「 Another Morning At The Varrzanian Palace 」
Satu hari telah terlewatkan. Dimana pengkhianatan terbesar baru saja menjadi duri dalam daging di dalam Kerajaan Varrzanian. Telah menyakiti hati para raja.
Pagi itu, di sebuah Aula Sidang Utama Istana yang begitu besar, Lucyanna didampingi oleh Sir Renzo dan beberapa penasehat istana lainnya, ditugaskan untuk memberitakan putusan akhir dan banding untuk mantan Sang Komandan Distrik.
Di tengah ruangan yang cukup kosong itu, Sang Komandan Distrik tertunduk. Dengan kedua tangan yang terbelenggu besi rantai. Wajahnya terlihat pasrah. Ia sudah tidak mengenakan atribut apa pun yang menjadi kebangaannya. Ditemani 2 orang penjaga yang bersiaga di belakangnya.
Lady Lucyanna : "Komandan Distrik! Kau telah terbukti secara meyakinkan telah memalsukan berkas kewenangan Distrik Violet, bekerja sama untuk mengambil keuntungan demi memperkaya dirimu sendiri dan telah melanggar kepercayaan Raja Vrannver 10 tahun yang lalu. Kau tahu bagaimana kecewanya ayahku setelah mengetahui perbuatanmu?"
District Commander : "Ya, Nona Yang Terhormat. Saya tahu dan saya sungguh menyesalinya. Karena saya sudah terpengaruh dengan janji manis dari Nona Laurentinna."
Lady Lucyanna : "Baik, kau terlihat sangat menyesalinya. Apakah kau tahu? Nona Laurentinna dan sepupu wanitanya juga akan mendapatkan hukuman yang sama denganmu. Karena mereka sudah mengotori kesucian keturunan Van Dravillian secara terang-terangan! Dan kau juga telah mengotori nama baik kerajaan kita. Kau paham, bukan?"
District Commander : "Ya, Nona. Saya paham..."
Jawabnya dengan penuh penyesalan. Dan masih menundukkan kepalanya.
Lady Lucyanna : "Karena perbuatanmu, tentu tidak mengherankan jika Yang Mulia Raja tetap bersikeras ingin menghukummu dengan hukuman mati! Tapi kau masih mendapat perhatian oleh para Jenderal Kerajaan lainnya, karena jasa dan dedikasimu selama ini."
District Commander : "Apakah saya masih mendapat kesempatan, Nona?"
Tanya mantan Komandan Distrik ini dengan mengangkat wajahnya dan menunjukkan ekspresi penuh pengharapannya.
Lady Lucyanna : "Aku tidak bisa menjaminkannya 100 persen! Karena kau tetap bersalah!"
Wajah Sang Komandan Distrik terlihat kecewa dan sedih. Kepala itu tertunduk lagi, semakin besarlah rasa penyesalannya. Mungkinkah tidak ada harapannya untuk terbebas dari hukuman mati seperti yang ia pikirkan?
Lady Lucyanna : "Karena kau sudah mengkhianati Kerajaan Varrzanian, itulah salah satu kesalahan yang memberatkan pidana yang akan kau terima nantinya. Bahkan karena perbuatanmu, 5 kerajaan tetangga mulai menyoroti Kerajaan Varrzanian! Mereka bahkan mulai meragukan hubungan mereka dengan kerajaan kita. Masalahnya adalah ke 5 kerajaan ini adalah salah satu yang terpenting untuk hubungan kerja sama secara global! Hubungan yang sudah sangat lama dibangun oleh Raja Varrzanian sebelumnya! Dan semuanya hancur hanya dengan satu duri pengkhianatan dalam semalam!"
District Commander : "Saya sangat menyesalinya, Nona... Kesalahan ini memang tidak bisa dimaafkan..."
Ucap mantan Komandan Distrik ini dengan penuh penyesalan. Bahkan masih terngiang-ngiang dalam ruang kepalanya, malam saat semua pimpinan unit bahkan Vallentina menjatuhkan semua kesalahan pada mantan Komandan Distrik ini. Seolah, ia baru saja di hujam puluhan pisau di punggung tegapnya yang hanya bisa membungkuk. Karena terlarut dalam rasa penyesalan terbesarnya. Tangannya yang mengepal terlihat gemetar.
Sir Renzo memperhatikan bahasa tubuh rekannya. Dibalik ekspresinya yang sangat fokus, Sir Renzo merasakan sesuatu yang mulai menarik perasaan ibanya.
Sir Renzo : "Nona, tolong ijinkan saya berbicara."
Lady Lucyanna : "Baik. Silahkan, Sir Renzo."
Sir Renzo menganggukkan kepalanya sebagai responnya setelah Lucyanna mengijinkannya. Sir Renzo pun maju ke depan.
Sir Renzo : "Komandan Distrik, Sir Tenjima. Saya tahu bagaimana Anda berjuang keras saat di pertempuran 10 tahun lebih yang lalu itu. Kita sudah bersama-sama melalui semua kesulitan terberat saat itu. Apakah Anda masih mengingatnya? Bagaimana saat itu, Anda menjadikan diri Anda tameng bagi unit yang sudah terluka parah dan tidak berdaya karena diserang secara brutal oleh pasukan kelelawar hitam yang dikendalikan."
Sang Komandan Distrik terkejut saat mendengar kembali kisah saat di tanah pertempuran yang kelam tersebut. Hingga memancing satu perasaan terharu. Tapi, wajah itu tertunduk lagi
District Commander : "Tidak. Saya hanya menjalankan perintah saja."
Sir Renzo : "Tapi mereka sangat berterima kasih pada Anda, karena telah menyelamatkan nyawa mereka. Mereka yang sangat ditunggu kepulangannya oleh seseorang yang mencintai mereka. Menanti dengan penuh kesabaran dan harapan yang besar. Karena Anda, telah memberikan kesempatan hidup yang kedua untuk mereka."
District Commander : "Namun tetap saja, pada akhirnya mereka yang mengikutiku masuk ke dalam Distrik Violet... Tidak akan pernah bisa kembali pada keluarga tercinta mereka..."
Ucap mantan Komandan Distrik dengan nada yang lirih. Ia bersikeras tetap menyalahkan dirinya sendiri.
Sir Renzo : "Mungkin mereka merasa menyesal telah mempercayai Anda. Tapi, mereka tetap mengenal kebaikan Anda yang terbaik. Sebelum Anda terjatuh ke dalam godaan yang gelap. Unit Anda mengakuinya. Mereka tetap mengagumi Anda sebagai sosok pimpinan yang terbaik. Anda sampai melakukan kesalahan fatal ini adalah karena jatuhnya kepercayaan Anda setelah terpengaruh oleh Nona Laurentinna."
Komandan Distrik terkejut. Ia merasa tidak percaya bahwa pasukan unitnya masih mempercayai kebaikan dari seorang Komandan Distrik.
District Commander : "Apa..?"
