「 Somewhere Unknown 」
Yuna : "Yukito..? Kenapa..?"
Akhirnya nama itu terucap dibalik rasa keterkejutan Yuna yang luar biasa.
Yukito hanya berdiri dengan memamerkan senyuman lembutnya. Itulah pesona terbaiknya.
Yukito : "Hai, Yuna. Akhirnya kau sadar juga. Aku sudah lama menunggumu."
Yuna teringat kembali dengan kejadian terakhir di dekat jembatan kecil itu. Yuna pun menyadari kedua tangan dan kakinya yang sudah terikat kencang berada di belakang punggung. Tubuhnya dalam posisi duduk di atas tumpukan jerami yang cukup banyak. Membuatnya sulit untuk bisa digerakkan. Yuna mulai semakin cemas.
Yuna : "Yukito, kenapa kau melakukan ini?"
Yukito : "Hmm, kenapa ya? Entahlah. Mungkin karena... Aku terlanjur jatuh cinta padamu."
Dengan ringannya Yukito mengutarakan isi hatinya dengan wajah yang tenang. Sorot matanya pun berbeda. Tersimpan satu hasrat yang tersembunyi dengan baik.
Ungkapan yang keluar dengan mudahnya itu pun, berhasil membuat Yuna semakin terkejut.
Yuna : "Kau jatuh cinta... Padaku?"
Yukito : "Itu benar. Rasanya sangat menyenangkan. Aku baru pertama kali merasakan perasaan sebesar ini, karena dirimu. Jika saja, kesempatan itu hanya untukku. Kau tahu apa yang membuatku jatuh cinta padamu?"
Tanya Yukito sambil berjalan mendekati Yuna. Melepas kacamata yang menjadi ciri khasnya dan membuangnya begitu saja. Lalu menyentuh wajah Yuna yang spontan memalingkan wajahnya karena sentuhan tangan Yukito. Namun, Yukito berhasil membuat wajah cantik yang ia sangat kagumi itu kembali melihat pria muda di hadapannya. Kembali memamerkan senyum penuh pesonanya.
Yukito : "Karena kau sangat mempesona, Yuna."
Yuna : "Apa..? Kumohon, lepaskan aku..."
Yuna memohon dengan wajah yang cemas dan takut.
Yukito : "Bagaimana jika tidak? Aku tidak akan melepaskanmu sampai aku bisa memilikimu."
Yuna : "Kumohon, jangan lakukan ini..."
Yukito : "Aaah, melihat kau yang memohon seperti itu membuatku semakin mencintaimu."
Yukito meraih wajah Yuna dengan cepat dengan kedua tangannya. Mendekatkan wajahnya hanya berjarak beberapa centimeter. Nafasnya mulai mendesah. Yuna bisa merasakan hangatnya nafas Yukito di permukaan kulit wajahnya. Yukito memperhatikan setiap inchi wajah cantik Yuna yang sangat ia sukai.
Yukito : "Kau membuatku tergila-gila, Yuna! Kau tahu? Aku sudah lama memperhatikanmu. Dengan memperlihatkan sisi terbaik yang kumiliki. Aku berusaha untuk mencuri hatimu. Tapi ada saja yang mencoba untuk menghalangiku. Aku tahu ada sebagian pria muda di desa ini yang menyimpan perasaan padamu. Apa kau menyadarinya?"
Bisik Yukito yang semakin berhasrat.
Yuna : "Kumohon, lepaskan aku... Jika kau memang mencintaiku, tolong berikan aku waktu untuk mengenali perasaanmu... Aku akan berusaha untuk memahaminya... Seperti yang kau inginkan."
Ucap Yuna dengan permohonan setulus hatinya. Berharap agar bisa menyadarkan Yukito. Namun, Yukito justru meresponnya dengan cara pandang yang berbeda.
Yukito : "Kenapa harus menunggu besok, jika aku bisa mendapatkannya sekarang!"
Tanpa ragu, Yukito langsung menyatukan bibirnya dengan bibir Yuna yang selalu membuatnya tergoda. Berhasil membuat Yuna terkejut dan tidak bisa berbuat banyak.
