Chereads / Miracle For Dark Lord / Chapter 9 - 9. The Opening Of One Secret pt. 1 - Two Linked Souls

Chapter 9 - 9. The Opening Of One Secret pt. 1 - Two Linked Souls

Ayah. Begitulah Lucyver memanggil pria tersebut. Raja yang pernah memimpin dalam tahta Kerajaan Varrzanian sebelum akhirnya pada putranya -Vrann Lucyver Vortexian- dinobatkan untuk meneruskan tongkat kepemimpinan. Beliau bernama Raja Vrannver Vortexian, Raja Varrzanian generasi ke 9.

Vrannver menghampiri putranya yang masih berbaring. Lucyver pun bangun dari pembaringannya.

Vrannver : "Bagaimana kondisimu?"

King Lucyver : "Aku baik-baik saja, ayah..."

Jawab Lucyver dengan nada yang lembut. Meskipun sikapnya dingin dan bisa menjadi kejam, namun ia tetap menghormati ayahnya yang telah mengajarkannya banyak hal tentang memimpin kerajaan.

Vrannver : "Kalau begitu, setengah jam lagi, ayah akan menunggumu di Aula Pedang Kerajaan. Persiapkan dirimu."

King Lucyver : "Baik, ayah..."

Pinta Vrannver dengan nada yang ringan. Dan berlalu begitu saja, meninggalkan Lucyver. Lucyanna pun menghampiri saudaranya.

Lady Lucyanna : "Apa kau benar-benar dalam kondisi terbaikmu? Kau pasti mengerti, kenapa ayah sampai memintamu untuk datang ke Aula Pedang Kerajaan."

King Lucyver : "Aku tahu itu. Siap atau tidak, aku harus tetap pergi. Itulah yang selalu ayah ajarkan padaku."

Ucap Lucyver, dan segera beranjak dari ranjangnya. Lalu segera mempersiapkan dirinya dengan sebaik mungkin.

Lucyver paham dengan permintaan ayahnya. Dengan mengenakan pakaian lengkap khusus untuk latihan pedang di seluruh tubuhnya, tanpa bantuan. Ia merasa siap untuk menghadapi segala kemungkinan yang terjadi. Ia tidak pernah melupakan semua ajaran tersebut.

Lucyver menatap dirinya ke dalam cermin besar di depannya. Bukan hanya sekedar melihat penampilannya. Tapi ia tengah memandangi wajah dan mata merahnya. Untuk membangkitkan kekuatan dalamnya. Raut wajahnya pun seketika berubah menjadi lebih fokus.

Lucyanna memperhatikan bahasa tubuh saudaranya sambil duduk di tepi ranjang saudaranya dengan tangan yang terlipat dan kaki yang menyilang, tanpa berkomentar apa pun.

Tanpa membuang waktu, Lucyver segera beranjak. Namun terhenti karena saudarinya.

Lady Lucyanna : "Kau sudah siap?"

King Lucyver : "Tentu saja! Ayah tidak pernah mengajariku untuk takut dengan hal apa pun. Dan sebaiknya, kau hanya menonton saja. Jangan berpikir untuk membantuku!"

Ucap Lucyver dengan tegas, seolah sudah membaca pikiran saudarinya. Dan berlalu begitu saja, meninggalkan Lucyanna yang sempat merasa terkejut, namun tergantikan dengan senyum kepuasan.

Lady Lucyanna : "Itu bagus, saudaraku. Kau sudah mulai kembali menjadi dirimu yang aku kenal."

Lucyanna pun beranjak, menyusul saudaranya menuju Aula Pedang Kerajaan hanya sebagai penonton. Menyaksikan drama pertempuran dengan Lucyver dan Vrannver sebagai tokoh utamanya. Lucyanna merasa sangat berantusias.

Sedikit cerita, Lucyanna menyandang gelar Jenderal Tertinggi Kerajaan Varrzanian. Meskipun ia adalah wanita, namun kemampuannya dalam seni pedangnya, melebihi kemampuan pria. Dan selalu menjadi pion andalan Lucyver di beberapa pertempuran besar dalam hal penyerangan dan pertahanan. Dan alhasil, kemenangan selalu berhasil diraih berkat jasa Lucyanna. Dengan begitu, Lucyanna menjadi satu-satunya jenderal wanita terpenting yang tercatat dalam sejarah Kerajaan Varrzanian dan sejarah keturunan Vortexian.

Potensi Lucyanna yang luar biasa ini di dapatkannya dari anugerah Dewi Nevalesca, Sang Dewi Perang Hitam. Pelindung keadilan di bawah tangan Dewa Lucifer.

Melihat potensi tersebut, ada begitu banyak Putra Mahkota yang mencoba untuk melamar wanita cantik ini meskipun berwajah dingin, namun karena kesan itulah yang menambah daya tarik dari seorang Lucyanna di mata mereka. Agar memperoleh darah keturunan kesatria dari Lucyanna juga menambah keuntungan kekuatan armada kerajaan mereka jika mereka bisa menikahi Lucyanna. Namun tidak ada satu pun yang berhasil mendapatkan jawabannya, bahkan untuk bisa merebut hatinya yang terkenal dingin.

「 Entering The Imperial Sword Hall 」

Saat ini, Lucyver tengah berdiri di depan sebuah pintu ganda yang besar dan tinggi. Dengan ukiran patung para raja-raja terdahulu setinggi 3 meter di kedua sisi pintunya. 4 patung di sisi kanan dan 4 patung di sisi kiri. Yang sedang membawa satu pedang yang sama, bernaung di bawah kedua tangan mereka yang menyatu. Pedang itu disebut Pedang Varrzanian. Merupakan lambang dari seorang Raja Varrzanian. Yang akan terus diwariskan kepada raja generasi berikutnya. Dan sekarang, pedang tersebut di pegang oleh Lucyver sebagai raja yang baru.

King Lucyver : "Bawakan pedangku!"

Perintah Lucyver dengan tegas. Lalu, seorang penjaga membawakan pedang andalan Lucyver. Meskipun bukan pedang yang sesungguhnya.

Pedang tersebut ada 2 buah. Posisinya sangkurnya berlawanan arah. Satu kebawah dan satu lainnya ke atas, secara menyamping. Penjaga itu membantu Lucyver mengikatkan tali berkulit gesper yang mengelilingi dadanya. Mengikatnya dengan kencang. Dan menguncinya dengan sangat baik. Lucyver merasa sangat siap.

Tanpa keraguan, ia pun mendorong pintu tersebut dengan kekuatannya. Terlihat ruangan yang gelap. Dan hanya ada satu cahaya yang menyoroti seseorang berpakaian sama seperti Lucyver, namun mengenakan mantel hitam kerajaan. Ia sedang berdiri dengan gagahnya. Dengan pedang panjang dibawah kedua tangannya yang menyatu. Ia adalah Vrannver yang sedang menantikan putranya. Dengan sorot mata yang serius yang ditujukan pada Lucyver yang baru saja datang.

Lucyver pun memasuki ruangan tersebut dan berjalan ke tengah ruangan tersebut. Dan berhenti.

King Lucyver : "Ayah. Aku datang seperti permintaanmu."

Sapa Lucyver sambil memberikan sikap hormatnya yang ditujukan pada raja terdahulu.

Vrannver : "Bagus sekali. Kau tepat waktu. Seperti yang selalu kuajarkan padamu. Bisa kulihat, kau sudah mempersiapkan diri dengan sangat baik. Apa kau tahu alasan ayah kenapa memanggilmu ke tempat ini?"

Ucap Vrannver dengan nada yang tegas, suaranya menggema ke seluruh ruangan yang gelap itu.

King Lucyver : "Tentu saja aku mengerti alasannya, ayah."

Vrannver : "Bagus! Berarti, siap atau tidak, kau harus menghadapi yang akan datang. Bahkan, menghadapi sesuatu yang tidak terduga!"

Ucap Vrannver dengan nada yang tajam. Kemudian, ia menjentikkan jarinya yang terdengar nyaring dan keras. Seketika, seluruh ruangan menjadi terang. Dan terlihatlah semuanya dengan jelas. Ternyata, ruangan itu memiliki ukuran yang sangat besar dan luas.