Sir Renzo : "Komandan Tenjima, saya juga mengenal bagaimana kepribadian Anda yang selalu memperhatikan sekeliling Anda dengan baik. Anda selalu mendukung prajurit mana pun dengan sentuhan motivasi Anda sebagai seorang Komandan. Anda adalah salah satu sosok Komandan yang banyak disegani. Namun... Sangat disayangkan. Anda memberi celah pada kejahatan untuk masuk ke dalam hati Anda. Dan menghapuskan kepribadian terbaik Anda dengan ketamakan..."
Ungkap Sir Renzo dengan ekspresi wajah yang sedikit memperlihatkan sisi keprihatinannya dengan sosok seorang Komandan Tenjima yang sekarang, jika dibandingkan yang dulu.
Ungkapan tesebut berhasil membuat mantan Komandan Distrik ini mengangkat wajahnya, memandangi wajah Sir Renzo yang fokus bercampur iba. Merasakan perasaan haru, sedih, sesal dan kecewa di dalam hatinya. Ia menyadari, bahwa ia telah berubah menjadi sosok yang buruk karena terpancing satu keuntungan yang justru membawanya pada awal penderitaan.
Wajah itu tertunduk lagi.
District Commander : "Anda benar, Sir Renzo... Saya sudah membiarkan diri saya berubah menjadi manusia yang keji dan hina... Sungguh tidak termaafkan! Saya sudah tidak akan pernah sanggup menunjukkan wajah ini di hadapan Tuan Besar Vrannver... Bahkan pada Anda..."
Ungkap mantan Komandan Distrik itu dengan penuh penyesalan.
Sir Renzo : "Apakah Anda ingin tahu sesuatu? Unit Anda berharap, agar Anda bisa mendapatkan keringanan hukuman."
Betapa terkejutnya mantan Komandan Distrik ini saat mendengar hal tersebut.
District Commander : "Apa..? Mereka..."
Sir Renzo : "Mereka paham, meskipun Anda telah terbukti melakukan kesalahan terfatal ini, tapi mereka tetap mendukung Anda. Karena mereka masih belum bisa melupakan semua kebaikan dan pribadi Anda yang selalu peduli."
District Commander : "Tidak. Biarkan saya tetap di hukum mati untuk mempertanggung-jawabkan kesalahan fatal ini... Karena telah mencoreng nama baik kerajaan..."
Wajahnya kembali tertunduk.
Sir Renzo : "Saya juga akan mengakuinya. Anda adalah sosok Komandan Tenjima dengan kepribadian yang selalu peduli yang akan selalu saya ingat."
Sang mantan Komandan Distrik merasa semakin terpukul hatinya saat mendengar ungkapan Sir Renzo, yang selalu menganggapnya sebagai sosok yang baik. Mantan Komandan Distrik merasakan sakit yang pedih sampai ke ulu hatinya, karena telah mengecewakan banyak orang.
Sir Renzo pun sudah tidak ingin mengutarakan apa pun lagi. Ia bisa melihat kepasrahan rekan seperjuangannya. Dan kembali mundur dari tempatnya. Lucyanna memperhatikan ekspresi wajah Sir Renzo.
Sir Renzo : "Nona, saya sudah selesai."
Lucyanna menghela nafas panjang dengan tenang.
Lady Lucyanna : "Keputusan raja adalah mutlak. Kau pasti memahaminya, bukan? Dan meskipun masih banyak yang mendukungmu karena jasa, dedikasi juga kebaikanmu, hukumanmu akan tetap berjalan. Meskipun kau sudah mengakui rasa penyesalanmu di hadapan kami."
District Commander : "Saya siap menerima semua konsekuensinya..."
Lady Lucyanna : "Aku melihat data utamamu. Kau masih memiliki keluarga. Seorang saudara laki-laki. Apakah itu benar?"
District Commander : "Itu benar, Nona... Saya masih memiliki seorang saudara. Dia sudah menikah dan memiliki seorang putri."
Seketika, wajahnya terangkat. Terlihat mulai cemas.
District Commander : "Tunggu sebentar! Apa yang akan Anda lakukan pada mereka? Saya mohon, jangan libatkan mereka... Mereka sudah hidup tenang..!"
Lady Lucyanna : "Aku tidak akan melakukan sesuatu pada keluargamu. Tapi aku sudah mengirimkan surat pemberitahuan pada mereka. Tidakkah kau ingin melihat keluargamu untuk yang terakhir kalinya? Seperti meminta maaf pada mereka?"
Ucap Lucyanna dengan wajah yang serius. Karena ucapan Lucyanna, berhasil membuat mantan Komandan Distrik ini semakin cemas.
District Commander : "Jangan lakukan itu, Nona Yang Terhormat... Saya..."
Wajahnya kembali tertunduk lemas, dengan sorot mata yang sedih.
District Commander : "Saya tidak akan sanggup menunjukkan wajah yang hina ini di depan mereka..."
Tiba-tiba, terdengar suara pintu yang terbuka dengan berat. Seorang penjaga masuk. Langsung mengalihkan pandangan Lucyanna, Sir Renzo dan penasehat lainnya.
Guardian : "Nona Yang Terhormat, mereka sudah datang."
Lady Lucyanna : "Bawa mereka masuk."
Suara langkah yang pelan terdengar. Mendekati mantan Komandan Distrik yang masih terus tertunduk, membawa sendiri perasaan kecewa, penyesalan dan sedih hanya untuk dirinya sendiri. Hingga ia dikejutkan dengan seseorang yang memanggil namanya dengan nada suara yang lirih.
Old Man's Voice : "Tenjima..?"
Mantan Komandan Distrik sangat terkejut dengan suara yang tidak asing lagi, tepat dibelakangnya. Ia pun langsung berdiri dari kursinya dan berbalik untuk menjawab ekspektasinya.
District Commander : "Kakak..?"
Betapa terkejutnya. Ternyata seseorang yang baru saja memanggil namanya adalah Akimiya, yang ditemani bersama dengan Yuna. Akimiya dan Yuna terlihat sama-sama terkejut dan sedih.
Yuna : "Paman..?"
Untuk ke sekian kalinya, mantan Komandan Distrik atau Tenjima bertemu kembali dengan keponakannya, Yuna. Tenjima tersenyum haru saat melihat Yuna yang sudah dewasa.
Tenjima : "Yuna... Kau sudah dewasa rupanya. Kau terlihat sangat cantik..."
Sekalipun itu terdengar seperti sebuah pujian, Yuna tetap merasa sedih.
Akimiya : "Tenjima..."
Akimiya tanpa ragu mendekati saudaranya, lalu memeluknya. Tenjima terkejut sekaligus terharu. Namun sayang, Tenjima tidak bisa membalas pelukan itu karena kedua tangannya terbelenggu rantai.
Lucyanna dan Sir Renzo menyaksikan drama pertemuan keluarga ini tanpa berkomentar apa pun.
Akimiya melepas pelukannya, dan memperhatikan wajah saudara mudanya.
Akimiya : "Tenjima, kau baik-baik saja? Aku menerima surat dari kerajaan. Apa yang sebenarnya terjadi?"
Tanya Akimiya dengan nada cemas.
Tenjima : "Maafkan aku, kakak... Aku telah berbuat hal yang terburuk... Kau pasti sudah membaca suratnya, bukan? Aku akan menerima semua konsekuensinya..."
Tenjima terdengar sudah pasrah.
