Pada waktu yang sama, Duke Astra naik ke atas panggung.
Saat sang Duke muncul, semua Keturunan Langsung bangkit. Anak-anak dari Kelas Dasar, serta anak-anak kelas lain yang datang untuk menonton latihan, menundukkan kepalanya.
Hanya setelah Duke mengambil posisinya. Baru pada saat itulah Generasi ke-2 duduk, dan Generasi ke-3 juga mengangkat kepala.
Viscount Debussy, yang berada di sebelah Duke, membuka mulutnya. "Mulai pertandingannya"
TENG- TENG- Bel berbunyi 2x, dan seorang guru menduduki stasiun wasit di tengah Arena.
Itu adalah awal pertandingan.
* * *
Arenanya di ubah menjadi hutan kecil dengan alat sihir. Di Hutan ini-lah kita akan bertanding.
Masing-masing orang tua dapat mengawasi anak-anaknya melalui Cermin Ajaib yang dibagikan.
Aturannya sederhana.
'Ini adalah Perburuan Harta Karun lagi.'
Sepertinya para profesor di sini sangat suka berburu harta karun.
Itu tak terhindarkan. Karena jenis pertandingan yang dapat dimainkan oleh anak-anak berusia 3 hingga 11 tahun tanpa cedera itu terbatas.
Juri membentangkan kertas persyaratan kemenangan dan membacanya dengan lantang.
"Kelompok yang menemukan Batu Amethyst dan memegangnya sampai akhir pertandingan adalah pemenang"
Anak-anak saling mengobrol, "Kalau begitu kita tinggal menemukan Batu Amethyst saja? Kita beruntung punya anggota dengan indra penciuman yang baik"
"Apakah perhiasan memiliki bau?"
Anak-anak bergegas berlari mencari Amethyst. Kelompok Joffrey pun mulai bergerak. Liantyn dan Dionera menatap ke arah Joffrey dengan wajah cemas
"Uh, apa yang harus kita lakukan? Kelompok Joffrey memiliki anak yang bisa mengerahkan serangga. Dengan memerintah serangga di hutan mereka akan segera menemukannya", Dionera cemas dan menurunkan alisnya
kata Liantine, "Aku juga punya Anugerah spesial!"
Kalau dipikir-pikir, apa Anugerah Liantyn? Itu tidak pernah disebutkan di
"Cobwa tunjukkan?"
"YA!", pekik Liantine dan melambaikan tangannya.
Ada beberapa lapisan cahaya tak berwujud melilit pergelangan tangannya.
"....Cahaya?"
"Ya! Apa yang harus aku lakukan sekarang?"
"...padamkann saja"
Liantine mengatupkan bibirnya, "Wow, memang lebih baik kita segera mencari Amethyst...."
"Tidak pwerlu"
"Hah?"
Persyaratan kemenangannya adalah [Memegang Batu Amethyst sampai akhir pertandingan]. Bahkan kalau pun mereka menemukannya, mereka tidak bisa menang jika tidak mempertahankannya.
'Ini adalah pertikaian atas Batu Amethyst'
Aku membawa Dionera dan Liantyn ke hutan bagian terdalam. Dionera adalah anak baik yang mendengarkan dengan sangat baik, jadi dia mengikutiku dengan mudah. Tapi Liantyn....
'Apa dia akan ikut dengan tenang?'
Dia sepertinya tahu mengerti bahwa Aku berpikir selangkah lebih maju darinya berdasarkan peringkatnya. Jadi, Kami pergi jauh ke dalam rerumputan dan berjongkok saling memandang.
"Jadi apa yang akan kita lakukan?"
"Uh huh. Aku ingin tahu apa yang akan kita lakukan...."
"Yaitu beristwirahat disinii"
Dionera dan Liantyn tampak bingung
* * *
Orang dewasa yang menonton pertandingan melalui Cermin Ajaib mengerutkan alis mereka. Tiga gadis pergi jauh ke dalam hutan dan bahkan tidak berencana untuk keluar.
"Apa yang dilakukan anak-anak itu di sana?"
"Sepertinya mereka takut dengan persaingan karena mereka perempuan."
HaHa, tawa pecah dari bangku penonton.
Selama Pertandingan berlangsung, ada beberapa anak-anak yang sangat ketakutan dan tidak berani bergerak. Seorang anak laki-laki berusia lima tahun dari kelompok lain menangis begitu pertandingan dimulai, sehingga wasit mengeluarkannya.
Sebaliknya, Joffrey memimpin.
