Chereads / AL HIKAM / Chapter 29 - Keadaan Lahiriah Adalah Tanda Bagi Keadaan Batiniah

Chapter 29 - Keadaan Lahiriah Adalah Tanda Bagi Keadaan Batiniah

Apabila permulaan sesuatu amal telah menggambarkan baik atau tidaknya, maka akhir kesudahan itu tidak sunyi dari salah satu keduanya, mengikuti pada apa yang telah kelihatan pada permulaannya. Ini adalah suatu kaedah atau suatu ketetapan yang pada umumnya terjadi demikian.

Untuk mengetahui baik atau tidaknya keadaan seseorang dalam melaksanakan kewajibannya terhadap ajaran-ajaran agamanya, yang mulia Al-Imam Ibnu Athaillah Askandary telah mengungkapkan sebagian tanda tersebut dalam Kalam hikrnah bdiau yang ke-28 sebagai berikut:

"Sesuatu yang tersimpan di dalam rahasia hati yang tersembunyi, lahir dan nyata pada lahiriah-lahiriah yang dapat dilihat."

Pengertian Kalam hikmah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui seseorang manusia apakah ia orang baik, yakni orang yang apabila kita bergaul dengannya dapat membawa kita ke jalan yang baik, maka kita akan dapat melihat ini dengan melihat lahiriah-lahiriahnya yang dapat dilihat oleh mata kepala kita. Apabila seseorang itu tersimpan di dalam hatinya ilmu-ilmu pengetahuan yang bermanfaat buat dirinya dan buat manusia pada keseluruhannya, di samping itu hatinya tidak lupa kepada Allah s.w.t., di mana pula segala penyakit-penyakit hati itu tidak ada padanya, maka tak dapat tidak hal keadaan ini akan berbekas atau terlihat pada wajahnya dan sepak terjangnya. Perbuatan-perbuatan yang ia kerjakan dan apa saja yang ia lakukan adalah merupakan pencerminan cahaya yang tersimpan di dalam hatinya. Karena ini adalah tanda untuk mengetahui hakikat seseorang hamba Allah, apakah ia baik atau tidak. 

Nabi kita Muhammad s.a.w. telah bersabda:

'']ikalau hati orang ini khusyuk (semata-mata niat karena Allah) maka akan khusyuk pula segala anggota batang tubuh lahiriahnya!"

Apabila hati baik, maka lidah, tangan, kaki dan seluruh apa yang dikerjakan anggota tubuh seluruhnya, adalah baik. Dan jika tidak, maka tidak. Jadi barangsiapa yang tersimpan dalam hatinya kesempurnaan, maka lahiriahnya pun akan kuat teguh dan tidak akan berkisar dari ketetapan yang tetap dalam hatinya itu.

2. Karena itu maka akhlak seseorang adalah berpangkal pada sampai di mana hatinya menyimpan hal-hal yang baik. Apabila hatinya penuh dengan cahaya-cahaya kebaikan, maka inilah yang berbekas pada lahiriahnya, dan dengannya manusia dapat mengetahui hal keadaannya. Demikian pula kebalikannya. Berkata syair:

"Manakala ada pada seseorang sesuatu akhlak, sekalipun keadaan akhlaknya tersembunyi atas manusia, niscaya akhlak itu akan dapat diketahui."

Seorang tasawuf besar bernama Abu Hafas pada waktu beliau datang ke negeri Iraq, beliau didatangi oleh seorang ahli tasawuf besar bernama Al-Junaid. Pada waktu Syeikh Al-Junaid ziarah pada Abu Hafas, beliau melihat bahwa teman-teman dan murid-murid Abu Hafas pada berdiri di sekeliling Abu Hafas dengan begitu sopan santun dan ta'zirn.

Al-Junaid bertanya kepada Abu Hafas: Hai Abu Hafas, rupanya tuan mernberi adab kepada teman-teman dan murid-murid tuan sebagai adab rakyat terhadap rajanya. Abu Hafas menjawab: Tidak hai Abul Qasim (Al-Junaid), tetapi kebaikan adab yang tdah terlihatpada lahiriah mereka adalah pertanda tentang adab yang tersembunyi di dalam hati mereka.

3. Tanda-tanda seperti yang kita sebutkan di atas boleh juga dijadikan alat pengenal bagi tiap-tiap kita terhadap diri kita masing-masing. Karena itu apabila seseorang mengakui, bahwa ia cinta kepada Allah, cinta kepada agamaNya, dan hatinya selalu tidak mdupakan Allah dan ajaran-ajaran agama.