Lady Lucyanna : "Maaf jika harus menginterupsi momen ini, jadi kalianlah keluarga dari Komandan Distrik? Perkenalkan, namaku Lucyanna Vortexian. Mewakili Yang Mulia Raja untuk menentukan banding dan vonis yang akan diterima oleh Komandan Distrik. Disini, aku bertindak sebagai Hakim Kerajaan Varrzanian. Seperti yang sudah kami beritahu sebelumnya, Komandan Distrik telah terbukti bersalah telah melakukan kejahatan yang sangat berat dan fatal! Dan Yang Mulia Raja menentukan hukuman yang akan ia terima adalah hukuman mati!"
Yuna dan Akimiya sama-sama terkejut hebat.
Yuna : "A-Apa..?"
Akimiya : "Nona Hakim, saya mohon! Jangan hukum saudara saya dengan hukuman mati..! Dia adalah satu-satunya saudara yang saya miliki..."
Ucap Akimiya dengan nada yang cemas. Tenjima terkejut dengan ucapan tersebut. Ya, Tenjima baru menyadarinya bahwa masih ada keluarganya yang juga membelanya.
Lady Lucyanna : "Sebenarnya, Komandan Distrik bukanlah pelaku utamanya. Namun pengkhianatan yang sudah ia lakukan telah memberi dampak yang besar pada Kerajaan Varrzanian! Komandan Distrik juga mendapat perhatian sebagian pihak kerajaan. Karena dedikasi, jasa dan kepeduliannya. Pengkhianatannyalah yang telah membuat hati para raja tersakiti. Tentu tidak mengherankan, jika Yang Mulia Raja begitu murka dan memutuskan langsung bahwa para pengkhianat harus di hukum mati."
Mendengar penjelasan Lucyanna, hati Yuna tergerak. Ia pun maju.
Yuna : "Nona Hakim Yang Terhormat, bagaimana dengan banding yang seperti Anda katakan? Tidakkah itu berarti, paman saya masih bisa memiliki kesempatan untuk terhindar dari hukuman mati?"
Lucyanna terkejut saat melihat keberanian Yuna untuk maju. Bahkan juga Tenjima. Namun bukan karena keberanian itu, tapi Lucyanna merasakan sesuatu saat kedua mata mereka bertemu.
Lady Lucyanna : ("Perasaan apa ini? Aku merasakan sesuatu dari wanita muda ini... Samar-samar, dia terasa seperti... Apakah itu benar?")
Lucyanna mencoba untuk berspekulasi, mencoba untuk mencocokkan tentang yang ia rasakan dari Yuna. Namun, Lucyanna juga merasa kurang yakin.
Lady Lucyanna : "Aah, ternyata kau wanita muda yang cerdas. Jadi kau memperhatikannya? Itu benar, kami memiliki banding untuk Komandan Distrik. Tapi, aku tidak yakin ini akan menghindarinya dari hukuman terberat. Mengingat pengkhianatannya yang sangat memberatkan! Apa kau mau mendengarkannya?"
Yuna : "Tentu, Nona Hakim."
Jawab Yuna dengan penuh keyakinan. Yang juga memancing Lucyanna untuk langsung meresponnya. Lucyanna semakin merasakan sesuatu tersebut meskipun kecil.
Lady Lucyanna : "Baik. Akan kujelaskan semuanya. Pertama, mengingat bahwa dedikasi dan jasa Komandan Distrik, sudah membawa Kerajaan Varrzanian di masa kepemimpinan Raja Vrannver Vortexian pada kemenangan yang gemilang di beberapa pertempuran. Jasanya memiliki nilai yang sangat baik untuk kerajaan. Kedua, Komandan Distrik cukup terkenal di kalangan unit pasukan menengah karena kepeduliannya. Bukan hanya sekedar dikagumi. Meskipun terbukti bersalah, masih banyak yang mendukungnya. Ketiga, Komandan Distrik bukanlah pelaku utamanya. Dengan menimbang semua poin tersebut, vonis yang bisa ia terima adalah penjara seumur hidup."
Tenjima terkejut saat mendengar bagian akhir dari penjelasan Lucyanna. Bahwa ternyata dukungan untuknya masih terus ada, meskipun dia sendiri sudah tergelincir ke dalam jurang kesalahan yang besar.
Yuna merenungkan semua penjelasan Lucyanna.
Yuna : "Hukumannya bisa jauh lebih ringan rupanya... Nona Hakim Yang Terhormat, jika kami lebih memilih karena pertimbangan poin positif paman saya, adakah jaminan yang bisa kami penuhi?"
Lady Lucyanna : ("Dia benar-benar cerdas... Apakah karena ingin melindungi keluarganya..?") "Jika jaminan itu yang kalian minta, maka kami bisa memberikannya. Jika kalian mampu membayarnya. Tapi apakah itu mungkin?" ("Aku tidak bermaksud meremehkannya, tapi aku tertarik untuk melihat responnya lebih jauh...")
Lucyanna terlihat tertarik dengan kecerdasan Yuna. Senyum pun terlukis dengan jelas di wajah Lucyanna yang dingin, sambil menahan dagunya dengan jari-jari yang terlipat ke dalam.
Yuna merenungkan ucapan Lucyanna lagi. Tenjima menjadi cemas jika Yuna lebih memilih jaminan itu.
Tenjima : "Yuna, kau tidak harus melakukannya! Paman akan menerima semua konsekuensinya! Paman tidak ingin membebanimu bahkan ayahmu. Jangan lakukan ini..."
Yuna : "Tidak, paman. Paman adalah satu-satunya keluarga yang kami miliki. Aku akan berusaha untuk melindungi keluarga kita. Aku sudah merasa sangat sedih setelah kehilangan ibu. Dan aku tidak ingin kehilangan lagi..."
Ucap Yuna dengan nada ringan namun dipenuhi kecemasan. Tenjima terharu juga sedih. Keponakan yang sudah sangat lama tidak ia kunjungi, sekarang sedang berjuang untuk menyelamatkannya dari hukuman mati.
Akimiya memegang pundak Tenjima dengan lembut, membuat Tenjima langsung mengalihkan pandangannya. Ia melihat senyum haru di wajah sayu saudaranya. Ia paham dengan maksud senyuman itu. Namun, Tenjima lebih mencemaskan keponakannya.
Tenjima : "Yuna, pikirkan ini kembali. Jika kau memilih jaminan, itu akan memakan waktu yang tidak sebentar!"
Yuna : "Aku tahu, paman..."
Yuna mengalihkan pandangannya pada pamannya. Sambil memperlihatkan senyum harunya.
Yuna : "Meskipun harus kulakukan seumur hidupku, aku akan tetap melakukannya. Paman masih memiliki kesempatan. Dan aku ingin bisa membantu paman dengan semua kekuatanku."
Tenjima : "Yuna..."
Tenjima terkejut, terkesima sekaligus terharu. Yuna, keponakan yang sudah sangat lama tidak ia lihat, sekarang berdiri di sampingnya untuk membantu sang paman yang jelas telah melakukan kesalahan terfatal, demi bisa mendapatkan kesempatan kedua.
Lucyanna dan Sir Renzo merasa terkesan dengan kepedulian Yuna.