Yukito terus melumat bibir manis Yuna tanpa celah. Memainkan trik ciuman memabukkannya dengan lidahnya. Yang pernah membuat seorang gadis di masa lalu menjadi ketagihan dengan sensasi dan pesonanya. Namun, Yuna justru dihantui ketakutan dibalik ciuman yang menggairahkan dari Yukito. Ia tidak pernah menyangkanya, seorang Yukito yang dikenalnya sebagai pria muda pengrajin seniman kaca yang baik akan tega melakukan ini padanya.
Yukito semakin menikmati ciuman panas yang selalu di dambakannya, hanya bersama dengan Yuna. Mendekapkan tubuh Yuna kedalam dadanya. Menikmati setiap inchi bibir merah muda itu. Ternyata mampu membangkitkan hasrat terdalam Yukito yang selama ini ia tahan.
Yuna : ("Seseorang... Tolong aku...")
「 The Imperial Sword Hall 」
Sakit. Lucyver merasakan rasa sakit itu lagi di jantung abadinya ditengah ujian pertempurannya bersama dengan sang ayah. Namun rasa sakit itu mulai terasa semakin sakit. Ia langsung meremas dada kirinya.
King Lucyver : ("Aagh! Kenapa rasa sakit ini lagi? Sebenarnya apa yang sedang terjadi padaku? Apakah benar ini karena jantungmu, ibu?")
Vrannver menyadari sikap putranya yang terlihat menahan kesakitan. Namun ia tetap menyerang Lucyver dengan keahlian pedang panjangnya.
Vrannver : "Tidakkah itu menyakitkan?"
Ucap Vrannver sambil menusukkan pedangnya ke arah Lucyver. Lucyver berhasil menangkisnya, hingga terjadi gesekan besi pedang yang nyaring. Menciptakan percikan api yang indah. Lucyver terkejut dengan ucapan sang ayah, yang seolah telah membaca isi kepalanya.
King Lucyver : "Bagaimana ayah mengetahuinya?"
Vrannver : "Jangan pernah lupakan bagian kecil jantung mendiang ibumu yang ia wariskan padamu. Kau ingin tahu apa yang ibumu harapkan saat kau dinobatkan menjadi raja selanjutnya?"
King Lucyver : "Harapan ibu?"
Vrannver : "Kau harus menjadi seorang raja yang memahami penderitaan rakyatnya! Yang akan memahami rasa sakit, kesedihan dan cinta lebih dalam! Dan sekarang kau merasakannya! Akuilah!"
Tegas ucapan Vrannver sambil menambah kekuatannya untuk memberikan tekanan lebih kuat pada pedangnya. Lucyver pun terkejut.
King Lucyver : "Jadi itu benar..."
Secara perlahan, Lucyver pun menyadari hal tersebut. Terutama jika berhubungan dengan sosok ibu yang sangat ia sayangi. Yang saat ini telah pergi untuk waktu keabadian yang sangat lama.
Vrannver : "Jika kau mengakuinya dengan berani, maka kau harus menjadi lebih kuat! Berikan keberanianmu pada jantung ibumu itu!"
Vrannver semakin menunjukkan kekuatannya. Kedua mata merahnya bercahaya. Berhasil memancing kekuatan dalam diri Lucyver.
King Lucyver : "Baiklah! Akan kubuktikan!!"
Kedua mata Lucyver pun ikut bercahaya lebih merah dari sebelumnya. Bukan hanya sekedar melawan rasa sakit di jantung abadinya. Tapi untuk menjawab tantangan sang ayah.
Lucyver mulai melawan balik.
「 Interrogating Kishida 」
Sementara itu, Sasouke dan Keisuke berhasil menemui Kishida yang baru saja selesai dengan pekerjaannya. Kishida menyadari kedatangan Sasouke, pria muda yang selalu membuatnya terpesona. Yang selalu terobsesi ingin menjadikannya miliknya seorang. Tanpa ragu, Kishida langsung memasang senyuman termanis dan terbaiknya.
Kishida : "Wah, wah... Lihat siapa yang mendatangiku? Apa akhirnya kau menyadari siapa yang lebih pantas untukmu?"