Apabila pengakuannya itu tidak sejalan dengan lahiriahnya sendiri, hal keadaan ini adalah suatu kebohongan terhadap dirinya, di mana ia sebenarnya tidak mencintai Allah dan agamanya, tetapi ia lebih mendahulukan hawa nafsunya.

Berkata Ibnu Mas'ud r.a.: "Bahwasanya dalam hati manusia ada dua hal. Satu, berhubungan dengan Malaikat dan satu lagi berhubungan dengan musuhnya (yaitu Iblis dan syaitan termasuk hawa dan nafsunya). Yang berhubungan dengan Malaikat adalah menimbulkan hal-hal yang baik dan membenarkan yang benar.

Yang berhubungan dengan "musuh", ialah ketidak-baikan, mendustakan kebenaran dan mencegah kebaikan-kebaikan. Kemudian sebagian ulama telah berkata, bahwa hati adalah menimbulkan apa yang disebut dengan was-was itu, tempatnya berlainan antara pria dan wanita. Pada pria was-wasnya adalah pada hati dan dua matanya, sedangkan pada wanita, apabila ia menghadap maka was-wasnya pada pinggulnya. Karena itu apabila laki-laki melihat sesuatu, maka was-was akan terjun dalam hatinya dari penglihatannya, sedangkan bagi wanita apabila dari muka, matanyalah yang menyebabkan ia was-was dan dari belakang, kadaaannya sebelah belakang menimbulkan was-was pada hatinya.

Seorang ulama bernama Ja'far bin Barqon berkata: Sesungguhnya hamba Allah apabila ia mengerjakan dosa, maka jatuhlah titik hitam dalam hatinya, tetapi jika ia taubat dari dosanya, maka titik hitam dalam hatinya itu akan terhapus.

4. Apabila hati bersih dari titik-titik hitam, maka hatinya laksana kaca di mana dapat tergambar segala sesuatu dalam hatinya. Apa saja yang datang dari hatinya, meskipun yang datang itu tipu daya syaitan, maka hati akan melihat semuanya.

Apabila manusia berturut-turut mengerjakan dosa, maka akan berturut-turut pulalah datangnya titik hitam atas hatinya, maka apabila titik-titik hitam telah meratai hatinya, maka hatinya tidak dapat melihat syaitan, sehingga ia sulit menghindari godaan dan tipu daya syaitan.

Dari Hasan Al-Bishri, diterima dari Rasulullah s.a.w. Nabi bersabda: "Ilmu pengetahuan itu terbagi kepada dua (di antaranya) ilmu yang tersembunyi di dalam hati, maka itulah ilmu yang bermanfaat. Sahabat bertanya kepada Nabi tentang pengertian ayat dalam surat Al-An'am, ayat: 125, yakni:

"Barangsiapa yang dikehendaki Allah akan menrayukinya, niscaya terbuka dadanya buat memeluk a,eama Islam. Barangsiapa yang dikehendaki Allah akan menyesatkannya, niscaya sempitlah dadanya, seolah-olah ia hendak naik ke atas langit. Begitulah Allah menjadikan yang begitu itu bagi orang-orang yang tidak beriman." (Al-An'am: 125)

Tanya sahabat: 

"Apa arti terbuka dadanya?"

Nabi Muhammad s.a.w. menjawab: 

"Adalah lapang dan tenteram, yakni bahwasanya nur Ilahi apabila dikurniakan Allah jatuh dalam hatinya, maka dadanya akan lapang dan hatinya akan tenteram dan terbuka terhadap kebenaran. ltulah gambaran Nabi tentang ilmu yang tersimpan di dalam hati. Karena itu maka sebagian ulama ditanya orang tentang ilmu tersebut, maka mendapat jawaban, bahwa ilmu tersebut merupakan rahasia yang apabila dilimpahkannya ke dalam hati hamba-hambaNya. tidak akan dapat dilihat oleh siapa pun, apakah ia Malaikat atau manusia.

Rahasianya yang tak dapat dilihat, tetapi bekas daripadanya, di mana tergambar pada wajahnya dan amal perbuatannya adalah dapat dilihat. Dan inilah rahasia atas tanda-tanda itu. Berkata syair:

"Tanda-tanda cinta (dalam hati) tidak dapat tersembunyi atas seseorang laksana pembawa kasturi, tidak bisa tersembunyi apabila baunya telah pecah."