[Apa kalian sudah menemukan lokasinya? Bekerjalah dengan cepat!]
[Ehm, saya pikir ada di pohon itu....]
[Fabio, kamu panjatlah pohonnya.]
[Huh?!]
[Badanmu yang paling tinggi]
"Joffrey pandai dalam memimpin."
Sebenarnya, itu lebih mirip paksaan daripada perintah, tapi ungkapan tersebut masuk akal untuk menyanjung ayah Joffrey, Balderick.
Balderick tertawa, "Aku sudah mendidiknya sejak usia dini, ku-pikir dia mengembangkan itu sendiri"
"Dia anak yang spesial. Mirip denganmu"
"Semua orang bilang kami mirip."
Balderick menatap Duke Astra dengan tatapan lembut. Lalu dia mengangkat suaranya untuk mendapatkan perhatian.
"Hasil tes yang diikutinya hari ini juga sangat bagus. Profesor memuji-mujinya sampai mulut mereka kering, aku jadi malu dan malah menegurnya"
Ayah Liantyn, Decones, mengerutkan keningnya, 'Si brengsek itu...!'
Pedahal Liantyn tenggelam dengan buku-buku selama fase istirahatnya.
"Aku tidak boleh bersantai"
"Kali ini, saya pasti menaikkan peringkat-ku. Jangan ganggu dan pergilah, Ayah!"
Dia bekerja sangat keras...
Ketika Decones mengerang dan tidak bisa duduk diam, Istrinya dengan cepat meraih lengannya dan berkata, "Sayang"
"Haah, Nyonya, apa kau dengar apa yang Dia katakan..."
"Aku tahu. Aku juga kesal. Tapi untuk sekarang tidak ada jalan lain", Ia berbicara dengan tenang, tetapi tangannya menggenggam roknya dengan erat.
Decones menundukkan kepalanya dengan ekspresi muram
[Ketemu-]
[Berikan padaku!], Joffrey dengan cepat mengambil batu Amethyst yang ditemukan teman se-tim-nya.
"Dia menemukannya. Ha Ha Ha!"
Suasana hati Balderick melambung tinggi. Ketika dia masih muda, dia dihalangi oleh Putra Tertua, Grimie, dan Putra ke-dua, Daymond. Tapi bagaimana dengan sekarang?
Putra tertua, Grimmie, tidak memiliki anak, jadi dia tidak masuk dalam perhitungan. Sementara Putri Daymond bersembunyi di sudut hutan, hanya bermain-main. Anak-nya, disisi lain, adalah yang pertama menemukan batu Amethyst dengan mengguncang Arena.
Tentu saja, ada anak-anak dari kelompok lain yang mengincar Amethyst.
[Hei, itu Amethyst!]
[Ayo ambil! Serang!]
Perkelahian dimulai dengan serangan oleh anak-anak dari kelompok lain. Namun, sebagai anak kecil, mereka tidak dapat menggunakan Anugerah mereka semaksimal mungkin. Pertikaian yang paling nampak ada menjerat salah satu anggota kelompok Joffrey dengan seutas tali.
[Dasar pengganggu!]
Anugerah Joffrey disebut
[Dia bertransformasi. Aww!]
[Anjing. Anjing XXX!]
Tapi itu saja sudah cukup efektif untuk mengancam anak-anak. 10 menit setelah perkelahian pecah. Kelompok anak lainnya gemetar dan melangkah mundur.
Balderick memasang senyum puas. Lalu, dia melirik Daymond yang sedang memperhatikan perkelahian dengan wajah acuh tak acuh.
"Kak, bagaimana menurutmu? Bukankah Joffrey lebih baik dari pada anak-mu?"
"Pertandingannya belum berakhir"
Kelompok Joffrey memiliki anggota yang levelnya lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok lain. Dia adalah yang tertua di antara anak-anak di Arena, dan dia memiliki berkah yang menguntungkannya dalam pertandingan ini. Jadi wajar saja untuk menonjol.
"Aku hanya memberi evaluasi singkat. Tapi putri dari kakak-ku memang tidak melakukan apa-apa"
"Balderick."
"Yah, aku mengerti. Apa yang bisa dilakukan seorang anak dengan Anugerah membaca Bahasa Kuno di kehidupan nyata?"
"Diamlah"
"Ya, ya, akan lebih bijaksana untuk bersembunyi seperti itu. Jika Joffrey-ku membuka taringnya, dia akan menangis.", Saat itu Balderik tertawa terbahak-bahak.