Sungguh mengejutkan. Secara tiba-tiba, sekelompok besar pasukan dalam wujud yang tidak biasa, menyerbu langsung ke arah Lucyver dari berbagai penjuru. Menyerukan teriakan peperangan dengan lantang. Mereka diperintahkan untuk menyerang Lucyver yang sendirian.

Dengan penuh percaya diri, Lucyver mengeluarkan 2 pedang kebanggaannya yang siap mendampinginya untuk meraih kemenangan dengan multak. Tergambarlah senyum sinis penuh rasa percaya dirinya. Lucyver sangat siap untuk menghadapinya.

Pertempuran pun dimulai. Mereka adalah pasukan yang tercipta dari bayangan yang memiliki mata berwarna merah terang dan bersifat agresif. Yang selalu digunakan dalam latihan dan simulasi peperangan. Mereka bisa dibuat dalam wujud apa pun, tidak memiliki rasa takut bahkan dapat diperintahkan untuk membunuh.

Beberapa dari mereka mulai menyerang Lucyver dengan senjatanya. Lucyver mampu menghalaunya dan menyerang balik tanpa celah. Kemampuannya dalam seni pertempuran tidaklah diragukan lagi. Ditambah, karena semua kemampuan yang berharga itu, ia dapat dari seorang ayah yang sangat disiplin, namun memiliki sisi yang lembut sebagai ayah yang sangat menyayangi kedua putra-putrinya.

Pertempuran masih berlanjut. Satu persatu, Lucyver menebas semua pasukan bayangan yang datang menyerangnya.

Ia dan kedua pedangnya seolah sudah menyatu dalam satu wujud. Menciptakan chesmistry terindah dalam seni pedang dan perang. Hanya dalam waktu singkat, Lucyver mampu menghabisi semua pasukan tersebut tanpa tersisa. Ekspresinya terlihat sangat fokus. Sembari menyilangkan kedua pedangnya membentuk tanda X.

Vrannver : "Awal yang bagus! Gelombang ke 2! Bersiap!!"

Perintah Vrannver dengan suara yang tegas.

Tiba-tiba, terdengar suara ringkikan nyaring kuda yang menggema. Dari kejauhan, terlihat satu garis besar hitam yang tengah berlari dengan kencangnya. Ternyata itu adalah pasukan bayangan dalam wujud pasukan berkuda dengan tombak yang panjang. Berlari dengan kencang ke arah Lucyver. Bersamaan dengan seruan nyanyian perang yang bergema.

Lucyver melihat kedatangan pasukan gelombang ke 2 ini. Dengan kedua pedang yang masih tersilang, kemudian Lucyver menggesekkan kedua besi tersebut, hingga berbunyi sangat nyaring.

Lucyver mencondongkan tubuhnya, dengan kedua pedang di kedua sisinya. Terlihat sangat fokus. Kedua matanya yang merah terlihat bersinar.

Seketika, Lucyver berlari melesat menuju ribuan pasukan berkuda di depannya. Ia siap menyambut mereka semua dengan tebasan ke 2 pedangnya. Pertempuran ke 2 pun dimulai. Meskipun lawannya kali ini unggul dalam berkuda, namun tidak menyurutkan kemampuan bertarungnya yang luar biasa.

Lucyver bahkan tidak segan membelah-belah pasukan bayangan tersebut. Gaya bertarungnya mulai terlihat sadis. Tanpa pengampunan.

Sementara itu, Vrannver masih berdiri di tempatnya sambil menikmati drama peperangan putranya dengan tatapan yang lurus di bawah sana.

Vrannver : ("Putraku. Sebagai ayahmu, aku selalu berjanji akan menjadikanmu raja yang terbaik... Bahkan lebih baik dari ayahmu, juga dari saudara tirimu. Selama puluhan tahun aku melatihmu adalah untuk mempersiapkanmu menghadapi sesuatu yang lebih besar dari sekedar peperangan! Dan disini, aku kembali untuk mengujimu lagi. Sebelum akhirnya, aku akan pergi untuk selamanya. Aku ingin memastikan, bahwa kau harus menjadi raja yang terkuat! Dan layak setelah Dewa Lucifer menobatkanmu. Kau harus menunjukkannya, putraku! Jika kau adalah yang terbaik dari saudara tirimu!")

Ungkap dalam benak Vrannver dengan membawa harapan besar yang ingin ia wujudkan di sisa kehidupannya.

Pertempuran ke 2 akan segera berakhir. Yang di tutup dengan aksi pembantaian yang kejam dari seorang Lucyver. Menusuk dengan keras ke arah pasukan terakhir dengan kedua pedangnya lalu menghilang. Wajah dingin itu tergambar dengan jelas bersamaan dengan senyum sinis khas seorang Devil.

Vrannver : "Pertunjukkan yang bagus! Tapi apakah kau siap dengan gelombang ke 3?"

Vrannver mulai mengangkat pedang panjangnya ke langit. Lalu mengayunkannya ke depan.

Tiba-tiba, muncullah ribuan pasukan bayangan gelombang ke 3 dalam wujud pasukan pemanah yang langsung menembakkan ribuan anak panah ke udara, menargetkan pada Lucyver.

Lucyver melihat ke arah datangnya ribuan anak panah tersebut, lalu kembali tersenyum.

Seolah waktu berjalan dengan sangat lambat saat ribuan anak panah itu hampir mendekati Lucyver yang masih berdiri dengan tenang.

Secara tiba-tiba, muncul sepasang sayap berbulu hitam dari belakang Lucyver. Dan mulai menyatukan kedua sayap tersebut, membentuk kubah yang melindungi Lucyver.

Ribuan anak panah itu pun jatuh melesat ke arah Lucyver yang berlindung. Dan sebagiannya menancap ke atas tanah. Jika itu terjadi di dunia nyata, ribuan nyawa dapat melayang dengan mudahnya.

Seketika, suasana pun kembali hening. Tidak ada anak panah yang tersisa di udara. Terlihatlah sepasang sayap hitam Lucyver yang berhasil melindunginya. Namun ternyata, itu bukanlah sayap dengan bulu yang halus. Melainkan yang terbuat dari batu meteor Mythril yang terkenal sangat kuat. Dan di setiap ujung terakhir sayapnya terbuat dari besi hitam yang ditajamkan. Dapat digunakan sebagai senjata tambahan yang mematikan sekaligus pelindung yang kuat.

Kedua sayap itu terlihat tidak tergores sedikit pun. Terlihat berkilau. Seketika, Lucyver membuka kedua sayap tersebut sambil berdiri, mengibaskannya dan membentangkannya dengan lebar. Hingga menimbulkan gelombang angin yang besar ke seluruh permukaan tanah. Menghempaskan semua anak panah di sekelilingnya yang tertancap hingga terpotong-potong. Senyum kepuasan tergambar jelas di wajahnya.

Vrannver : "Bagus sekali, putraku! Sejauh ini kau belum mengecewakanku. Atau mungkin setelah ini?"

Puji Vrannver untuk Lucyver dan kemampuan bertempurnya. Kembali, Vrannver mengangkat pedangnya lalu mengayunkannya ke depan. Dan muncullah dari kejauhan, sesuatu yang ditembakkan secara bersamaan. Sesuatu yang lebih besar dari ribuan anak panah yang dilesatkan. Ternyata itu adalah batu-batu besar yang dilesatkan dari mesin ketapel.

Lucyver memposisikan kembali tubuhnya untuk bersiap menghadapi gelombang serangan yang baru ini. Lucyver pun kembali berlari melesat ke arah batu-batu tersebut. Dengan kekuatannya, ia mengubah kedua pedangnya menjadi terlihat lebih panjang dalam wujud api berwarna hitam.

Dengan mudahnya, ia mampu menghancurkan batu yang datang, juga bisa menghindarinya dengan lihai berkat bantuan dari sayap Mythril hitamnya. Lucyver terbang melesat ke udara sambil terus menebas batu-batu yang semakin datang secara bergantian. Lagi-lagi, ia memperlihatkan kemampuan terbaiknya.