Yuna kembali mengalihkan pandangannya pada Lucyanna. Mengambil nafas dan menghembuskannya dengan tenang. Lucyanna bisa melihat keyakinan Yuna yang membesar. Berhasil membuat senyuman itu terbentuk lagi di wajah dingin Lucyanna.
Lady Lucyanna : "Jadi? Bagaimana?"
Yuna : "Nona Hakim Yang Terhormat. Saya bersedia membayar jaminan untuk paman saya. Demi bisa membuat paman saya, terhindar dari hukuman mati."
Lady Lucyanna : "Apa kau tidak akan keberatan dengan hukuman penjara seumur hidup?"
Yuna : "Tidak apa, Nona Hakim."
Jawab Yuna dengan ekspresi senyum haru terlembutnya. Berhasil membuat Lucyanna, Sir Renzo dan para penasehat, bahkan sang paman sama-sama terkejut. Seolah seperti ikan yang baru saja memakan umpannya, Lucyanna semakin tertarik untuk mendengar alasan dari seorang Yuna yang ia nilai sebagai wanita muda yang cerdas.
Lady Lucyanna : "Katakan alasanmu. Aku tertarik untuk mendengarnya."
Yuna : "Meskipun paman saya dipenjara, saya bersedia untuk selalu mengunjunginya setiap waktu. Dan bahkan jika diijinkan, saya juga ingin membawakannya makanan yang dia sukai meskipun hanya satu kali..."
Ungkap Yuna dengan senyum.
Yuna : "Meskipun di penjara, saya masih bisa bertukar banyak cerita dengan paman saya. Karena kami sangat jarang saling bertemu. Ada banyak hal yang ingin saya ceritakan padanya. Saya merasa ini pilihan yang lebih baik, jika dibandingkan dengan hukuman mati."
Sambung Yuna dengan senyum harunya. Lucyanna tersenyum, seolah dia sangat menikmati semua ucapan Yuna yang seperti memiliki daya magisnya tersendiri. Yuna merespon balik dengan senyuman tulus sembari sedikit menundukkan wajahnya.
Lady Lucyanna : "Hmmm, menarik. Kau terlihat sangat mempedulikan pamanmu. Aku menghargainya. Kau sungguh berjiwa besar." ("Aku merasa yakin dengan satu hal darinya... Tentang hari ini...")
Sir Renzo : "Nona, apakah Anda yakin akan memberikannya kesempatan? Bagaimana jika Yang Mulia Raja tahu?"
Tanya Sir Renzo sambil berbisik.
Lady Lucyanna : "Jangan khawatir. Aku tahu apa yang harus aku lakukan."
Sir Renzo mungkin sempat merasa cemas, tapi ia tidak mungkin meragukan kebijaksanaan Lucyanna demi keadilan. Lucyanna pun berdiri dari kursinya.
Lady Lucyanna : "Baiklah! Aku sebagai Hakim Kerajaan Varrzanian. Akan memberikan kesempatan untuk kalian memenuhi jaminan Komandan Distrik Tenjima, jika kalian menginginkannya terbebas dari hukuman mati."
Yuna merasa senang saat mendengar keputusan Lucyanna. Tenjima menjadi terkejut, meskipun ia telah melakukan kesalahan terfatal namun ternyata masih bisa mendapatkan kesempatan kedua.
Yuna : "Terima kasih, Nona Hakim Yang Terhormat."
Balas Yuna dengan memberikan salam penghormatannya. Yuna langsung berbalik, untuk menunjukkan ekspresi bahagianya pada pamannya sembari memegang kedua tangan pamannya yang terbelenggu rantai.
Yuna : "Paman Tenjima, syukurlah. Paman mendengarnya, bukan?"
Tenjima begitu terharu. Ia baru pertama kali merasakan kebaikan hati keponakannya.
Tenjima : "Ya, Yuna. Paman mendengarnya. Terima kasih..."
Tangan Tenjima yang terikat itu terangkat. Ia ingin menyentuh wajah keponakan cantiknya. Namun, Yuna lebih memilih untuk memberikan pamannya sebuah pelukan hangat.
Yuna : "Aku ingin paman tetap hidup."
Tenjima semakin terharu karena ucapan sederhana Yuna. Walaupun tangannya terikat, dan tidak bisa membalas pelukan hangat keponakannya, Tenjima tetap meresponnya. Ia menyandarkan pipinya di atas kepala Yuna.
Entah apa yang merasuki Lucyanna hari itu, ia merasakan sensasi magis yang tidak bisa ia jelaskan. Membuatnya selalu tersenyum saat melihat momen hari ini. Baginya, agak disayangkan jika harus di interupsi. Lucyanna berdeham.
Lady Lucyanna : "Maaf jika harus menginterupsi kalian lagi. 2 hari berikutnya, penjamin harus mendatangi pihak kerajaan lagi. Untuk menanda-tangani surat perjanjian. Apa kau paham?"
Yuna langsung melepaskan pelukannya dan membalikkan badannya. Kembali menunjukkan senyuman.
Yuna : "Baik, Nona Hakim. Saya paham."
Tenjima : "Yuna, terima kasih..."
Yuna langsung mengalihkan pandangannya lagi. Ia bisa melihat ekspresi penuh haru pamannya. Yuna merespon kembali dengan menganggukkan kepalanya.
Lady Lucyanna : "Sayangnya, Komandan Distrik harus segera dibawa kembali ke penjara. Maaf, aku harus memisahkan kalian kembali."
2 penjaga sudah bersiap di samping kiri dan kanan Tenjima. Akimiya, Yuna dan Tenjima saling melemparkan pandangan. Sekarang, sudah tidak ada lagi kesedihan meskipun sedikit. Yuna masih menggenggam tangan sang paman yang terikat itu.
Yuna : "Paman, aku pasti akan mengunjungimu. Banyak hal yang ingin kubagi denganmu..."
Tenjima : "Paman akan selalu menunggumu."
Akimiya : "Tenjima, aku akan selalu mempercayaimu."
Tenjima : "Terima kasih, kakak. Kalian berdua, jaga kesehatan kalian. Aku juga masih ingin bertemu kalian lagi."
Baik Yuna dan Akimiya, mereka memberikan senyum bahagia terindah mereka untuk menjawabnya. Tenjima merasa sangat bersyukur dengan keluarga kecilnya. Tenjima pun berbalik dan diikuti oleh 2 penjaga. Berjalan menjauhi keluarga kecilnya. Dengan membawa senyum harunya.
Yuna : "Paman, sampai bertemu lagi. Aku menyayangimu!"
Tenjima terkejut, langkahnya berhenti setelah mendengar ungkapan cinta pertama kalinya dari keponakannya. Namun, Tenjima tidak ingin menoleh ke belakang. Atau hanya akan membuatnya semakin sedih. Namun sayang, air mata itu keluar begitu saja.
Tenjima : "Ya... Paman juga..."
Jawab Tenjima dengan nada yang lirih, lalu melanjutkan kembali langkahnya dengan membawa air mata dan senyum bahagianya, meninggalkan ruang besar tersebut dan keluarga kecilnya.
