ranjang.

Drrrrtttt

Evan langsung angkat telpon dari Mela.

"Evan! Kamu gimana sih, katanya mau jemput aku ke kampus! Jam segini belum Datang juga. Mau Dateng jam berapa heh?"

Evan langsung melirik jam tangan. "Duh maaf sayang, aku kesiangan… aku suruh supir ya anterin kamu ke kampus."

"Basiii tau Van, ini bukan tentang supir tapi omongan kamu. Kalo supir aku juga punya!"

Tuuttt

Evan kaget Mela nutup telpon tiba-tiba. "Cih, urusan simple aja jadi ribet!" Kata Evan langsung nutupin badan pake selimut Titi.

Sementara itu…

Titi kerja seperti biasa.

"Hallo Ti!"

"Hah? Bara?" Titi kaget ada bara di restonya.

"Hehehe, kemaren aku bilang kalo resto ini sainganku kan." Kata Bara nyamperin Titi.

Titi masih kaget. "Iya tapi kok kamu disini?"

"Ini resto ortuku Ti."

"Hah?" Titi dua kali nambah kaget.

"Dan aku mutusin balik ke Jakarta untuk urus lagi usaha ortuku." Kata Bara.

"Ti kamu dipanggil bos." Kata temen Titi.

"Eh iya. Bara aku permisi ya." Kata Titi pamit ke Bara.

Bara senyam senyum. Terus masuk ke ruangan yang sama Ama Titi.

Cklek!

"Loh kok ga ada orang?" Tanya Titi bingung ruangan bos kosong.

"Aku disini." Kata Bara.

"Eh, jadi kamu yang manggil aku?" Tanya Titi.

"Ya Ti. Aku mau kasih posisi baru buat kamu. Aku da baca resume kamu meski lulusan SMK f n b, kamu cukup rajin dan kompeten dan aku butuh banget asisten kaya kamu." Kata Bara. "Aku nawarin posisi personal asisten buat kamu Ti."

"Hah!" Titi masih terus tambah kaget. "Apa ga salah pak. Aku rasa banyak yang lebih kompeten dari aku. Aku masih belum pantas buat dampingi bapak."

"Hahahaha… aku lebih nyaman kamu panggil Bara daripada bapak. Kamu pikirkan dulu ya Ti. Btw ini, ada undangan pesta dari aku untuk kamu Titi, kamu special guest ku."

Titi Nerima undangan. "Makasih, akan aku pikirin dan aku usaha datang ke acara ini."

Bara tersenyum senang.

****

Pas Titi pulang ke kosan dia kaget banget karena Evan masih di ranjangnya dan masih molor.

"Evan, Van bangun…" kaya Titi meriksa Evan. "Astaga Van, kamu sakit?" Titi nempelin tangan ke dahi Evan.

"Ti kamu kok lama banget pulangnya?" Tanya Evan lemah.

"Aku kerja Van. Aku ga bisa pulang seenaknya, kamu panas Van, aku ambilin obat dulu ya." Kata Titi, pas beranjak Titi kaget bubur ayam Masih ada di meja. "Evan, jangan bilang kamu belum makan dari pagi???" Titi tambah cemas. "Astaga Evan."

Dengan telaten Titi merawat Evan dan terakhir setelah Evan bangun, Titi Uda siapin bibir buatan sendiri.

"Van kamu da bangun, makan dulu ya." Kata Titi nyuapin Evan.

"Ti…" lirih Evan lemah sambil nyandarin kepala ke bahu Titi. "aku lemah banget ya."

"Lemah gimana?" Tanya Titi.

"Aku dapat kabar kalau papaku kena kasus korupsi." Kata Evan.

"Hah, kok bisa?" Titi kaget. "eh, sorry maksud aku… ehm…" Titi bingung mau ngomong apa lagi.

Jadi ini yang bikin Evan drop.

"Yaudah Van, kamu makan dulu ya, terus istirahat… jangan mikirin yang berat Dulu Ya…"

"Ga mungkin aku ga kepikiran Ti, aku ga bisa ngapa-ngapain, aku malu Ti."

Titi memeluk Evan erat. "Van…. Gapapa namanya hidup pasti ada cobaan."

"Tapi cobaan aku terlalu berat." Lirih Evan. "Aku bakalan miskin dan terbuang. Pasti ga ada yang mau temenan sama aku Ti."

"Nggak Van, itu ga ngaruh…" kata Titi mencoba menenangkan Evan.

"Ti… aku ga tau harus gimana, aku mau mati aja rasanya."

"Vannn… ga gitu, Kitakan temen Van, aku bakalan ada buat kamu Van…" kata Titi mengelus kepala Evan.

Evan menengadah, "Ti apa kamu bakal ninggalin aku?" Tanya Evan menatap Titi dalam.

Jantung Titi berdenyut.

Sett. 

Titi menarik leher Evan, hap, cups…. Ciumana Titi begitu dalam menyedot bibir Evan.

"Ga Van. Aku udah biasa susah, sesusah susah nya hidup kamu itu udah enak menurut aku." Ucapan Titi bikin Evan senyum.

"Ti, aku merasa beruntung kenal kamu." Kata Evan mengelus tengkuk Titi, "sorry aku ga bisa kasih kamu apartemen untuk saat ini tapi aku janji Ti, aku bakalan kasih apa yang kamu butuh suatu saat nanti."

Sambil ngelus tengkuk sampai ke dada Evan, Titi bilang, "ngapain sih mikirin itu." Tatapan Titi terus turun ke nipplenya Evan.