Tiba-tiba, serangan baru muncul. Kali ini, batu yang di lemparkan diselimuti oleh api dan sebagiannya diselimuti oleh es. Terbang dan jatuh dari langit. Siap menghantam Lucyver yang tengah terbang.

King Lucyver : "Heh! Sangat menarik, ayah! Kau mengeluarkan strategi terbaikmu! Tapi, aku tidak akan kalah dengan strategimu ini!!"

Ucap Lucyver saat melihat kedatangan batu api dan es itu dengan senyum yang sama.

King Lucyver : "Zodiark! Aku memanggilmu!!"

Lucyver memanggil sesuatu, saat batu api besar datang di hadapannya. Namun secara mengejutkan, batu api tersebut hancur berkeping-keping. Dibalik semua pecahan-pecahan itu, terlihatlah sosok makhluk berwarna hitam yang sangat besar. Memiliki sepasang sayap yang besar. Matanya berwarna merah. Mengaum dengan suara yang keras dan nyaring.

Itulah Zodiark. Naga hitam kepercayaan Lucyver, yang seluruh tubuhnya dilapisi besi jirah serba hitam yang melindunginya dari kepala, kaki, sayap hingga ekornya. Dibagian sayapnya dilengkapi dengan senjata besar yang mematikan. Dan mampu menghancurkan batu api dan es hingga berkeping-keping.

King Lucyver : "Senang bertemu denganmu lagi, Zodiark! Mari, kita selesaikan ini!!"

Zodiark mengaum dengan keras sebagai tanda responnya.

Vrannver : "Hemph! Akhirnya kau memanggil Zodiark kesayanganmu!"

Vrannver kembali memuji kemampuan putranya. Menyaksikan seni pertarungan yang indah di udara.

Lucyver terlihat semakin menikmati pertarungan tersebut meskipun hanya sebuah simulasi. Berkat chesmistry bersama dengan naga hitam kepercayaannya, mereka mampu menghadapi gempuran serangan batu api dan es yang terus berdatangan.

Serangan dari mesin ketapel itu pun berhenti. Vrannver tiba-tiba mempersiapkan posisinya dan pedang panjangnya. Seketika melesat ke udara, mengarah langsung pada Lucyver yang masih menunggangi naga hitamnya. Lucyver menyadari kedatangan ayahnya yang cepat.

King Lucyver : "Heh! Ayah. Jadi inikah rencanamu?"

Vrannver menyerang Lucyver dengan satu tebasan cepat. Lucyver menghadang serangan tersebut. Namun, pertahanannya pecah. Lucyver terpental jauh dari punggung Zodiark. Lucyver sangat terkejut dengan besarnya kekuatan ayahnya.

King Lucyver : ("Kuat sekali!")

Lucyver terjatuh dari ketinggian. Vrannver melesat ke bawah untuk menyusul Lucyver. Lucyver mencoba memanggil Zodiark dengan kekuatan magis lewat tangannya. Atas perintahnya, Zodiark tiba-tiba berada di belakang Vrannver dan akan menyerang dengan senjata mematikannya yang akan ditusukkan langsung pada Vrannver.

Namun, Vrannver seolah bisa membaca situasinya dengan jelas. Dan mampu menghindari tusukan tersebut dengan pedang panjangnya. Senjata Zodiark bergesekan dengan pedang panjang milik Vrannver. Hingga menimbulkan percikan bunga api.

Vrannver mengeluarkan sesuatu dari balik punggungnya yang tertutup mantel kerajaan. Ternyata itu adalah sebilah belati panjang putih yang berkilau dan bersinar. Lucyver terkejut dan tahu dengan pasti belati tersebut.

King Lucyver : "Tidak..! Zodiark!!!"

Lucyver mencoba memerintahkan Zodiark untuk menghidari tikaman dari belati tersebut. Namun naga hitam tersebut tidak bisa menghindarinya. Tusukan itu lebih cepat mengenai leher naga tersebut.

Zodiark mengaum dengan keras. Namun dari tusukan itu, tidak mengeluarkan darah setetes pun. Zodiark tiba-tiba diselimuti aura hitam dan memudar dengan cepat.

Lucyver sangat terkejut dengan kecepatan serangan ayahnya. Namun disisi lain, ia merasa lega, sebab tikaman dari belati panjang putih berkilau itu tidak benar-benar membunuh Zodiark.

Lucyver hampir mendekati permukaan tanah. Ia mampu mendaratkan tubuhnya dengan baik berkat bantuan sayap Mythril hitamnya. Meskipun harus terseret beberapa meter ke belakang.

Disusul oleh Vrannver yang juga akan mendarat. Namun, pendaratannya yang keras menimbulkan kerusakan di atas permukaan tanahnya. Menciptakan retakan besar dengan luas bentangan yang sangat besar.

Vrannver mendarat dengan pedang panjangnya yang tertancap ke tanah dan posisi tubuh yang sedang berlutut. Dengan wajah yang tertunduk.

Kemudian, Vrannver berdiri dengan perlahan. Sambil mengangkat wajahnya. Memandangi putranya dengan tatapan yang lurus dan tajam. Mencabut pedang yang tertancap ke tanah dengan mudahnya.

Lucyver pun ikut berdiri dan memperhatikan belati panjang yang masih berada di tangan ayahnya.

King Lucyver : "Aah, jadi itukah belati yang dibuat dari 9 batu suci dari negeri Yuvaleccia. Yang disebut juga belati cahaya. Yang mampu menetralkan aura kegelapan, seperti yang baru saja ayah lakukan pada Zodiark-ku."

Vrannver : "Kau benar. Dan apakah kau tahu siapa yang menciptakan belati putih ini?"

Tanya Vrannver sambil menunjukkan dengan jelas belati panjang putih di ditangannya, yang terlihat sangat berkilau.

King Lucyver : "Siapa yang ayah maksud?"

Vrannver : "Pembuatnya adalah ibumu."

King Lucyver : "Apa..?!"

Betapa terkejutnya Lucyver saat mendengar hal tersebut. Saat nama wanita yang paling berharga dalam hidupnya disebutkan di antara mereka. Menggema di dalam pendengarannya.

Vrannver : "Benda ini merupakan benda terakhir yang ibumu tinggalkan, yang belum sempat ia berikan padamu setelah kau dinobatkan menjadi raja berikutnya."

Ucap Vrannver dengan sorot mata yang dalam saat memandangi besi perak berkilau di tangannya. Seolah, ia sedang terkenang sosok mendiang istri tercintanya.

Vrannver : "Ini adalah benda yang khusus ibumu ciptakan dengan tujuan untuk melindungi keluarganya dengan energi cinta dan kasih sayangnya yang sangat besar. Dengan kekuatan cinta sebesar itu, mampu menetralkan energi kegelapan dalam wujud apa pun. Dan tidak membunuhnya. Itulah kekuatan cinta ibumu."

King Lucyver : "Ke-Kenapa... Ayah mengatakan semua itu padaku..?"

Tanya Lucyver yang terlihat sangat terkejut. Suaranya terdengar sedikit bergetar.

Vrannver : "Ayah tidak bermaksud melukai perasaanmu. Ayah tahu, seberapa besar kau menyayangi ibumu. Ayah akan mewarisi belati peninggalan ibumu ini, setelah ayah bisa memastikan satu hal darimu."

King Lucyver : "Apa yang ayah inginkan..?"

Tanya Lucyver dengan nada yang lemah, namun ekspresi wajahnya emosional.

Vrannver : "Yang ayah inginkan adalah membuatmu semakin siap dengan satu kemungkinan terbesar yang akan terjadi di masa depan! Jika hari ini adalah hari terakhir ayah bernafas! Maka biarkan ayah yang melakukannya demi keluarga kita!"

Tanpa membuang waktu, Vrannver melesat dengan cepat. Melakukan serangan langsung ke arah Lucyver. Lucyver terkejut dengan kecepatan itu dan hanya bisa terdiam.

Apakah ini akan menjadi akhirnya?

「 In Rashvarrina Village 」

Sebuah jarum jahit yang kecil baru saja menusuk jari Yuna hingga mengeluarkan darah. Membuat Yuna terkejut dengan rasa menusuk yang kecil namun sangat menyakitkan.