Untuk pertama kalinya, Sir Renzo tersenyum tipis saat melihat momen indah tersebut. Ia memang tahu, bahwa rekan seperjuangannya tersebut masihlah tetap seorang pria baik yang selalu ia kenal.
Lucyanna menghela nafas panjang dengan tenang.
Lady Lucyanna : ("Drama yang mengesankan...")
Lucyanna pun pergi dari kursinya dan meninggalkan ruangan keadilan tersebut, diikuti oleh Sir Renzo. Berjalan bersama menyusuri lorong. Sir Renzo memperhatikan ekspresi tenang Lucyanna hari ini yang membuatnya penasaran.
Sir Renzo : "Nona Lucyanna, bolehkah saya bertanya."
Lady Lucyanna : "Apa kau penasaran dengan apa yang kupikirkan di Aula itu? Entahlah, aku juga tidak bisa menjelaskannya. Aneh, bukan?"
Lucyanna tersenyum karena masih teringat dengan momen tersebut, terutama karena Yuna.
Sir Renzo : "Suasana hati Anda terlihat berbeda hari ini. Saya perhatikan, Anda terlihat sangat tertarik dengan wanita muda itu. Sejujurnya, saya juga merasakan ketertarikan yang sama."
Lady Lucyanna : "Begitukah? Kau benar. Karena wanita muda itu. Aku merasakan sesuatu yang berbeda darinya. Keberaniannya yang meskipun sedikit, bisa menggetarkan dadaku. Aku tidak tahu kenapa. Tapi itu terasa seperti sihir. Aneh sekali, padahal dia hanyalah manusia biasa. Dia seperti memiliki daya magis yang tidak bisa dijelaskan. Tapi itu berhasil mempengaruhiku saat di Aula itu."
Jelas Lucyanna sambil mengulang kembali semua sensasi misterius itu.
Sir Renzo : "Apakah karena itu, Anda mengubah keputusan vonis untuk Komandan Distrik?"
Langkah Lucyanna terhenti, begitu juga Sir Renzo. Lucyanna sejenak terdiam, karena masih terbayang daya magis Yuna.
Lady Lucyanna : "Entahlah, Sir Renzo. Tapi keputusanku bukan hanya karena pengaruh dari wanita muda itu. Tapi karena demi menegakkan keadilan atas nama Dewi Sylvierra."
Sir Renzo : "Lalu, bagaimana dengan Yang Mulia Raja jika beliau mengetahuinya? Tidakkah Yang Mulia Raja akan sangat kecewa dengan keputusan Anda?"
Lucyanna mengangkat wajahnya, menolehkan tatapannya ke samping.
Lady Lucyanna : "Aku sadar apa yang baru saja kulakukan hari ini. Kita semua tahu saat malam itu. Yang Mulia Raja sudah bertitah, semua pengkhianat harus dihukum mati. Tapi, kita tidak bisa mengesampingkan sisi terang dari keadilan. Aku tahu, bahwa apa yang sudah dilakukan Komandan Distrik sangatlah fatal. Imbasnya sangat besar. Kita menjadi sorotan oleh kerajaan lainnya. Tapi entah mengapa... Karena wanita muda itu..."
Lucyanna terbayangi dengan sorot mata biru Yuna yang berbeda.
Sir Renzo : "Karena wanita muda itu?"
Lucyanna tersenyum lagi.
Lady Lucyanna : "Hmm, sulit kupercaya! Aku masih tidak mengerti kenapa. Hehe..."
Lucyanna mengakuinya, ia telah terpengaruh magis misterius dan ajaib dari Yuna di Aula Sidang Utama tersebut. Membuatnya terpancing rasa penasaran. Lucyanna pun melanjutkan langkahnya, begitu pun dengan Sir Renzo.
Lady Lucyanna : "Sir Renzo, pastikan wanita muda itu akan datang dalam waktu 2 hari lagi. Jangan sampai pihak mana pun menghambat prosesnya. Dan soal Yang Mulia Raja, biar aku yang akan mengatasinya."
Sir Renzo : "Baik, Nona."
Lady Lucyanna : ("Aku tahu resiko keputusanku... Tapi, jika sampai saudaraku melihat sendiri wanita muda ini, apakah dia akan merasakan magis yang sama? Entah apa yang kupikirkan tadi... Aku sempat berpikir bahwa wanita muda itu seperti memiliki darah dari keturunan Vortexian... Tapi rasanya itu tidak mungkin, karena dia hanya manusia biasa... Dan setelah kuingat kembali, ternyata wanita muda itu memiliki mata biru... Apakah mungkin? Ah! Tidak! Aku sudah memutuskan tidak akan memikirkannya lagi... Tapi sungguh, sorot matanya masih membayangiku... Benar-benar sulit kupercaya... Terlalu banyak pertanyaan di dalam kepalaku...")
Pertemuan pertamanya dengan Yuna, benar-benar membuat seorang Lucyanna dibuatnya penasaran dengan segudang pertanyaan tentang Yuna. Bahkan tentang pengalaman di Aula Sidang Utama itu pun masih belum terjawab.
「 Return Journey To Rashvarrina Village 」
Setelah akhirnya mereka bertemu dengan Tenjima, Yuna dan Akimiya memutuskan untuk pulang kembali ke desa.
Di tengah perjalanan, Yuna merenung. Pandangan matanya hanya tertuju ke satu titik. Terlihat senyum tipis di wajah cantiknya.
Akimiya yang tengah mengendalikan tali kemudi, menyempatkan menoleh sambil memperhatikan bahasa ekspresi wajah putrinya. Akimiya pun ikut tersenyum.
Akimiya : "Kau luar biasa, Yuna."
Yuna tersadar dan bingung, ia langsung menolehkan pandangannya pada sang ayah.
Yuna : "Apa maksud, ayah?"
Akimiya : "Meskipun pamanmu sudah melakukan kesalahan besar, kau masih menyayanginya. Padahal, kalian berdua sangat jarang bertemu."
Yuna tersenyum lagi sambil menundukkan sedikit wajahnya.
Yuna : "Aku tidak tahu, ayah. Tapi aku merasa, paman adalah seseorang yang layak kusayangi. Bertemu dan bahkan tahu bahwa aku masih memiliki seorang paman, aku merasa sangat senang. Ternyata, kita masih memiliki keluarga. Dan aku ingin menjaganya..."
Akimiya : "Ayah ingin tahu. Apa kau yakin ingin menebus jaminan itu demi pamanmu? Jumlahnya pasti sangat banyak dan akan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk sampai melunasinya."
Tanya Akimiya dengan nada cemas. Yuna memperhatikan wajah cemas ayahnya, lalu menundukkan lagi wajahnya.
Yuna : "Aku tahu apa yang kulakukan, ayah. Karena aku memikirkan apa yang ayah pikirkan saat itu. Saat ayah memeluk paman. Ayah terlihat sangat takut jika sampai paman harus di hukum mati. Aku juga merasakan hal yang sama. Aku juga tidak mau sampai kehilangan seseorang lagi. Dan karena itulah, hatiku terdorong untuk melakukannya."
Yuna memegang dadanya dengan kedua tangan yang saling menggenggam.