[SINII KAU!], Elliotte yang hanya bersembunyi di hutan akhirnya muncul di hadapan Joffrey.
Ketika orang-orang melihat Elliotte menantang di hadapan Joffrey, mereka terkejut dan memperhatikan dengan Cermin Ajaib.
'Dia baru muncul sekarang?'
Kurang dari 10 menit tersisa dari berakhirnya pertandingan
Apa yang akan dia lakukan sekarang?
"Apakah itu anak-anak yang bersembunyi sebelumnya?"
"Tapi bukankah itu berbahaya? Anugerah yang Elliotte miliki adalah membaca Bahasa Kuno, menantang Joffrey yang memiliki Anugerah bertipe penyerang...."
Pada saat itu
[Kak Dionera!]
Dionera, yang menghempaskan tanah disaat Elliotte berteriak, mempersempit jarak antaranya dengan Joffrey dalam sekejap.
Dan,
BANG-!
Dia meluncurkan tinjunya.
Anugerah Dionera adalah
[Gagak ini! Apa kau gila?!]
Ketika Joffrey memekik tajam, Dionera tersentak namun, [S, Sekarang, kalau kau menyerahkan Amethyst-nya....aku akan membiarkanmu pergi....]
[Beraninya kau! Fabio!]
Fabio, anggota tim Joffrey, yang memiliki perlindungan
Fabio membuat penghalang di depan Joffrey...
BANG! BANG! BANG! Ketika Dionera melepaskan tinjunya beberapa kali, penghalang itu pecah bagaikan jendela kaca.
[Hu-Huuh?!]
Anugerah Dionera memang cukup kuat, tetapi itu seharusnya tidak cukup untuk menghancurkan penghalang Fabio.
"Apakah Anugerah Dionera telah diperkuat?"
"Kamu tidak pernah bilang sebelumnya! Bagaimana ini....", Salah satu dari kedua anak itu menjadi panik
"Kelompok Joffrey tidak lagi terlindungi!"
Waktu untuk anak itu untuk membentuk penghalang baru adalah 10 menit. Kelompok Joffrey melindungi diri dari kelompok lain juga tidak bertahan lebih dari 10 menit.
'Tunggu sebentar, kalau begitu...'
.
[Jadi apa yang akan kita lakukan?]
[Uh huh. Aku ingin tahu apa yang akan kita lakukan....]
[Yaitu beristwirahat disinii]
Kita hanya perlu beristirahat di dalam.... ....untuk mengumpulkan kekuatan sampai Kelompok Joffrey tidak bisa menggunakan Anugerah Penghalang lagi.
Mereka yang menyimak rencana Elliotte, menarik napas dalam-dalam.
"Tidak mungkin. Apakah rencana ini berasal dari anak yang berusia tiga tahun?"
"Astaga. Pasti itu kebetulan!"
[Gadis-gadis sial ini—!], Joffrey mendorong anggota yang tidak membantu itu dan melompat ke depan.
GRR-! Saat dia menyalak dan mencoba menggigit Dionera-
[Kak Liantyn!]
Elliotte berteriak lagi, dan Liantyn melompat ke depan Joffrey lalu menutup matanya rapat-rapat. Untuk mengacaukan taring itu, di sekitaran pergelangan tangannya mengeluarkan sinar terang.
[AHH!] Saat cahaya bersinar tepat di depannya, Joffrey dengan cepat mundur. Joffrey yang kehilangan fokusnya, tersandung dan terjatuh di pantatnya.
"Dia tahu waktu yang tepat untuk menggunakan Anugerah Liantyn"
"Omong kosong. Bukankah itu kebetulan, apakah dia benar-benar bisa mengarahkan?"
Mata orang-orang di bangku penonton terfokus pada Daymond sejenak. Pada saat itu, Elliotte secara ajaib bergegas ke arah Joffrey. Tangan Daymond, yang sedang mengawasi perkelahian, menegang.
'Ya, sekarang'
Elliotte mengepalkan tinjunya, dan membantingkannya ke kepala Joffrey! Membuatnya terjatuh ke tanah lagi.
BAK! BUK! BAK!
Rahang Joffrey yang telah dipukuli dengan brutal, perlahan kembali ke bentuk aslinya.
Dan.
[Uh-huh-huh! Ayah-!!]
Wajah Balderick berkerut, 'Si bodoh itu...!'
Dia buru-buru menatap Duke Astra.
Duke menatap tajam ke Cermin Ajaib, "Apakah ini nyata?"