Yuna : "Aagh..! Sakitnya..."

Yuna memasukan jari yang berdarah ke dalam mulutnya. Sedikit menghisap darahnya. Berharap agar rasa sakitnya berkurang.

Yuna pun beranjak untuk mengambil kotak obat pribadinya dan mencari selembar plester luka untuk membalut lukanya. Dan membalut jarinya dengan rapat. Ternyata tidak hanya satu jari saja yang terluka. Tiga jari lainnya juga sudah terluka.

Yuna : "Ini sudah yang ke 3 kalinya jariku tertusuk jarum. Kenapa aku jadi ceroboh sekali? Haah..."

Gumam Yuna yang terlihat manis saat mengakui kecerobohannya.

Yuna : "Sebaiknya, aku beristirahat saja dulu."

Yuna beranjak dari kamarnya, berjalan menuju dapur untuk mencari sesuatu yang bisa dimakan. Tiba-tiba, terdengar suara ketukan yang nyaring. Berhasil mencuri perhatian Yuna.

Yuna : "Siapa ya?"

Tanya Yuna yang mulai penasaran. Langkahnya pun sekarang berbelok menuju pintu utama. Suara ketukan ke 2 terdengar lagi. Sangat berharap agar seseorang dibalik pintu itu dapat segera dibukakan pintunya.

Yuna : "Tunggu sebentar..!"

Yuna mempercepat langkahnya dan segera membuka pintu tersebut. Merasa sangat penasaran dengan seseorang di balik pintu.

Yuna : "Siapa?"

Terlihatlah seseorang yang berdiri di depan pintu itu. Seorang pria muda yang mengenakan pakaian formal yang sangat rapi. Pria muda ini tersenyum pada Yuna. Tatanan rambut pendeknya terlihat rapi.

Yuna sangat terkejut, membuat kedua matanya melebar karena ia sangat mengenali pria muda di hadapannya.

Young Man : "Hai, Yuna. Lama tidak bertemu. Apa kau sehat?"

Yuna : "Keisuke!"

Begitulah Yuna menyebutnya dengan perasaan bahagianya bercampur dengan haru. Ia bisa kembali melihat teman masa kecilnya yang saat ini telah direkrut menjadi satuan unit keamanan di Kerajaan Rozalian Forstrand.

Secara spontan, Yuna langsung memeluk Keisuke tanpa ragu. Tentu saja membuat Keisuke terkejut hingga wajahnya mulai memerah.

Yuna : "Senang sekali bisa melihatmu lagi."

Keisuke : "Aah, i-iya... Aku juga... Senang melihatmu lagi... Hehehe..."

Yuna melepaskan pelukannya dan memperhatikan penampilan Keisuke yang terlihat berbeda.

Yuna : "Lihatlah dirimu sekarang, Keisuke? Kau terlihat berbeda sekarang. Kau terlihat sangat gagah dengan seragam ini. Kau bahkan sekarang terlihat lebih tinggi. Aku senang sekali melihatnya."

Puji Yuna karena penampilan Keisuke yang terlihat berbeda jika dibandingkan dulu. Keisuke terlihat malu. Namun ia sangat senang dapat bertemu dengan teman lamanya.

Keisuke : "Aah, benarkah? Kau berlebihan. Mungkin karena aku sering berlatih..."

Ucap Keisuke dengan tersipu malu, sembari mengusap belakang kepalanya.

Tiba-tiba, Sasouke yang kebetulan datang melihat pemandangan tersebut. Ia sempat merasa sedikit cemburu saat Yuna memeluk pria yang tidak Sasouke kenali.

Sasouke : "Siapa pria yang bersama Yuna?"

Sasouke memperhatikan wajah pria muda tersebut. Ia juga merasa mengenalinya. Dan akhirnya, Sasouke pun menyadarinya dengan cepat. Ia juga mengenal Keisuke. Dan langsung menghampirinya.

Sasouke : "Keisuke? Kau benar-benar Keisuke?"

Tanya Sasouke yang penasaran. Yuna Dan Keisuke pun secara bersamaan menoleh ke arah Sasouke. Keisuke pun terkejut, namun ia juga senang setelah melihat Sasouke.

Keisuke : "Hai, Sasouke. Lama tidak berjumpa ya?"

Sasouke : "Ya. Sudah lama sekali."

Respon Sasouke dengan senyum yang lembut.

Yuna : "Kalian berdua, masuklah ke dalam. Kita bicara lebih banyak di dalam. Akan kubuatkan teh."

Bujuk Yuna pada Sasouke dan Keisuke. Secara kompak, mereka pun mengiyakan permintaan Yuna.

Setelah di dalam, mereka duduk di ruang tengah. Ditemani secangkir teh dan sepiring cemilan manis yang garing. Keisuke memberikan sebuah bungkusan yang terbalut dari kertas bermotif yang cukup besar dan terlihat berat pada Yuna.

Keisuke : "Ini untukmu Yuna."

Yuna : "Apa ini? Kelihatannya berat.."

Yuna penasaran dengan benda dibalik kertas bermotif itu.

Keisuke : "Buka saja. Aku yakin kau akan menyukainya."

Bujuk Keisuke dengan ekspresi senangnya sembari menahan kepalanya dengan bantalan tangannya. Yuna pun membuka kertas bermotif yang membungkus benda misterius di dalamnya dengan perlahan dan hati-hati. Sasouke juga ikut merasakan rasa penasaran itu.

Dan terbukalah lapisan pembungkus yang terakhir. Yuna sangat terkejut dengan benda yang sejak tadi terbungkus. Ternyata itu adalah sebuah buku berukuran sedang dan terlihat tebal. Yang berjudul, Mitologi Dan Legenda Kuno.

Sasouke : "Oh? Ternyata buku yang cukup besar."

Sasouke juga ikut terkejut. Yuna spontan menunjukkan wajah bahagianya saat melihat buku tersebut bahkan memeluknya ke dalam dadanya.

Yuna : "Terima kasih banyak, Keisuke! Aku sangat menyukainya. Judulnya terdengar sangat menarik."

Keisuke : "Hehe... Sama-sama. Aku selalu yakin kalau kau akan sangat menyukainya."

Yuna : "Tapi, kelihatannya buku ini sangat mahal. Apa tidak apa-apa?"

Tanya Yuna yang mulai merasa ragu dan cemas. Keisuke pun meresponnya dengan senyum malu, terutama setelah melihat wajah cemas Yuna yang manis.

Keisuke : "Eeh, ja-jangan dipikirkan. Tentu saja, aku mengumpulkan uang dari pekerjaanku sekarang. Bahkan buku seperti itu bukan apa-apa. Dan lagi pula, sejak aku pergi, kita sudah sangat lama tidak bertemu. Tidak ada salahnya memberi hadiah untukmu, bukan?"

Ungkap Keisuke dengan sepenuh hatinya. Membuat perasaan Yuna menjadi lebih baik. Dan senyuman pun terlukis kembali di wajah cantik Yuna.

Yuna : "Kalau begitu, terima kasih. Aku pasti akan menjaga buku darimu ini dengan baik."

Keisuke : "Aah, senang sekali mendengarnya."

Sasouke : "Hei, Keisuke. Apa kau tidak lupa untuk memberi hadiah pada teman-teman yang lain? Kau tidak ingat dengan kami ya? Denganku? Dengan paman Akimiya juga? Dan kau justru lebih ingat dengan Yuna saja. Kau tahu? Aku cemburu."

Sasouke mencibir Keisuke sambil menggodanya dengan ekspresi wajah senyum sinisnya. Tentu saja berhasil membuat Keisuke menjadi panik.

Keisuke : "Eh? I-Itu... Sungguh! Aku tidak bermaksud seperti itu... A-Aku lupa saja... Ehehehe... Di lain waktu, aku pasti akan membawakan sesuatu untuk kalian semua..!"

Sasouke : "Ahaha! Tenanglah, Keisuke. Aku hanya bercanda, sengaja menggodamu. Jangan dibawa perasaan ya! Kau memang tidak berubah ya."