Yuna : "Entah apa yang kupikirkan. Meskipun harus memakan waktu seumur hidupku, aku ingin melindungi keluargaku. Dan sejujurnya..."
Senyum tulus Yuna tergambar dengan indahnya.
Yuna : "Aku sangat senang melihat paman, ayah. Aku sempat berimajinasi, jika paman bebas, aku ingin sekali kita bertiga hidup bersama. Bersama di Desa Rashvarrina. Aku ingin menceritakan banyak hal padanya. Aku ingin membuatkan paman makanan yang enak. Aku ingin memperkenalkan Hatsu Haru pada paman, walaupun aku tidak tahu apakah paman menyukai kucing atau tidak. Dan aku ingin memperkenalkan paman pada Sasouke, Ryuga dan lainnya. Aku... Aku..."
Ucap Yuna dengan nada yang antusias di awal ceritanya. Namun tiba-tiba terhenti. Wajahnya tertunduk, terlihat sedikit ada kesedihan. Akimiya melirik ekspresi wajah putrinya. Ia memahami apa yang Yuna rasakan, yang bahkan dikaitkan dengan masa dimana Yuna harus kehilangan ibu yang sangat ia sayangi. Momen terberat bagi Yuna. Akimiya menghela nafas dengan tenang, sambil meraih kepala putrinya. Membelainya dengan lembut.
Akimiya : "Tidak apa, Yuna. Kau sudah melakukan yang terbaik. Jangan sedih."
Ucap Akimiya dengan wajah tersenyumnya. Yuna tidak berani menunjukkan wajahnya yang sedih. Lalu, Akimiya menarik bahu Yuna, agar bersandar di bahu sang ayah. Membuat kepalanya bersandar. Akimiya mengusap kepala putrinya dengan lembut beberapa kali.
Akimiya : "Tidak apa. Lakukanlah apa yang benar. Ayah tahu kau mulai menyayangi pamanmu sejak awal di ruangan besar itu. Ayah akan selalu mendoakan keselamatanmu. Semoga Dewa-Dewi memberikan kebaikan dan cintanya pada kita semua."
Yuna : "Terima kasih, ayah..."
Jawab Yuna sambil menutup matanya. Kesedihan Yuna mungkin mereda di wajahnya. Namun tidak dengan hatinya. Saat ia harus membayangkan dirinya harus kehilangan satu lagi anggota keluarganya. Namun sangat disayangkan, imajinasinya hanyalah imajinasi belaka. Realitanya tidak sesuai dengan harapannya. Namun, Yuna tetap bertekad untuk melindungi pamannya meskipun harus mengorbankan banyak hal. Agar keluarganya dapat kembali utuh.
「 Two Days Later At The Varrzanian Palace 」
2 hari kemudian, setelah insiden pengkhianatan. Di ruang kerja utama, Lucyanna dipanggil oleh Lucyver. Untuk memberikan laporan tentang proses hukuman untuk para pengkhianat.
Lucyver duduk di atas kursi besarnya, dengan ke 10 jarinya yang saling tertaut. Wajahnya terlihat sedikit tenang jika dibandingkan beberapa hari yang lalu.
Lucyanna duduk di seberang meja kerja yang memanjang secara horizontal. Dengan kaki yang menyilang dan ke 2 tangan yang terlipat. Firasatnya benar. Tapi itu tidak akan membuatnya cemas tentang reaksi saudaranya nanti.
King Lucyver : "Katakan, bagaimana jalannya proses hukuman untuk para pengkhianat?"
Lady Lucyanna : "Semuanya berjalan sesuai dengan kitab hukum kerajaan kita. Atas nama Dewi Sylvierra. Dan menyesuaikan berbagai macam pertimbangan sesuai dengan tingkat kejahatannya. Tentu saja, kita tidak boleh sampai melewatkan bandingnya."
King Lucyver : "Banding? Apa maksudmu?"
Tanya Lucyver dengan wajah yang tidak puas.
Lady Lucyanna : "Aku harus mengingatkanmu kembali. Sekalipun kau rajanya, tapi kau juga tidak bisa melewatkan hal yang penting tentang keadilan kerajaan kita. Seperti yang pernah kukatakan sebelumnya. Pelaku utama pengkhianatan ini, bukanlah Komandan Distrik. Melainkan wanita dari keluarga Van Dravillian. Jadi sudah sangat jelas, bukan? Dialah yang lebih pantas di hukum mati! Tapi tidak dengan yang lainnya!"
King Lucyver : "Kenapa kau memutuskan seperti itu?!"
Tanya Lucyver dengan menaikkan emosinya. Tiba-tiba, Lucyanna memandang saudaranya dengan tajam.
Lady Lucyanna : "Sudah kukatakan padamu, saudaraku! Kita harus tetap mempertimbangkan kitab hukum Kerajaan Varrzanian! Jadi redamlah sedikit egomu itu!"
King Lucyver : "Tidak! Pengkhianat tetaplah pengkhianat! Aku ingin tetap dengan keputusanku!"
Lucyver tetap bersikeras. Tiba-tiba, Lucyanna beranjak dari kursinya, lalu menggebrak meja dengan keras.
Lady Lucyanna : "Aku tahu kau rajanya!! Aku tahu betapa kecewanya KAU dan ayah karena pengkhianatan kotor yang terjadi!! Dan apakah kau akan menghancurkan reputasi keadilan Kerajaan Varrzanian dengan egomu?! Apa kau juga akan membuat kakek kecewa karena egomu yang sangat menyebalkan?!"
Lucyver merespon dengan mengalihkan matanya dengan wajah geram yang tertahan. Menghela nafas dengan berat.
King Lucyver : "Cih! Kenapa seperti ini?!"
Gumam Lucyver. Lucyanna pun ikut merasa lebih geram karena sikap saudaranya. Lalu kembali duduk di atas kursinya, sambil menyilangkan lagi ke 2 tangannya.
Lady Lucyanna : "Sulit kupercaya! Aku harus membantumu menjadi Raja Varrzanian yang terhebat bersama dengan egomu! Dengar. Sejak kepemimpinan kakek, keadilan semakin dikembangkan. Karena itulah kakek mulai menciptakan kitab keadilan atas nama Dewi Sylvierra! Seperti saat ini. Meskipun Komandan Distrik telah melakukan pengkhianatan terfatal, tapi itu karena dipengaruhi oleh wanita itu! Dia mengakui semuanya dengan jujur. Kami juga mempertimbangkan semua bentuk dedikasi dan jasanya yang tidak sedikit saat masa kepemimpinan ayah. Dia mendapat banyak perhatian, bahkan termasuk keluarganya. Jadi dia belum disebut layak menerima vonis hukuman mati!"
King Lucyver : "Apa? Tidak bisa kupercaya! Kau tahu, bukan? Bahwa kerajaan di negeri tetangga sudah mulai meragukan hubungannya dengan kita? Dan kau membiarkan Komandan Distrik yang sudah mencoreng nama kerajaan tetap hidup?"