5. Meskipun segala sesuatu itu dari Allah, tetapi hendaklah kita mengerti, bahwa segala kejadian yang dijadikan Allah pada manusia pada umumnya ada sebab-sebabnya sesuai dengan kenyataan biasa yang terjadi pada makhlukNya, seperti: kebakaran, kebanjiran, kematian, dan lain-lain.

Dalam pada itu ada satu ha] yang karena itulah maka kita diberi pahala dan kita dianggap berdosa, hal itu ialah kehendak hati yang ada di dalam hati kita masing-masing. Apabila hati kita berkehendak dan kehendak itu diizinkan oleh Allah, maka Allah Ta'ala dengan serta-merta mdapangkan jalan bagi kehendak kita. Demikian juga dengan Islam atau dengan lawannya. Apabila kehendak hati seseorang bertujuan kepada Islam dan ini diizinkan Allah, maka lapanglah jalannya dengan petunjuk Allah s.w.t. pada mengamalkan Islam sebagai agama. Demikian pulalah kebalikannya . Dengan ini teranglah, bahwa hati adalah memegang peranan penting. Hati akan terang-benderang, apabila Tuhan telah memberikan nurNya dan dengan nur itulah timbul kehendak-kehendak hati yang baik dan diridhai olehNya. Tetapi bila Tuhan tidak memberikan nurNya ke dalam hati kita, timbullah kegelapan dan gelap-gulita di dalam hati dan inilah yang menyebabkan hati itu sempit pada melihat kebaikan, tetapi sebaliknya apabila hati kita melihat kejahatan dan keburukan, maka teranglah hati untuk itu.

Inilah artinya bahwa taufiq dan hidayah bukan di tangan makhluk, tetapi adalah dari Allah s.w.t.

6. Berkata Hasan Al-Bishri r.a.: Pada zaman dahulu di mana waktu pengaruh Islam telah sampai ke negeri-negeri kekuasaan Romawi, maka sebagian kaum Muslimin telah datang ke negeri-negeri tersebut. Salah seorang Muslim setelah bermukim di salah satu negeri tersebut rupanya jatuh cinta pada seorang wanita cantik dan cakap di negeri itu. Ia pun meminang wanita tersebut, tetapi wanita itu dengan semua familinya enggan menerima lamaran perkawinan Muslim tadi, terkecuali apabila ia memeluk agama Nasrani. Demi tergoda pada wanita cantik dan cakap, maka si Muslim itu memperkenankan ajakan wanita tadi, maka diundanglah pendeta-pendeta Nasrani sebagai saksi atas kejadian peristiwa masuk Nasraninya Muslim tersebut. Setelah upacara kenasranian selesai, maka keluarlah wanita itu dan dengan serta-merta wanita itu meludahi muka si Muslim yang telah meninggalkan agamanya itu.

Ia berkata: 

"Celaka engkau! Engkau telah meninggalkan agama yang benar karena syahwatmu! Tetapi saya akan meninggalkan agama yang batil demi kebahagiaan yang abadi."

"Aku bersaksi: 

Bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan bahwasanya Muhammad Rasulullah."

Meskipun kekacauan terjadi setelah peristiwa itu, tetapi wanita itu tetap atas pendiriannya dan ia rela mati atas kepercayaan dan pendiriannya itu.

Ini adalah sebagai bukti pada kita, apabila hati telah menetapkan sesuatu, maka anggota-anggota lahiriah adalah takluk di bawahnya dan menurut kehendaknya.

Kesimpulan:

1. Perbuatan lahiriah adalah tanda atas keadaan yang tersimpan dalam hati.

Barangsiapa yang baik lahiriahnya, maka menunjukkan bahwa hatinya baik. Dan apabila tidak maka tidak.

2. Rahasia Allah yang dikurniakan ke dalam hati seseorang hambaNya tidak ada yang tahu, baik Malaikat ataupun manusia, tetapi lahiriahnyalah yang mengungkapkan rahasia tersebut.

3. Tepatlah sabda Rasulullah s. a. w. yang menyebutkan, apabila hati baik, maka seluruh tubuh akan baik; dan apabila hati tidak baik, juga tubuh pun tidak baik.

4. Taufiq dan Hidayah datang dari Allah dan bukan dari manusia, jangan lupa bermohon kepada Allah pada mengharapkan kedua hikmat ini.