Ucap Sasouke yang merasa senang bisa menggoda temannya. Yuna pun ikut terhibur, sambil menahan tawanya. Wajah Keisuke pun memerah karena malu.

Keisuke : "O-Ooh! Begitu ya... Ehehehe! Kupikir kau sungguh-sungguh."

Sasouke : "Tidak, aku hanya bercanda. Kau tidak harus membawakan kami semua hadiah. Dengan melihatmu kembali ke desa saja, itu sudah menjadi hadiah terbaik untuk kami semua. Aku yakin teman-teman lainnya berpikir hal yang sama."

Jelas Sasouke dengan wajah tersenyumnya. Ucapannya sungguh bermakna bagi Keisuke. Berhasil membuat Keisuke ikut tersenyum bahagia sekaligus terharu.

Keisuke : "Aah, syukurlah. Aku senang sekali bisa pulang ke kampung halamanku. Ngomong-ngomong, dimana ayahmu, Yuna?"

Tanya Keisuke pada Yuna, lalu memakan kue manis dalam satu suapan saja.

Yuna : "Ayahku sedang pergi ke Desa Kaastarrina, bertemu dengan temannya. Katanya akan pulang besok pagi.

Keisuke : "Aah, begitu ya? Tapi itu artinya, kau sendirian saja menjaga rumah?"

Tanya Keisuke yang cemas sambil mengunyah kue manis garingnya.

Yuna : "Jangan khawatir. Aku sudah terbiasa."

Keisuke : "Tenang saja, Yuna. Saat unitku sudah tiba, aku bisa menjamin keamanan untukmu."

Ungkap Keisuke dengan penuh percaya diri.

Sasouke : "Jangan seperti itu, Keisuke. Kau bisa membuat orang lain cemburu karena kau lebih memprioritaskan Yuna. Aku juga bisa cemburu karenamu. Nanti orang lain bisa menyangka bahwa kau menyukai Yuna. Apa tidak apa-apa?"

Sasouke mencibir Keisuke lagi dengan sikapnya yang tiba-tiba usil, sambil merangkul pundak Keisuke dan sambil menikmati kue manis garing di mulutnya. Sontak saja, berhasil membuat Keisuke panik. Hingga wajahnya memerah. Apalagi setelah ditertawakan Yuna dengan tawa yang manis.

Keisuke : "Ti-Tidak! Tentu saja aku akan mengutamakan seluruh desa! Ka-Kalau yang itu..."

Keisuke sampai memalingkan wajahnya sembari memainkan jari-jarinya karena panik dan jantungnya mulai berdebar tidak menentu. Sasouke selalu suka menggoda Keisuke sejak dulu. Karena sifat Keisuke yang mudah terbawa perasaan. Dan Yuna tahu tentang itu, selalu berhasil membuatnya terhibur.

Yuna : "Sasouke, berhentilah menggodanya terus. Ngomong-ngomong, apa kau baru mendapatkan hari cutimu?"

Keisuke : "Bisa dibilang begitu. Tapi sebenarnya, aku sedang ikut menjalankan program kerja sama antara Kerajaan Varrzanian dan Kerajaan Rozalian Forstrand untuk meningkatkan keamanan wilayah kekuasaan."

Sasouke : "Program kerja sama? Apa itu?"

Keisuke : "Ini adalah program pertukaran kesatuan unit keamanan antar kerajaan. Pasukan yang dipilih, akan dikirim ke wilayah kekuasaan kerajaan tetangga. Seperti halnya Kerajaan Varrzanian mengirimkan pasukan khususnya ke salah satu wilayah kekuasaan Kerajaan Rozalian Forstrand, maka kerajaan tempat aku bekerja juga mengirim unitku ke wilayah kekuasaan Kerajaan Varrzanian. Dan ternyata tidak kusangka, aku dikirimkan ke Desa Rashvarrina. Tentu saja aku merasa sangat berantusias mengikuti program ini. Sekaligus, aku bisa pulang dan bertemu dengan ibu dan kalian semua."

Jelas Keisuke dengan penjelasan yang ringan. Dan sangat terharu saat di akhir ceritanya.

Yuna : "Waah, kau beruntung sekali mendapat kesempatan yang bagus."

Keisuke : "Aah, begitulah."

Sasouke : "Jadi sekarang, di desa kita akan kedatangan unit dari kerajaan itu?"

Keisuke : "Itu benar. Berjumlah 20 orang. Tapi sebenarnya, mereka akan tiba sekitar sore nanti. Karena itulah aku baru saja bertemu dengan Kepala Desa untuk meminta ijin tempat tinggal sementara. Agar unitku bisa bekerja semaksimal mungkin. Beruntunglah, Kepala Desa mengijinkannya."

Jelas Keisuke, sembari mengambil cangkir tehnya lalu menyeruputnya dengan tenang.

Sasouke : "Apa ada yang bisa kami bantu?"

Keisuke : "Aah! Tentu saja, Sasouke. Itulah yang sejak tadi ingin kubicarakan denganmu jika nanti aku datang menemuimu. Tentu saja akan sangat membantu sekali jika ada peran dari seluruh warga Desa Rashvarrina. Terutama untuk para pria. Kalian bisa membantu unitku dengan memetakan Desa Rashvarrina. Agar kami bisa dengan mudah mengeksplor desa ini. Jika hanya dengan mengandalkanku saja, aku merasa kesulitan."

Jelas Keisuke dengan terang.

Sasouke : "Tenang saja. Aku akan mengajak yang lainnya juga. Mereka pasti akan dengan senang hati mau membantu unitmu."

Keisuke : "Waah! Aku jadi sangat terbantu. Terima kasih, Sasouke."

Melihat keakraban keduanya, Yuna merasa sangat bahagia di dalam hatinya. Ia merasa sangat beruntung memiliki teman-teman seperti mereka. 2 pria baik yang telah mengisi hati Yuna yang dulu dipenuhi awan kesedihan, sekarang tergantikan dengan matahari kebahagiaan. Bagaikan musim semi yang datang setelah musim dingin berlalu.

Yuna : ("Bagaimana mungkin aku bisa mengganggu keakraban 2 pria ini... Justru aku sangat bahagia dengan mereka...")

Tanpa terasa, karena obrolan penuh nostalgia ini, membuat waktu berjalan begitu cepat.

Yuna : "Keisuke, makan malamlah bersama denganku ya. Kau juga, Sasouke. Kalian jangan menolak ya."

Keisuke : "Waah! Tentu saja aku mau. Aku rindu dengan masakanmu juga. Jika memang itu tidak merepotkanmu."

Jawab Keisuke yang berantusias meskipun malu.

Sasouke : "Baiklah, aku mau."

Yuna : "Kalau begitu, aku akan keluar sebentar untuk membeli beberapa bahan tambahan."

Yuna berdiri dari kursinya.

Keisuke : "Sendiri? Kau mau kami menemanimu?"

Tanya Keisuke yang sedikit cemas, begitu juga dengan Sasouke.

Yuna : "Tidak apa-apa. Hanya sebentar saja. Kalian berdua tetaplah disini dan lanjutkan obrolannya."

Sasouke : "Apa kau yakin, Yuna?"

Tanya lagi dari Sasouke. Seolah dia merasakan sesuatu.

Yuna : "Tentu saja. Jangan khawatir. Aku akan segera kembali."

Yuna pun beranjak pergi, dengan meninggalkan senyuman dan ke 2 teman masa kecilnya. Tapi mau tidak mau, Keisuke dan Sasouke harus menerima keputusan Yuna dan mempercayainya.

Sasouke : "Keisuke, aku ingin tahu. Apakah sulit masuk ke dalam unit pasukan kerajaan?"

Keisuke : "Hmm, bisa kukatakan itu lumayan sulit. Sulitnya karena kau harus bisa lulus semua tes seleksi. Di Kerajaan Rozalian Forstrand contohnya, hanya mengandalkan kekuatan fisik saja, itu tidak akan cukup, jika kau tidak lulus dalam tes ilmu pengetahuan."

Sasouke : "Benarkah seperti itu?"