"Dari awal kita ga ada komitmen Van, udah aja jalani gini aja…" kata Titi, sorotmata Titi ke puting Evan, "kamu masih stay disini aja aku senang Van. Aku jadi ga ngerasa sendirian."

Sreet!!

Evan memeluk erat Titi, "thanks Ti, aku ga sendirian sekarang. Aku ngerasa lebih baik sekarang."

"Kita sama-sama di posisi mirip sekarang Van, jadi… jangan sedih lagi ya, kita senang senang aja." Kata Titi mengelus nipel Evan lalu ke bibir Evan. Dimainkan Titi bibir Evan lalu disedot dengan penuh nafsu.

Pelukan Evan di badan Titi makin erat, keduanya bergulat di kasur, saling berpagutan cepat penuh nafsu dan mungkin cinta.

"Uuummmm…. Aaaahhh …."

Sesekali ciuman mereka berganti tempat, menjelajahi sekitar tengkuk dan kembali ke bibir bikin birahi keduanya makin berani dan panas.

"Aaahhh Evan …." Rintih Titi keenakan pas tangan Evan memijat payudaranya.

Cupsss…

Sluurrpp…

Cupsss ..

Cekatan sekali Evan melahap payudara Titi sambil di remas kencang payudara bulat itu.

"Ahhh evaaan…." Lirih Titi menindih Evan, "aaahhh… aku hibur kamu ya." Kata Titi melepaskan semua pakaiannya dan membantu melepaskan celana Evan.

"Ahhhh Titi .." rintih Evan ketika Titi merayap di atas tubuh Evan, menjilati dan menyapu habis otot perut Evan dengan lidah dan bibirnya.

"Eeeuuummmhh …" nafas Evan sampai tertahan bikin perutnya makin rata.

Sluurrpp …

Cupsss…

Slurrp…

Kepala Titi terus mundur, dari otot sixpacks hingga ke pangkal kontol Evan, tangan Titi memijat kontol tegang Evan sambil ngenyotin telur kembar Evan bikin kaki Evan naik turun karena rangsangan luar biasa itu.

Sebelah tangan Titi menekan memeknya sambil terus ngentot telurnya Evan.

"Aaahhhh sluuurpppp…. Hap…. Mmmmhhhnnn…" Titi makin semangat sambil ngeliatin muka sangge Evan yang pasrah.

Sreek sereekkk….

Belahan bokong Titi mainkan, digosokkan bokongnya ke sebelah paha Evan.

"Ahhhh Titi….", Lirih Evan gemas sambil memijat payudara Titi.

Sluurppp….

Slurrrp… jilatan Titi semakin dalam hingga ke bagian belakang Evan.

"Aaakhhhh…" desahan Evan makin dahsyat.

Titi kembali merangkak naik mencari bibir Evan.

Sluurppp … Titi menjilati bibir gemetar Evan lalu beralih ke telinga Evan. Sluurppp …

"Aaakhhh Titi!!!" Rintih Evan membalikkan posisi. "Aku ga tahan lagi tiii." Kata Evan beringas bikin Titi nyengir.

Cups…. Evan menyerang bibir Titi membabi buta sampai nafas mereka tersengal.

"Eeuuhhhh…. Aaahhhh… mmmhggg…."

"Aaahhh. … Aaah…."

Sebelah kaki titi diangkat dan disandarkan ke bahu Evan, dengan kuat Evan menusukkan kontolnya ke meki basah Titi.

Sleb!!

"Aaauuuw…." Teriak Titi keenakan.

Slopp… ploppp ploppp!!! Evan memompa kontolnya dengan cepat di meki Titi.

"Uuuhhh…. Uuukhhh… ngghh… aaahhh.m." rintih keduanya keenakan.

"Ahhhh nm Vaaan…. Aaahh. .." posisi Titi sedikit miring hingga bisa ngangkat setengah badan.

"Ahh Titi mentok ti.. kontol aku ngerasain grinjil kaya krikil dan enak banget pas kesedot ada tekstur nya… anjiirrr… kenapa sih memek kamu enak banget Ti…"

"Aaaahh.. Kontol kamu juga Van… enak gilaaa…"

Slopp… ploppp ploppp!!!

Slopp… ploppp ploppp!!!

Dorongan kontol Evan makin cepat dan dalam, bikin keduanya mengerang ga berhenti sampai mandi keringat.

"Aaahhh enaaak uuhhh enakkkk Vann… uug Van aku mau keluar…." Rintih Titi merem melek. "Vaaaannn aku mau keluare…."

"Keluarin ti… keluarinnn…" lirih Evan gregetan ngeliat muka lemes Titi.

Grepp .. Evan menjambak rambut Titi sambil menekan kontolnya lebih dalam sampe mentok.

"Aaahhhhhh…. Vann… aku keluar."

Seet!!

Evan menarik kontol basahnya.

Hap!

Titi langsung inisiatif mengemut kontol Evan, dilumatnya kontol itu sampai ke pangkal.

"Aahhh anjir… enak paraaah tiii…." Rintih Evan mengejan, seluruh tubuh Evan bergetar …

Currr….

Evan keluar di mulut Titi.

Glek!!!

"Euuuhhhhmmm…. Aku niatnya mau puasin kamu tapi kamu yang puasin aku duluan…" lirih Titi lemah sambil ngelap sisa Peju di bibirnya.

"Ti, liat muka kamu! Gimana aku bisa puas!"

Sreet!!! Jambakan Evan di rambut Titi makin kencang, set; bikin kepala Titi menengadah dengan sorot mata lemah.

Cupsss….

Evan kembali menyegel bibir basah Titi…