Chereads / Sang pria pemuas / Chapter 2 - bab 2

Chapter 2 - bab 2

Hal itu berlangsung selama bertahun - tahun. Sampai aku lulus SMA.

Setelah usiaku 18 tahun dan baru lulus SMA, aku mulai berpikir untuk mencari kegiatan yang lebih bagus daripada hanya sekadar menjadi kuli di pasar.

Karena itu aku ingin membuat SIM A dan C. Dengan tujuan, bisa menjadi sopir angkot.

Mudah - mudahan nanti ada pemilik angkot yang bersedia menyerahkan mobil angkotnya untuk kupakai.

Tapi sebelum hal itu terjadi, aku berjumpa dengan teman karibku, Zaki, yang menghentikan mobilnya persis di sampingku.

Oi JONI.. !

Apa kabar ?" tanyanya sambil memelukku.

" Zaki.. ?! "

sahutku kaget,

"Wah ... keren kamu ... kamu sudah punya mobil sendiri sekarang ?" ucapku.

"Asal rajin nabung, beli mobil aja sih gak susah - susah amat Jon. " sahut Zaki.

"heleh.. Aku juga senang nabung. Tapi kalau penghasilan Aku pas - pasan, apa yang bisa Aku tabung.. ?

bisa buat hidup sehari hari aja udah syukur"�  sahutku.

"Ayok ikut aku. Biar kita bisa ngobrol lebih panjang kali lebar."  ajak Zaki.

Aku pun masuk ke dalam mobil Zaki.

Dengan perasaan kagum, karena teman karibku sudah punya mobil sendiri. Padahal dahulu dia senasib denganku. Sama - sama anak orang tak punya.

Tapi sejak ia pindah ke jakarta, aku tak pernah berjumpa lagi dengannya.

Sementara aku tetap tinggal di kampung yang untuk ke kota saja butuh jarak 30 kilometer baru sampek kota besar.

"Kalau mau maju dan banyak duit, loe harus mau tinggal di jakarta Jon, " ucap Zaki sambil menjalankan mobilnya,

Di kampung begini, mana bisa buat nyari duit gede Jon ?

Kecuali kalau loe mau bikin tempe atau dagang sayur keliling, mungkin bisa untuk memenuhi kebutuhan sehari - hari dan sedikit untuk menabung. "  ucap Zaki

"Aku kan gak punya saudara di jakarta.

terus aku Mau tinggal di mana Zak.. ?

Harus nyewa kamar ?

Dapat dari mana duitnya ?"

sahutku.

"Kalau loe punya niat untuk mencari duit gede di jakarta, loe bisa tinggal di rumah gue. "  ucap zaki.

"Kamu udah punya rumah sendiri di kota Zak,, ?"

"Udah, " jawab Zaki sambil mengangguk.

"Kamu hebat Zak. Umur kamu sebaya dengan ku, tapi sudah punya rumah dan mobil segala. "

"Gue setahun lebih tua dari loe. Sekarang gue udah sembilanbelas tahun Jon.

Oh,,ya, loe mau gak ikut ke jakarta sekarang ?"  ajak Zaki.

"Mau. Tapi Aku harus nitipin dulu kunci ke tetangga sebelah. Takut Mbak ku pulang gak bisa masuk. "

"Ya udah, kita sekarang ke rumah loe dulu. Sekalian bawa baju untuk ganti. Siapa tau loe kerasan di rumah gue nanti. "

"Kalau dikasih kerjaan, pasti aku kerasan di rumah Mu Zak. "

"Kerjaan sih ada. Asal kalo loe mau aja ngerjainnya. "

"Kerjaan apa pun akan aku kerjakan, asal jangan maling aja. "

"Nggak lah,,. Kerjaan kita takkan merugikan orang lain. Percayalah. "

Setibanya di depan gang menuju rumahku, Zaki menghentikan mobilnya.

"Gue nunggu di mobil aja ya, " ucap Zaki.

"Iya, " sahutku,

"tunggu sebentar ya Zak.

Bergegas aku melangkah ke dalam gang menuju rumahku yang kecil dan nyaris roboh itu.

Di dalam rumah, kukumpulkan semua pakaian yang sudah dicuci dan disetrika. Lalu kumasukan ke dalam ransel.

Sambil menggendong ransel, aku keluar dari rumahku. Lalu kukunci pintu depan.

Kunci serepnya kutitipkan ke tetangga sebelah, agar kalau Mbak Yanti datang berkunjung bisa masuk rumah.

Kemudian bergegas aku menuju jalan besar, di mana Zaki tengah menungguku di dalam mobilnya.