Keisuke : "Begitulah peraturan seleksinya. Tapi itu tergantung kau ingin masuk ke dalam unit apa. Maka aturannya akan berbeda lagi. Seperti jika kau mau masuk ke dalam unit pasukan reguler, kau tidak membutuhkan fisik yang bagus. Karena kau akan menjalani latihan keras setiap harinya. Yang tentu saja, bertujuan untuk mengubah seseorang yang lemah menjadi pemberani."

Sasouke : "Lalu, bagaimana akhirnya kau bisa masuk ke dalam unit satuan keamanan kerajaan?"

Keisuke : "Ah, sebenarnya itu adalah cita-cita lamaku. Sebenarnya, aku gagal tesnya berkali-kali. Dan akhirnya, justru aku diterima di bagian pasukan reguler selama 3 tahun. Dan menjalani latihan yang sangat keras. Lalu, setelah aku mendengar pengumuman kembali dibukanya rekrut di bagian unit tersebut, aku berusaha untuk mengikutinya. Dan beruntungnya, aku dibantu oleh temanku yang juga sudah di rekrut secara resmi di unit itu. Dan sampai dengan sekaranglah."

Keisuke bercerita dengan penuh emosional sambil mengenang masa-masa perjuangannya yang tidak sedikit.

Sasouke : "Waahh... Kau sudah berjuang dengan sangat keras ya. Tapi akhirnya, kau pantas mendapatkan hasil yang terbaik, bukan?"

Puji Sasouke. Keisuke pun langsung tersipu malu, sambil mengusap belakang kepalanya.

Keisuke : "Aah, kau berlebihan, Sasouke."

Sasouke : "Tapi bukankah aku pernah mendengar bahwa kau dulu akan mendaftar di Kerajaan Varrzanian?"

Keisuke : "Oh, itu benar. Dulu, aku ingin mendaftar di sana, karena jaraknya yang dekat dengan kampung halaman. Tapi ternyata, seleksi mereka sangat ketat. Jelas saja, aku tidak akan pernah lulus."

Ungkap Keisuke dengan senyum dalam harunya. Membuat Sasouke merasa tidak percaya.

Sasouke : "Benarkah sesulit itu?"

Keisuke : "Aah, aku juga tidak tahu kenapa. Saat tiba-tiba datang seorang wanita berambut hitam dan panjang, dengan tatapan dinginnya mengatakan bahwa jika ingin bergabung dengan Kerajaan Varrzanian, kalian harus memiliki kekuatan yang bukan hanya sekedar kekuatan fisik!"

Jelas Keisuke, sambil menirukan gaya bicara wanita tersebut yang pernah ia lihat. Setelah mengingatnya saja, langsung membuat semangat Keisuke langsung jatuh.

Keisuke : "Aaahh... Jelas saja, dengan tatapan sedingin itu, mana ada yang bisa lulus dengan mudahnya. Tapi kau tahu, bukan? Meskipun begitu, Kerajaan Varrzanian adaah kerajaan yang sangat disegani, bahkan kerajaan lain sangat berantusias ingin menjalin hubungan yang erat dengannya."

Sasouke : "Ya, aku juga berpikir hal yang tentang Kerajaan Varrzanian. Karena berkat rajanya, desa kita bisa menjadi semakmur sekarang. Heem... Seperti itu ya kehidupan menjadi prajurit kerajaan yang biasa?"

Respon Sasouke setelah mendengar penjelasan dari Keisuke. Wajahnya sedikit tertunduk, sambil memandangi permukaan air teh di dalam cangkirnya. Terlihat sedikit senyuman di wajah tampannya. Keisuke pun mulai menyadari sesuatu.

Keisuke : "Maaf, Sasouke. Kau ingin membicarakan ini, apakah kau terpikirkan untuk masuk ke dalam akademi pasukan kerajaan?"

Tanya Keisuke yang mulai penasaran.

Sasouke : "Aah, tidak. Aku hanya ingin tahu saja. Hanya sedikit penasaran saja."

Jawab Sasouke dengan ekspresi wajah yang santai. Meskipun Keisuke sempat berpikir ke arah tersebut, namun ia pun menerima alasan Sasouke tersebut. Akan tetapi, entah bagaimana sebenarnya isi hati Sasouke yang sebenarnya.

「 Somewhere In Rashvarrina Village 」

Sementara itu, Yuna baru saja selesai berbelanja sedikit bahan tambahan yang akan ia buat untuk makan malam bersama dengan ke 2 teman masa kecilnya.

Yuna : "Sepertinya, aku terlalu lama pergi. Kenapa belanjaanku bisa sebanyak ini ya? Hehe, sepertinya karena aku terlalu senang. Semoga saja aku tidak membuat mereka lama menunggu."

Tiba-tiba, tepat di ujung jembatan kecil, terlihatlah seorang pria yang sedang duduk di atas pagar pembatas jembatan. Yuna mengenali pria muda ini. Ia adalah Yukito. Langkah Yuna pun terhenti. Yukito pun berdiri dari tempatnya.

Yuna : "Oh, Yukito?"

Yukito : "Hai, Yuna. Kelihatannya kau baru saja membeli sesuatu. Dan hari ini, kau terlihat sangat cantik."

Sapa Yukito dengan senyum lembut menawannya, sambil memuji kecantikan Yuna. Berhasil membuat Yuna menjadi malu dibalik senyumannya.

Yuna : "Kau berlebihan, Yukito."

Yukito : "Jangan menolaknya, karena aku mengatakan yang sebenarnya. Apa kau ingin tahu apa yang sedang kulakukan disini?"

Tanya Yukito dengan memasang pesonanya.

Yuna : "Memangnya, apa yang sedang kau lakukan disini?"

Yukito : "Aku disini, untuk menunggumu..."

Jawab Yukito dengan nada yang lembut, berhasil membuat Yuna bingung.

Namun tiba-tiba saja, ada sebuah kain putih di atas tangan seseorang yang dengan cepat menutup mulut dan hidung Yuna dari belakang. Yuna sangat terkejut. Namun tangan tersebut terus membungkam mulut Yuna tanpa memberi celahnya mengeluarkan suara. Yuna semakin panik. Ia berharap Yukito mau menolongnya. Namun pria berkacamata ini hanya terdiam dengan wajah yang tersenyum.

Semakin lama, kesadaran Yuna menurun. Dan terasa berat. Hingga akhirnya, Yuna tidak sadarkan diri. Semuanya menjadi gelap. Tanpa terdengar sedikit pun suara yang ada. Seluruh tubuhnya terasa berat, namun kepalanya terasa ringan. Apa yang terjadi pada Yuna?

「 The Imperial Sword Hall 」

Lucyver terlihat sangat terkejut karena suatu perasaan kuat yang tiba-tiba saja ia rasakan di dala jantung abadinya. Seperti sebuah tusukan kecil yang menyakitkan. Membuat daya fokusnya berkurang. Yang justru telah membuka sedikit celah masuknya serangan dari Vrannver. Namun beruntung, Lucyver masih bisa mengelak serangan cepat itu. Dan hanya menggores sedikit kulit wajahnya.

Sang ayah tidak memberinya sedikit jeda. Ia melakukan serangan cepat selanjutnya. Lucyver menahan datangnya pedang panjang Vrannver dengan kedua pedangnya. Membuatnya terhempas jauh ke belakang.

Sungguh di luar dugaan, keduanya terlihat tidak kelelahan sedikit pun. Itulah salah satu kelebihan dari keturunan Vortexian dalam hal stamina yang jauh lebih unggul dari makhluk mana pun.

Vrannver memperhatikan eskpresi putranya yang sempat tidak fokus.

Vrannver : "Kenapa kau tidak fokus dengan dirimu sendiri? Ayah bisa melihatnya. Kau sempat kehilangan dirimu sendiri. Jangan tunjukkan sedikit pun kelemahan dirimu dalam keadaan apa pun! Jangan pernah lupakan itu!"

Ucap Vrannver dengan suara yang tegas, sambil mengangkat ujung pedangnya ke arah Lucyver berdiri.

King Lucyver : "Tentu, ayah. Aku tidak pernah melupakannya."

Balas ucapan Lucyver dengan menunjukkan wajah penuh keyakinannya agar Sang Mantan Raja di hadapannya percaya.