Ucap Kishida dengan nada suara manja yang sengaja dibuat, ditambah dengan lirikan mata menggoda ciri khasnya.
Akan tetapi, Sasouke justru menunjukkan ekspresi wajahnya yang dingin dan serius. Tidak sedikit pun pesona Kishida yang bisa mengalihkannya.
Keisuke : "Apa kau bernama Kishida? Sebaiknya, kau bekerja sama dengan kami."
Tanya langsung Keisuke. Kishida tentu tidak bisa menerima sapaan seperti itu, sembari menatap Keisuke yang tidak ia kenali dengan sorot mata yang sinis.
Kishida : "Siapa kau? Tidak sopan sekali bertanya seperti itu kepada wanita sepertiku!"
Sasouke : "Cukup, Kishida!!"
Ucap Sasouke dengan nada yang tinggi. Berhasil membuat Kishida terkejut hingga kedua matanya mendelik.
Kishida : "Apa maksudmu, Sasouke?!"
Sasouke : "Aku sudah sangat bosan dengan sikapmu! Katakan saja semuanya sekarang! Dimana Yuna?!"
Kishida : "Apa?! Apa maksudmu?!"
Sasouke : "Kau tahu bagaimana aku menyukai Yuna, bukan? Aku tahu kau membencinya! Seperti yang selalu kau tunjukkan hanya dengan melihat wajahmu! Dan kau berusaha untuk menyingkirkannya, bukan?"
Kishida : "Apa?! Jadi kau menuduhku?! Apa buktinya?! Keterlaluan!"
Balas Kishida dengan penuh emosi. Tangannya terlihat gemetar. Apakah tersembunyi sesuatu di balik amarahnya?
Sasouke : "Kau yang keterlaluan!!"
Balas lagi Sasouke dengan emosi yang meledak. Sorot matanya yang berwarna oranye itu terlihat semakin dingin dan tajam. Berhasil membuat Kishida terkejut, seperti jantungnya baru saja tertusuk pisau yang tajam dengan cepat. Keisuke pun sama terkejutnya. Ia tidak menyangka, bahwa Sasouke akan seemosi ini.
Keisuke : "Sasouke, tenanglah sedikit..."
Sasouke : "Dugaanku benar, bukan? Kenapa kau melakukannya?!"
Tanya Sasouke dengan tegas. Apakah berhasil memojokkan Kishida agar dia mau mengakuinya?
Kishida justru semakin terpancing emosi. Sorot matanya pun berubah tajam. Kedua alis yang menajam itu semakin memperlihatkan emosi seorang Kishida.
Kishida : "Kenapa kau lebih memilih gadis itu dibandingkan aku?! Apa yang lebih kau sukai darinya?!"
Sasouke : "Kenapa? Aku lebih dari menyukainya, aku mencintainya! Dia lebih pantas dicintai! Kau tahu kenapa?"
Kishida : "Apa katamu..?!"
Sasouke : "Karena kau tidak tahu apa pun yang selama ini Yuna alami sendirian. Dia mencoba tersenyum, namun hatinya menangis. Dia ramah pada semua orang, meskipun dia tidak sedang baik-baik saja. Tapi dia memahami rasa sakit orang-orang di dekatnya. Walaupun tidak ada satu pun orang lain yang memahami rasa sakitnya selain aku, Keisuke dan teman-teman lainnya. Hanya kami! Sedangkan kau!"
Tegas Sasouke sambil menunjuk ke arah Kishida.
Sasouke : "Apa yang bisa kau banggakan dengan sifatmu yang senang merendahkan orang lain?! Hanya karena kau keponakan dari Kepala Desa, kau ingin agar semua perhatian hanya tertuju padamu! Padahal, ada seseorang yang lebih membutuhkan perhatian dibandingkan denganmu! Itulah kenapa, aku lebih memilih Yuna! Karena aku ingin melindunginya, mencintainya bahkan jika harus mengorbankan nyawaku, maka aku akan melakukannya tanpa takut mati! Dan jika kau berani sedikit saja menyakitinya, aku tidak akan tinggal diam saja!! Kau dengar?!!"