Lady Lucyanna : "Kenapa? Kau ragu? Heh! Saranku, karena itulah kau harus bisa meniru sikap yang akan diambil kakek jika terjadi kasus seperti ini! Atau kau lebih baik menikah dengan wanita dari Kerajaan Pallasidian! Dia bisa memberimu pengaruh bilateral yang lebih kuat, dengan meyakinkan mereka dengan proposal yang bisa kau tawarkan di masa depan!"
Raut wajah Lucyver berubah, seketika menjadi tidak senang saat Lucyanna menyebutkan wanita yang Lucyver pahami siapa yang dimaksud.
King Lucyver : "Cih! Kenapa kau harus menyebut wanita itu sekarang?"
Lady Lucyanna : "Heh! Kau baru memahaminya sekarang? Apa kau pikir mudah untuk memutuskannya tanpa mempertimbangkan yang lainnya? Karena itulah aku memintamu untuk menahan egomu! Jika kau ingin tahu, aku akan memutuskan hal yang sama denganmu! Tapi kenyataannya tidak! Jadi tentu tidak semudah itu!"
Lucyver menghela nafas dengan berat. Wajahnya terlihat kecewa dan geram.
King Lucyver : "Aagh! Dasar orang tua itu!"
Lucyanna bahkan lebih geram saat saudaranya mencibir sang kakek yang juga adalah seorang Raja Varrzanian.
Lady Lucyanna : "Dasar kau! Bisa-bisanya kau mengejek kakek dengan mulutmu yang menyebalkan!"
Tiba-tiba, suara ketukan terdengar 3 kali dengan nyaring.
King Lucyver : "Masuklah!"
Pintu pun terbuka. Ternyata itu adalah Sir Renzo. Berjalan memasuki ruangan dan menghampiri. Memberikan salam penghormatannya dengan penuh etika.
King Lucyver : "Ada apa, Sir Renzo?"
Sir Renzo : "Sebenarnya, saya datang untuk Nona Lucyanna."
Sir Renzo pun langsung mengalihkan pandangannya pada Lucyanna.
Sir Renzo : "Nona, wanita muda itu sudah datang sesuai janji."
Lady Lucyanna : "Oh, benarkah? Bagus sekali. Dia menepati janjinya."
Lucyanna pun berdiri dari kursinya. Lucyver terpancing rasa penasaran dengan siapa yang dimaksud wanita muda yang sedang dibicarakan.
King Lucyver : "Kau menunggu seseorang? Siapa dia?"
Lady Lucyanna : "Dialah keluarga dari Komandan Distrik Tenjima. Dia adalah penjamin untuknya."
Lucyver terkejut.
King Lucyver : "Apa? Penjamin katamu? Apa maksudmu?!"
Lady Lucyanna : "Kenapa? Apa kau masih mempertahankan egomu lagi? Semua sudah sesuai dengan kitab keadilan Kerajaan Varrzanian. Komandan Distrik akan menerima vonis penjara seumur hidup. Dan wanita muda ini bersedia untuk menebus pamannya."
Lucyver mulai bingung di balik wajah dinginnya, dengan satu alis mata terangkat. Hingga sulit untuk membalas ucapan saudarinya.
King Lucyver : "Apa? Semudah itukah keadilan yang kakek tua itu buat?"
Lucyanna kembali harus merasakan kejengkelannya karena sikap saudaranya.
Lady Lucyanna : "Lagi-lagi kau mengejeknya! Baiklah, itu sudah cukup! Aku harus segera menemuinya! Sebaiknya, kau diam saja!"
Lucyanna langsung berbalik dan berlalu, diikuti Sir Renzo, meninggalkan ruang kerja utama dan membiarkan Lucyver bersama dengan rasa keluhnya karena sang kakek. Pintu ganda itu pun tertutup rapat. Blam!
Di kursi besar itu, Lucyver masih merasa tidak percaya karena sistem keadilan telah berubah sejak era kepemimpinan sang kakek, Raja Varrzanian ke 8 -Raja Leon Ludovic Vortexian-. Lucyver merasa kurang sependapat dengan kebijakan hukum yang berlaku. Namun suka atau tidak, Lucyver harus mau menerimanya.
Lucyver menghela nafas dengan berat. Menyandarkan punggungnya sembari menahan kepalanya dengan satu tangan yang mengepal.
King Lucyver : "Haaah! Baik kakek tua, kau menang! Aku akan menghormati kebijakanmu!"
Tiba-tiba, Lucyver teringat dengan pembicaraan tentang wanita muda yang menjadi penjamin Komandan Distrik. Lucyver merasa tertarik dengan wanita muda tersebut. Seketika, kepalanya terisi satu rencana. Senyum sinis itu terlihat jelas di wajahnya. Ia pun beranjak dari kursinya, keluar dari ruangan tersebut. Hingga terlihatlah seorang penjaga yang berjaga tepat di samping pintu ganda.
King Lucyver : "Penjaga? Kau! Kemarilah."
Penjaga tersebut sedikit terkejut dan langsung menghampiri Lucyver, sambil memberikan salam hormatnya.
Guardian : "Ya, Yang Mulia Raja. Apa yang bisa saya lakukan?"
Lucyver menunjukkan sebuah batu permata berwarna ungu kehitaman yang memiliki ukuran sebesar ibu jari.
King Lucyver : "Aku ingin kau menemukan Nona Lucyanna, setelah itu lepaskan batu permata ini dan ucapkan Aetheroz. Kau mengerti?"
Lucyver pun memberikan batu permata tersebut, penjaga itu pun menerimanya. Meskipun dalam hatinya, ia sempat bingung. Namun bagaimana pun, itu tetaplah sebuah perintah langsung yang tidak akan mungkin ia tolak.
Guardian : "Baik, Yang Mulia Raja!"
Penjaga itu pun bergegas pergi untuk menjalankan perintah Lucyver. Lucyver tersenyum sinis, sembari menyilangkan kedua tangannya.
King Lucyver : "Heh! Saudariku, kau tidak keberatan jika aku mengintip sedikit, bukan? Lucyanna tidak akan mencuriganya. Aku jadi ingin tahu, siapa sebenarnya penjamin untuk si pengkhianat ini!"
「 In The Palace's Main Assembly Hall 」
Sementara itu, di Aula Sidang Utama Istana yang besar, hanya ada Lucyanna dan Yuna saja. Sesuai janjinya, Yuna pun datang kembali untuk menyetujui sebuah surat perjanjian sebagai seorang penjamin untuk pamannya.
Kali ini, untuk kali pertamanya, Yuna berhadapan dengan Lucyanna dari jarak yang sangat dekat. Yuna hanya bisa menundukkan wajahnya dari tempatnya duduk.
Sejenak, Lucyanna cukup terkejut setelah melihat Yuna dari jarak yang dekat. Lagi-lagi, ia merasakan sesuatu yang sama seperti 2 hari sebelumnya.
Lady Lucyanna : ("Lagi-lagi perasaan ini datang lagi... Ini sama seperti waktu itu... Aku merasakan sesuatu yang tidak biasa dari wanita muda ini... Tapi apa? Rasanya tidak mungkin jika itu akan menjawab spekulasiku tentang apakah dia keturunan Vortexian... Tidak, Lucyanna! Lupakan saja!")
Lucyanna berusaha fokus sekarang.