Lucyver memegang dada kirinya. Ia mulai dihantui kebingungan karena suatu perasaan kuat dan janggal yang mendatanginya di tengah pertempurannya. Namun beruntung, Lucyver masih bisa segera mengatasinya. Jika sedikit terlambat saja, maka pedang panjang kebanggaan Vrannver akan menembus tubuhnya dengan cepat.

Lucyver mencoba memahami apa yang baru saja terjadi.

King Lucyver : ("Perasaan apa yang baru saja datang tadi..? Rasanya sangat menyakitkan. Aku seperti bisa merasakan penderitaan seseorang... Apakah karena sebagian kecil jantung abadiku juga karena diwarisi jantung ibu yang memiliki kepekaan atas penderitaan orang lain? Jika itu benar, kenapa aku baru merasakannya? Apa yang sebenarnya terjadi?")

Lucyver melihat ke dalam tangannya. Tiba-tiba, Vrannver sudah kembali menyerang Lucyver dengan cepat. Lucyver baru menyadarinya dan segera menangkis serangan yang tiba-tiba tersebut. Kontak mata yang penuh keseriusan dari Vrannver pun tidak bisa dihindari.

Vrannver : "Apa yang sedang mengganggu pikiranmu saat ini, putraku? Kau bisa dengan mudah terbunuh oleh musuhmu!"

King Lucyver : "Tidak ada, ayah!"

Vrannver : "Jangan berani membohongi ayahmu, Lucyver! Bagaimana mungkin kau akan melindungi Jodoh Terikatmu yang berharga dengan sikap seperti itu?!"

Ucap Vrannver dengan penuh emosional. Bagaimana tidak? Seorang ayah tentu dapat membaca perasaan anaknya meskipun mereka mencoba menyembunyikannya dengan baik. Inilah bentuk kasih sayang seorang Vrannver dibalik wajahnya yang dingin dan gaya disiplinnya yang sangat tinggi.

Lucyver sangat terkejut dengan ucapan tersebut. Terasa bagaikan pisau tajam yang langsung menusuk tepat di dadanya. Menyakitkan.

King Lucyver : "Kenapa ayah--?"

Vrannver melepaskan tenaga pada pedangnya, berhasil membuat Lucyver terpental jauh. Lucyver mencoba menahannya dengan menancapkan 2 pedangnya ke tanah untuk menghentikannya agar tidak mundur semakin jauh.

Lucyver menyadari kesalahannya yang telah kehilangan fokusnya. Wajahnya tertunduk. Ia merasa kecewa dengan dirinya sendiri. Namun sensasi menyakitkan di jantung abadinya masih terasa.

Vrannver memutarkan pedangnya, sembari berjalan ke arah Lucyver yang masih berlutut. Wajahnya tetap terlihat dingin.

Vrannver : "Jangan pernah lupakan semua yang pernah kuajarkan padamu! Ajaranku bukan hanya sekedar menjadikanmu raja yang terhebat, terbaik dan terkuat. Tapi, lebih dari itu. Dimana kau bisa menjadi raja yang mampu melindungi tidak hanya keturunan kita, negeri kita dan kerajaan kita yang sudah dibangun dengan konsisten oleh para kakek-kakek buyut kita! Tapi juga untuk melindungi keluarga yang berharga bagimu! Termasuk, calon Ratu Varrzanian yang akan mendampingimu di masa depan! Jodoh Terikatmu!"

Sontak saja, Lucyver sangat terkejut dengan semua ucapan ayahnya. Sekarang, bagaikan dihujam puluhan pisau yang tajam.

Vrannver : "Apakah kau pikir, dengan kemampuanmu sekarang kau bisa mengatasi SAUDARA TIRIMU?! Kau tidak akan berdaya jika sampai Jodoh Terikatmu jatuh ditangannya! Dan semua yang telah ayah dan ibumu korbankan akan menjadi sia-sia!!! Apa kau dengar?!!"

Vrannver berteriak dengan nada ketegasan yang paling jelas dan penuh emosional. Namun tentu saja ia melakukannya karena menyayangi putranya. Dengan sangat berharap agar putranya dapat kembali bangkit dan tumbuh menjadi raja yang terbaik dari yang terbaik seperti yang diharapkan Vrannver.

Lucyver pun terdiam karena kembali dikejutkan dengan pembenaran yang pahit. Bahkan ketika nama pria yang tidak ingin disebutkan namanya, justru Vrannver sebutkan dengan lantang dan menggema. Ditambah dengan nama ibu tercinta yang juga disebutkan.

Tentu saja berhasil membuat Lucyver menjadi lebih emosional dibanding sebelumnya. Menciptakan dilema di dalam dadanya. Namun ia paham, bahwa pantang baginya untuk menyerah dan gagal.

Lucyver pun berdiri dengan kedua kakinya sambil mencabut ke 2 pedangnya yang tertancap dengan sekuat tenaga. Raut wajahnya pun berubah seketika. Kedua mata merahnya semakin tajam. Menunjukkan sinarnya yang dingin.

King Lucyver : "Tentu saja, aku mendengarnya. Ayah! Dan maaf, AKU.. MENOLAK UNTUK GAGAL!"

Tegas Lucyver bersamaan dengan bangkitnya tekad di dalam jiwanya. Vrannver tersenyum sinis. Ia merasa puas dengan sikap putranya juga tekadnya.

Vrannver : "Bagus sekali, putraku! Sekarang, buktikan pada ayahmu dan ibumu! Juga kepada para leluhur keturunan Vortexian! Dan buktikan juga pada DIA! Bahwa kau... YANG LEBIH LAYAK MENJADI RAJA VARRZANIAN!!!"

Lantang suaranya menggema ke seluruh penjuru. Secara tiba-tiba, keluarlah aura hitam pekat dari tubuh Vrannver bersamaan dengan gelombang kekuatan yang sangat besar. Kedua matanya terlihat semakin merah.

Vrannver : "Buang rasa keraguanmu! Dan hadapilah!"

Gelombang kekuatan keluar dengan tiba-tiba lagi. Menghempaskan seluruh permukaan. Namun tidak membuat Lucyver bergeming sedikit pun.

Tiba-tiba, dari belakang Vrannver muncul sepasang sayap berbulu hitam dengan sebuah tanduk tajam yang panjang di ke 2 pangkal sayapnya. Wujud pedang panjangnya terlihat lebih berbeda dan berwarna kehitaman.

Vrannver : "Lakukan demi masa depanmu!"

Vrannver mengangkat ujung pedangnya dihadapan Lucyver. Lucyver paham apa yang harus ia lakukan. Dari tubuh Lucyver pun keluar aura hitam pekat. Sayap Myhtril hitamnya muncul kembali dan membentangkannya dengan bebas. Lucyver menyilangkan ke 2 pedangnya. Kedua matanya bersinar lebih merah.

King Lucyver : "Akan kulakukan! Ayah!"

Vrannver memulai serangannya lebih awal. Melesatkan tubuhnya dengan cepat. Lucyver pun melakukan hal yang sama. Hingga terjadilah sebuah benturan yang sangat keras di antara besi pedang dengan nyaringnya. Menciptakan gelombang angin yang sangat besar.

Kali ini, tingkat pertarungan telah berubah. Apakah kali ini nyawa menjadi taruhannya?

「 In Yuna's House 」

Sementara itu, Keisuke dan Sasouke masih menunggu kepulangan Yuna. Namun mereka menyadari, kepergian Yuna terlalu lama. Mereka mulai merasa bosan, namun lebih tepatnya mereka mulai mencemaskannya.

Keisuke : "Aahh... Kenapa Yuna lama sekali ya? Apakah jarak menuju toko itu jauh sekali?"

Keluh Keisuke sambil menahan wajahnya dengan kedua tangannya.

Sasouke : "Tidak. Seharusnya hanya memakan waktu 10 menit saja."

Ucap Sasouke yang mulai cemaskan sesuatu. Firasatnya mulai berjalan. Sambil terus memikirkan Yuna. Ia berharap, tidak terjadi sesuatu yang buruk dengan Yuna.