Pada waktu aku masuk ke dalam mobil, Zaki memandang ke arah kakiku yang cuma mengenakan sandal jepit.

"Kenapa gak pakai sepatu Jon ?"

"Sepatuku udah jebol Zak. Belum bisa beli yang baru, " sahutku jujur.

*Sepatu Joni sudah jebol, Waktu sekolah dulu sering kali dia menambalnya supaya gak kemasukan pasir dan sekarang sudah gak bisa dipakai lagi karena sudah banyak tambalan. *

"Nanti di rumah gue banyak sepatu yang udah gak dipake. Kelihatannya kaki loe seukuran dengan kaki gue, " kata Zaki.

"Aku biasa pakai sepatu ukuran empat puluh Zak. "

"Sama. Gue juga pakai nomor itu, " kata Zaki sambil menjalankan mobilnya.

"aku memang sangat sengsara Zak. Sejak ayah gue menghilang, gue mengandalkan belas kasihan Mbak Yanti.

Tapi dia kan punya suami , tidak bebas juga untuk ngeluarin duit.

Makanya setelah tamat SMP, gue nyari duit sendiri agar bisa lanjutin ke SMA dan untuk biaya hidup gue sehari hari.

Karena kakak gue gak sanggup biayai sekolah gue lagi. " ucapku.

Zaki terdiam. Mungkin sedang memikirkan kesengsaran Sahabatnya ini. Lalu Zaki berkata,

"Kalau loe mau mengikuti langkah gue, pasti takkan kekurangan lagi. Asalkan loe mau aja. "

"Mau Zak. Gue takkan pilih - pilih kerjaan. Tugas apa pun akan gue jalanin, asalkan penghasilannya memadai. Memangnya apa pekerjaanmu ?"

"Loe harus merahasiakannya ya ? Jangan sampai orang kampung kita ada yang tau pekerjaan gue sekarang. "

"Gue pasti akan merahasiakannya Zak. Memangnya apa sih pekerjaan loe ?"

"Gue hanya bertugas menyenangkan kaum wanita yang rata - rata berusia di atas tigapuluh sampai limapuluh tahun. "

"Ohya ?! Bagaimana cara menyenangkannya ?"

"Ngent*t Apem mereka. Hahahaaa ... sambil menyelam minum air. Dapet duit banyak sambil menikmati enaknya ewean. Enakan pekerjaanku ini ?"

"Enak banget. aku jadi pengen kerja seperti itu. Tapi dapet duitnya gede gak Zak ?"

"Ya gedelah Jon. Kalau gak gede gue juga gak mau kerja kayak gitu. Buktinya dalam waktu setahun aja gue udah punya rumah dan mobil. Karena gue dianggap bisa memuaskan birahi ibu - ibu itu. "

"Ibu - ibu itu pasti orang - orang tajir ya ? "

"Ya iyalah. Ada istri pengusaha, ada yang punya bisnis sendiri, ada juga yang istri pejabat. Dengan berbagai alasan mereka mencari kepuasan dengan mencari pria pemuas. "

"Maksudmu Gigolo,,?"

"Iya. Profesi gue sekarang ini gigolo. Tapi gigolo kelas tinggi. Karena yang ngajak kencan sama gue selalu dari kalangan elit. "

"Terus cara beroperasinya gimana ?"

"Ada yang ngatur koq, seorang wanita yang biasa dipanggil Mamih, " sahut Zaki,

"Dialah yang menentukan siapa yang harus hadir dan harus kencan dengan siapa, gitu. " ucap zaki menjelaskan.

"Owh ... gitu ya. " sahutku

"Nanti kalo loe udah siap, akan gue ajak ke rumah Mamih.

Tapi sebelum itu loe harus berdandan serapi mungkin dan permak sedikit badanmu, supaya loe kelihatan memenuhi syarat di mata Mamih.

Kalau Mamih menilai loe masuk kriteria, pasti masuk kriteria juga di mata ibu - ibu itu. "

"Pakaian aku udah lusuh - lusuh, gimana bisa masuk kriteria Zak ?"

"Nanti gue kasih pakaian yang gak kampungan. Pokoknya loe harus berdandan sebaik mungkin, supaya tidak kelihatan baru datang dari kampung.

Soal itu nanti gue yang ubah penampilan loe. loe cukup persiapkan tubuh aja "

"Iya terserah kamu aja Zak. Gue akan ikut apa katamu aja. "

"Oh,,ya, untuk nama loe kayaknya gak usah diganti. tetep pakai nama Joni aja. Kedengarannya gak seperti orang kampung. "

� " Mmmm ... loe udah punya pengalaman soal mengenai s3x  Jon?"