Mendengar pertanyaannya, Viscount Debussy tertawa terbahak-bahak, "Itu adalah sesuatu yang belum pernah saya temui. Pokoknya, satu hal yang jelas-"
"...."
"-Ada seorang jenius dalam Kastil ini yang tidak kita ketahui."
Balderick yang mendengarkan mereka berdua menggertakkan giginya.
Daymond memandang Balderick dan memelintir bibirnya, "Bagaimana yah? Bukan Putriku yang menangis."
"....!", Wajah Balderick memerah.
* * *
Pertandingan selesai.
Ketika Elliotte menyerahkan Batu Amethyst yang digenggam dengan kedua tangannya kepada wasit, Arena yang telah diubah oleh alat sihir kembali ke bentuk aslinya.
Liantyn berlari, "Ibu! Ayah!"
Pasangan Decones yang berada di bangku penonton, bergegas menuruni tangga.
"Kalian lihat? Aku menjatuhkan Joffrey!"
"Bagus. Bagus sekali!"
"Tadi itu sangat menegangkan"
Saat itulah Liantyn tersenyum lebar di antara pasangan itu.
"Nona Muda!"
"Gadis kecil-!!"
Enzo dan para prajurit dari wilayah Daymond meraung keras dan berlari. Kemudian mengelilingi Elliotte untuk merayakan momen yang tidak terlupakan.
Prajurit Daymond tidak pernah mengikuti aturan umum karena kemampuan setiap individunya.
Orang-orang kuat yang di rumorkan sebagai prajurit elit, secara aneh berkumpul di wilayah kecil. Namun, orang-orang itu pun tidak dipandang baik di Astra. Mereka diremehkan oleh wilayah hukum lain karena jumlah pasukan militernya.
Pada akhirnya, wilayah Daymond diejek karena dikatakan mereka hanyalah anjing yang sedikit cerdas.
Namun, anak kecil ini mengalahkan anak-anak dari wilayah besar lainnya dan meraih kemenangan. Membuat mereka yang memiliki prajurit-prajurit ceking, tidak bisa berkata apa-apa.
"Kamu sangat istimewa!"
"Kamu pintar!"
"Selamat!"
"Ugh... ini tidak nyamann....", Elliotte merengek di antara para prajurit di sekitarnya seolah-olah dia akan meledak terhimpit.
Sebuah lengan yang menyelinap dari celah mengangkat anak itu.
"Ayahh"
"Kerja bagus"
Elliotte dalam pelukan Ayah-nya, mengangkat tangannya dan memekik, "YA!"
Tak lama kemudian, si kembar yang sedang menonton dari bangku pun datang berlari.
"Baby, aku melihatmu menggiling Joffrey! Aku benar-benar melihatnya!"
"Aku juga. Kerja bagus, Elliotte"
Si kembar juga sangat bersemangat dengan penampilan adik mereka.
"Hei, aku juga mau memelukmu!"
"Balzac itu kurang hati-hati dan bakal menjatuhkannya. Berikan padaku."
"Dia Putriku."
Orang-orang Daymond sedang gaduh berpesta
"Ah, ayah!", Joffrey bergegas menuju ayah-nya, Balderick. "Ini. Jadi yang sebenarnya terjadi....!"
"Berisik"
"Bukan. Jadi, itu... ... WAHH, aku tidak bisa berkonsentrasi!", Seru Joffrey.
Kemudian Balderik menatap putranya., "Apa yang kamu bicarakan."
Joffrey melirik ke arah lain sambil memikirkan alasan yang bagus.
'Benar, ada itu', Yang disembunyikan di kamar si jalang itu
"Pena yang diberikan ayah! Menghilang, jadi aku tidak bisa berkonsentrasi pada pertandingan!"
"Pena?"
"Ya, kupikir seseorang mencurinya. Aku memilikinya sampai Kelas Pagi. Pasti itu salah satu dari anak Kelas Dasar"
"Apa?!"
"Kalau tidak salah, bukankah ada anak-anak yang agak lama di kelas itu? Liantyn dan Dionera, dan ada satu lagi.....ya, Elliotte!", Joffrey menuding Elliotte dengan suara keras.
Kemudian Arena mulai bergemuruh sekali lagi.
Joffrey mengangkat sudut bibirnya, "Liantyn dan Dionera mengenakan pakaian tanpa saku. Tapi Elliotte membawa tas"
"....."
"Pena bisa muat di ukuran tas itu"