Keisuke : "Kalau seperti itu, ini sudah hampir 2 jam setelah Yuna pergi. Apa jangan-jangan terjadi sesuatu? Jika tahu seperti ini, seharusnya aku tidak setuju dengan idenya untuk pergi sendirian."

Ucap Keisuke yang juga mulai cemaskan Yuna yang belum kembali. Bahkan menyalahkan dirinya sendiri.

Sasouke : "Aku tidak tahu apakah kau akan percaya, aku merasakan sesuatu yang janggal. Kita harus mencari Yuna sekarang!"

Ajak Sasouke dengan ekspresinya yang serius. Karena ucapannya, Keisuke semakin merasa cemas dan setuju dengan gagasan Sasouke.

Mereka pun pergi meninggalkan rumah Yuna dan mulai menelusuri jejak Yuna. Sasouke menunjukkan arahnya, Keisuke mengikutinya. Namun, jalan yang biasa Yuna lalui sedang mengalami kerusakan.

Keisuke : "Aah? Ternyata sedang ada perbaikan jalan. Lalu bagaimana, Sasouke?"

Sasouke : "Masih ada satu jalan lainnya. Ayo, ikut aku."

Maka mereka pun mengambil jalan yang lain. Meskipun sedikit lebih jauh dibanding dengan jalan yang pertama.

Mereka pun sampai di toko bahan makanan, dimana Yuna mulai berbelanja disana. Seorang penjaga wanita paruh baya bertubuh tambun pun mereka temui. Dan mulai menanyakan tentang Yuna. Penjaga toko itu pun terkejut.

Shop Keeper : "Yuna ya? Ya, Yuna berbelanja disini. Dia berbelanja sangat banyak. Katanya ia ingin memasak untuk 2 temannya. Itu sekitar 1 setengah jam yang lalu. Setelah itu, dia langsung pulang. Hanya itu."

Sasouke : "Aah, begitu rupanya? Terima kasih banyak, ya, Bibi."

Jawab Sasouke dengan wajah yang tersenyum. Tentu saja agar wanita penjaga toko itu tidak ikut cemas dan curiga.

Mereka pun meninggalkan toko tersebut dan mulai menelusuri jejak Yuna setelah berbelanja. Berkat pengalaman kerjanya di unit satuan keamanan kerajaan, intuisi Keisuke pun terpanggil. Demi menemukan kebenaran.

Keisuke : "Jika bibi penjaga toko itu benar, seharusnya Yuna sedang dalam perjalanan pulang."

Sasouke : "Seharusnya begitu. Kalau begitu, kita coba telusuri di pertengahan jalan."

Keisuke : "Baik!"

Mereka pun meneruskan pencariannya. Berharap menemukan satu petunjuk penting saja. Sepanjang perjalanan, mereka terus memperhatikan sekeliling. Namun sejauh ini, mereka belum menemukan petunjuk saat mereka mulai berhenti di sebuah jembatan kecil.

Keisuke : "Tidak ada satu pun petunjuk, Sasouke."

Sasouke : "Kau benar."

Keisuke : "Lalu, bagaimana? Jika hanya jalan ini saja yang Yuna lalui, berarti hanya di jalan inilah Yuna mulai menghilang."

Sasouke : "Seharusnya begitu."

Keisuke : "Haahh, kemana Yuna sebenarnya? Aku semakin cemas."

Ucap Keisuke yang berusaha memikirkan kemungkinan terbesarnya, namun bercampur dengan rasa cemasnya. Begitu pun dengan Sasouke.

Secara spontan, Sasouke memperhatikan sesuatu di permukaan jalan tepat di bawah kakinya. Sebuah jejak di atas tanah yang terlihat mencurigakan.

Sasouke : "Keisuke, coba lihat ini."

Sasouke menunjukkan temuannya. Keduanya pun jongkok bersamaan dan mulai memperhatikan temuan jejak tersebut. Intuisi Keisuke pun mulai bangkit. Raut wajah menjadi sangat serius.

Keisuke : "Ini sebuah jejak. Kau lihat? Ada 2 jenis jejak. Sepertinya ada 2 orang disini. Disini dan disini."

Jelas Keisuke sambil menunjukkannya. Sasouke semakin memperhatikan

Keisuke : "Tapi perhatikanlah jejak yang satu ini. Polanya tidak beraturan. Walaupun hampir terlihat saa seperti jejak yang di sebelahnya. Tapi jejak yang ini, terlihat seperti seseorang yang berusaha melawan di tempat. Artinya..."

Secara tiba-tiba, Sasouke menyadari sesuatu yang membuatnya sangat terkejut

Sasouke : "Ada seseorang yang menyerang Yuna!"

Keisuke juga sama terkejutnya. Ia juga berpikir ke arah yang sama.

Keisuke : "Oh, tidak! Siapa yang tega melakukannya? Apa kau ada ide, Sasouke? Apakah ada seseorang yang membenci Yuna atau semacamnya di desa ini?"

Sasouke : "Aku tidak yakin. Seperti yang kita sama-sama tahu, Yuna tidak pernah memiliki musuh. Yuna selalu ramah pada siapa pun. Tapi, jika kau mengarah pada seseorang yang membenci Yuna, itu mungkin..."

Tiba-tiba, Sasouke terpikirkan pada satu wanita muda yang pernah mengakui bahwa ia membenci Yuna. Ia adalah Aomizaki Kishida. Apakah itu mungkin?

Karena memikirkan kemungkinan itu, berhasil membuat Sasouke semakin mencurigainya.

Sasouke : "Apakah benar-benar dia?"

Keisuke : "Siapa maksudmu? Kau tahu seseorang?"

Keisuke terpancing dengan isi deduksi Sasouke dalam kepalanya.

Sasouke : "Aku terpikirkan seseorang. Tapi aku tidak begitu yakin dia akan melakukan hal senekat ini. Tapi di malam festival Cellestina waktu itu, dia bahkan mengakuinya."

Sasouke masih bisa mengingat ekspresi Kishida saat di malam festival itu. Bagaimana ia menjelaskan ini perasaannya yang tidak menyukai Yuna meskipun hanya terlihat dari sorot matanya saja. Keisuke pun dibuatnya penasaran.

Keisuke : "Memangnya siapa dia? Katakan saja, Sasouke. Kita akan mencoba untuk menginterogasinya jika itu memungkinkan. Ini demi keselamatan Yuna."

Sasouke : "Kau benar. Kalau begitu, kita akan segera menemuinya! Walau aku tidak yakin kita akan berhasil dengan cara yang halus!"

Sasouke terlihat serius karena bujukan Keisuke. Mereka pun segera menuju tempat seseorang yang mungkin menjadi tersangka utamanya. Dan berharap bisa menemui titik terangnya.

「 Somewhere Unknown 」

Man's Voice : "Yuna... Yuna..? Kau bisa mendengarku?"

Samar-samar, Yuna bisa mendengar suara seorang pria muda. Kepalanya terasa berat, seperti berputar. Yuna bisa merasakan tangan seseorang yang membelai wajahnya dengan lembut.

Man's Voice : "Apa kau mau bangun sekarang? Aku tahu kau bisa mendengarku."

Yuna : "Siapa..?"

Meskipun masih terasa berat, Yuna mencoba membuka ke 2 matanya untuk mengetahui siapa pria muda yang selalu memanggil namanya. Yuna sedikit menyadari dengan suara tersebut. Ia mengenalinya.

Namun pandangannya masih kabur. Yang terlihat hanyalah pria muda yang tertutupi bayangan hitam.

Yuna : "Kau siapa..?"

Mysterious Young Man : "Tanpa kuperkenalkan diri pun, kau tahu siapa aku."

Pria muda tersebut perlahan menegakkan tubuhnya, mengarah pada cahaya yang masuk ke dalam ruangan gelap itu. Perlahan, wajah pria muda itu mulai terlihat dengan jelas setelah seluruh cahaya meneranginya. Ia tersenyum.

Yuna sangat terkejut dengan sosok asli pria muda di hadapannya, meskipun kepalanya masih terasa berat. Ia tidak percaya dengan apa yang ia lihat.

Siapakah pria muda ini?