Lady Lucyanna : "Kau datang sesuai dengan janji. Itu artinya kau benar-benar sudah siap dengan keputusanmu dan semua resikonya."
Yuna : "Itu benar, Nona Hakim. Saya sudah siap."
Lucyanna pun menunjukkan sebuah kertas dengan cap kerajaan yang sangat mencolok di permukaannya di hadapan Yuna. Yuna pun langsung memandanginya. Jantungnya berdebar kencang. Pundaknya terangkat, lalu menurun dengan perlahan. Yuna mencoba untuk menenangkan dirinya. Lucyanna memperhatikan bahasa tubuhnya dan terkesan.
Lady Lucyanna : "Baiklah. Jika kau memang sudah siap, tanda tanganilah surat ini."
Yuna's Voice : "Aku mulai berpikir, bahwa ini merupakan jalan terbaik satu-satunya... Harus aku akui, aku merasa takut dan gugup... Bagaimana jika aku gagal? Tapi di sisi lain... Aku tidak ingin kehilangan siapa pun... Ini adalah bukti, sekalipun pamanku adalah pengkhianat besar, aku tidak membencinya... Demi keluargaku... Hidup akan terus berlanjut... Bukankah seperti itu seharusnya..?"
Setelah beberapa detik mengumpulkan keberanian, Yuna pun langsung mengambil pena berbulu yang disediakan dan langsung menggoreskan tanda tangannya.
Yuna's Voice : "Tapi sepertinya, aku belum menyadari sesuatu di balik kertas yang akan kugoreskan namaku di atasnya... Sesuatu yang sedang menantiku... Rasanya seperti akan menemuimu akhir hidupku saja..."
Sementara diluar Aula Sidang Utama, di depan pintu ganda besar itu, penjaga yang baru saja diperintah Lucyver, berhasil menemukan keberadaan Lucyanna. Ia pun langsung mengeluarkan batu permata ungu kehitaman. Meletakkannya di atas permukaan telapak tangannya. Ia sempat menengok sekitarnya untuk memastikan kondisinya aman.
Guardian : "Aetheroz!"
Ucapnya dengan berbisik pada batu permata tersebut yang mulai memancarkan sinar keunguan, lalu berubah menjadi sosok naga kecil dengan tubuhnya yang berasap juga transparan. Matanya berwana merah. Naga kecil itu terbang, dan berubah menjadi asap hitam saat melewati lubang kunci dengan mudahnya.
「 Palace Main Office 」
Di tempat Lucyver duduk, tiba-tiba muncullah sebuah cermin magis yang menunjukkan kondisi yang terjadi di Aula Sidang Utama Istana. Ternyata inilah rencana Lucyver. Memata-matai Lucyanna dengan bantuan makhluk magis.
Lucyver tersenyum puas.
King Lucyver : "Bagus! Sesuai rencana! Mari kita lihat si penjamin ini!"
Lucyver bisa melihat Lucyanna yang duduk dan seorang wanita muda yang sedang menuliskan sesuatu di atas kertas. Wajahnya belum terlihat dengan jelas karena dilihat dari belakang.
Dengan kekuatan magisnya, Lucyver mengendalikan naga kecil mata-matanya untuk mencari spot terbaik untuk menyoroti bagian wajah wanita muda tersebut. Lucyver mulai merasakan sesuatu dari wanita yang ia lihat lewat cermin magisnya. Sejauh ini, Lucyanna tidak mengetahui keberadaan naga kecil yang sedang mendekatinya.
Wanita muda alias Yuna terlihat sudah selesai menanda-tangani surat tersebut. Perlahan wajahnya pun terangkat. Semakin jelas. Lucyver mulai terkejut dengan sesuatu yang ia lihat, sesuatu yang tidak asing baginya. Dan terdengarlah percakapannya.
Lady Lucyanna : "Aku ingin kau mengulangi ucapanku. Dengarkan baik-baik. Saya, tolong sebutkan namamu..."
Yuna menganggukkan kepalanya dan mulai mengikuti ucapan Lucyanna.
Yuna : "Saya Sakurana Yunareika..."
Lady Lucyanna : "Telah bersedia menjadi penjamin!"
Yuna : "Telah bersedia menjadi penjamin..."
Lady Lucyanna : "Dibawah kewenangan Keadilan dan Hukum Kerajaan Varrzanian!"
Yuna : "Dibawah kewenangan Keadilan dan Hukum Kerajaan Varrzanian!"
Lady Lucyanna : "Bagus! Dengan ini, kau sudah menyetujui semuanya. Dan sebagai pihak kerajaan, aku telah menerimanya. Semoga Dewi Sylvierra menaungimu."
Yuna : "Terima kasih atas kebaikan Nona Hakim Yang Agung. Semoga Kerajaan Varrzanian dilimpahi kemakmuran sepanjang masa."
Yuna sempat menundukkan wajahnya lalu terangkat kembali.
Lucyver bisa melihat dengan jelas wajah Yuna yang baru ia sadari bahwa Yuna memiliki mata biru. Lucyver terkejut. Hingga membuat momen saat pertemuan pertama di tengah Kota Varrzanian dan mimpi yang sempat hilang itu, semuanya perlahan kembali.
Lucyver tersadar dengan satu hal.
King Lucyver : "Jadi kau rupanya... Akhirnya, aku menemukanmu! Gadis Jodoh Terikatku..!"
Senyum kepuasan Lucyver tergurat dengan jelas. Mata merahnya bahkan tidak berkedip sedikit pun saat memandangi Yuna dan kecantikannya. Jantung abadinya berdebar kencang, seperti adrenalin yang sedang terpacu.
King Lucyver : "Aku akan segera memilikimu! Tunggu saja!"
Lucyver menjentikkan jarinya dan cermin magis pun menghilang.
Lucyver kembali merancang rencananya dibalik senyum sinisnya. Hingga tiba-tiba, ia merasakan hasrat besar yang sebelumnya pernah ia alami. Membuat taringnya menguat. Lucyver menyentuh mulutnya yang sedikit terbuka. Sorot matanya tajam dan dalam. Nafasnya terdengar mendesah.
Lucyver pun beranjak dari kursi besarnya dan dengan kekuatan magis telekinesisnya, pintu ganda itu terbuka dengan sendirinya. Lucyver pun keluar dari ruangan tersebut sambil membawa hasrat yang datang secara tiba-tiba. Seringai yang sinis dan sorot mata yang tajam. Sebuah pertanda akan bangkitnya ambisi dari seorang Lucyver.
King Lucyver : "Penjaga! Panggilkan Sir Renzo untuk datang ke ruanganku malam ini juga!!"
Perintah Lucyver dengan nada suara yang tinggi dan menggema. Penjaga yang terdekat dan mendengar perintah langsung itu pun segera menggerakkan kakinya dengan cepat.
King Lucyver : "Sebentar lagi, aku akan memiliki gadis istimewaku! Dan menjadi Raja Varrzanian terhebat dan terkuat sepanjang masa! Ehehehe!!"
Lucyver terus melangkah menyusuri lorong. Tawanya terdengar menggema dan kejam. Ia ingin segera mewujudkan ramalan Dewa Lucifer 50 tahun yang lalu, secara sekaligus.