"Udah. "

"Sama siapa ?

Sama pel*cur ?"

Iiih amit - amiiit. Aku sih gak pernah nyentuh pel*cur.

Lagian di kampung kita mana ada pel*cur Zak ?"

"Beneran gak pernah nyentuh pel*cur loe.

Soalnya nanti akan diperiksa oleh dokter mengenai kebersihan darahmu.

Kalau ada benih - benih penyakit kotor, loe pasti langsung ditolak oleh Mamih. "

"Iya Zak aku bisa jamin tentang itu, kalo aku gak pernah nyentuh pel*cur.

"Oke gue percaya sama loe Jon.

TIBA DI JAKARTA DAN DIRUMAH ZAKI,

Mereka sudah tiba di rumah Zaki. Rumah yang lumayan besar dan keren bentuknya. Ada garasinya juga. Bahkan jika masuk ke dalam, ternyata ada kolam renangnya juga.

"Wah ... ada kolam renangnya segala Zak, " komentarku sambil mengamati kolam renang di dalam ruangan tertutup itu.

"Iya,  sahut Zaki,

Renang itu salah satu olahraga terbaik. Untuk membangun body yang bagus, untuk melatih pernafasan dan sebagainya.

Nanti kalau loe mau berenang, berenang sajalah. Jangan sungkan - sungkan. Anggap aja rumah ini rumah loe sendiri. "

"Iya. Makasih Zak.

Aku seneng juga berenang, tapi di sungai. Karena di kampung kita gak ada kolam renang. "

Zaki memang sangat baik padaku. Beberapa setel pakaian diberikannya padaku, Pakaian yang lazim dikenakan orang kota.

3 sepatu yang kelihatan masih baru pun diberikannya padaku. Supaya jangan kelihatan kampungan, katanya. Aku pun ditempatkan di kamar yang bersebelahan dengan kamar Zaki.

"Mulai saat ini biasakanlah mandi dua kali sehari.

Biasakan ganti pakaian tiap hari. Dan terutama harus selalu menjaga kebersihan.

Supaya ibu - ibu dan tante - tante yang berkencan dengan loe akan merasa nyaman ketika sedang bersama loe, " kata Zaki yang kuanggap sebagai nasihat yang baik.

Zaki juga menunjukan beberapa buah buku pengetahuan tentang cara - cara bergaul. Supaya aku bisa jadi cowok yang sangat menyenangkan dan enak buat di ajak ngobrol.

Zaki pun membawaku lemari kecil tempat obat - obatan di ruang keluarga, lalu menunjuk isinya,

"Ini semua berisi supelmen, supaya kita senantiasa fits, terutama agar kont*l kita selalu tangguh dalam menghadapi wanita yang serakus apa pun dalam melampiaskan semua birahinya.

Kalau loe maup pakai, pilih yang ini saja ... sehari cukup satu butir saja,

sekarang loe istirahat aja dulu, loe pasti capek kan,

entar malem gue ajak loe jalan jalan agar bisa sedikit tau tentang dunia Malam jakarta" kata Zaki.

"Memangnya nanti malam kamu gak kerja Zak"

"Tenang aja malam ini gua free dan gak ada panggilan dari Mamih"

"oh,, oke deh" sahutku.

"Siipp,, sekarang loe masuk ke kamar dan istirahat nanti gue panggil kalo mau berangkat jalan jalan" ucap Zaki.

zaki pergi ke kamarnya sambil mengacungkan jempol.

Selepas zaki masuk ke kamarnya, Aku juga masuk ke kamarku.

Didalam kamar aku melihat kamar yang aku tempati,

"wiihh bagus banget kamarnya, ada AC dan kamar mandi di dalam." gumam joni.

Segera aku membereskan semua pakaianku dan pakaian yang diberi Zaki tadi dan aku masukkan ke lemari di dalam kamar.

Selesai merapikan semuanya Aku pergi ke kamar mandi, karena merasa badanku sedikit lengket dan terasa gerah.

Habis mandi aku langsung rebah dikasur yang empuk dan aku menyalakan AC agar terasa sejuk.

Ah,, nyaman banget dan sejuk. beda banget dengan kamarku di kampung, sudah kasurnya keras gak ada AC juga, adanya cuma kipas angin yang kadang kadang eror, kadang mau nyala kadang juga gak mau nyala.

Sambil rebahan aku memikirkan nasibku selama hidup dikampung, yang serba kekurangan, dan aku memikirkan masa depanku dan tak sabar untuk mengubah kehidupanku dijakarta ini,

saking asiknya menghayal aku menjadi sukses sampai aku tertidur di kasur yang empuk ini...