Jelas Sasouke dengan tegas dan tanpa jeda. Meluapkan semua isi hatinya tanpa ragu di hadapan Kishida yang tidak bisa membalas apa-apa. Keisuke pun terkejut sekaligus kagum dengan isi hati Sasouke. Bagaimana ia sangat memperhatikan Yuna, yang bahkan tidak bisa Keisuke lakukan karena terpisah oleh jarak yang sangat jauh.
Keisuke : ("Sasouke, aku sangat kagum padamu... Disaat aku harus pergi jauh dan tidak bisa melindungi Yuna, ternyata kau selalu ada untuknya... Yuna pasti sangat beruntung... Dan aku merasakan hal yang sama... Kau memang pantas mencintai Yuna...")
Sasouke : "Akuilah sekarang, Kishida! Atau kau hanya akan mencoreng nama baik desa kita, karena kau adalah keponakan dari Kepala Desa!"
Kishida semakin geram. Batinnya tidak bisa menerima semua kebenaran yang terucap dengan jelas dari mulut Sasouke.
Tiba-tiba, tangannya mencoba meraih sesuatu yang ada di dalam sebuah keranjang besar yang sejak tadi ada di sampingnya.
Kishida : "Jika benar, apa yang akan kau lakukan?"
Keisuke : "Jika itu terbukti benar, kau akan menerima sanksi pidana hukuman yang sangat berat! Kau sudah terbukti karena melakukan kriminal secara terencana. Sebaiknya akuilah dan mintalah pengampunan! Selagi masih ada kesempatan. Atau jika sampai kau dibawa ke Pengadilan Kerajaan Varrzanian, hukumanmu akan menjadi lebih berat. Karena kau juga sedang berada di wilayah kekuasaan Kerajaan Varrzanian, di bawah payung hukum yang bersifat absolut dan kuat. Kau tidak akan bisa berbuat apa-apa, sekalipun kau adalah keponakan dari seorang pimpinan desa. Tidakkah kau memikirkan bagaimana nasib keluargamu karena perbuatan?"
Bujuk Keisuke dengan halus, berharap agar Kishida mau mengakuinya. Dan mungkin, hukuman yang diterima akan menjadi ringan.
Namun, wajah Kishida menunjukkan penolakan yang tegas.
Kishida : "Jika akhirnya aku tidak bisa memilikimu! Maka... TIDAK ADA YANG BOLEH MEMILIKIMU! AKU TIDAK PEDULI!!"
Kishida langsung mengeluarkan sesuatu yang sejak tadi ia pegang. Dan langsung berlari ke arah Sasouke dengan cepat. Ternyata, sebilah pisau ada di tangannya. Kishida akan menusukkannya langsung pada Sasouke.
Keisuke terkejut. Ia ingin mencegahnya, namun tidak cukup cepat. Sasouke pun sama terkejutnya dan tidak menduga bahwa seorang Kishida akan berpikir senekat itu. Sasouke hanya terdiam. Dan pisau itu telah berhasil menembus kulit dan daging. Darah pun keluar dengan deras.
Apakah Sasouke tidak berhasil dan terluka?
「 Somewhere Unknown 」
Yukito baru saja merobek pakaian Yuna bagian dadanya dengan sebuah pisau kecil. Terlihatlah lapisan yang kedua. Yuna menjerit ketakutan. Ditambah dengan keadaanya yang terikat.
Yuna : "Yukito, jangan lakukan ini padaku..."
Yukito : "Sayangnya aku tidak bisa berhenti sekarang, Yunaku yang cantik. Kau membuatku semakin gila!"
Yukito akan mulai merobek lapisan kedua pakaian Yuna, sembari memainkan sedikit pisau kecilnya. Yuna spontan menjerit dan semakin ketakutan.
Yuna : "Tidaak! Aku mohon jangan.."
Yukito merasa terganggu dengan teriakan itu. Ia pun merobek sebagian rok panjang Yuna menjadi potongan kain yang panjang dengan mudahnya. Dari bawah hingga ke atas. Hingga tersingkaplah bagian paha Yuna dengan jelas.
Yukito menyentuh bibir Yuna sejenak dengan ekspresinya yang dingin.
Yukito : "Berisik sekali!"
Tanpa ragu, Yukito kembali melumat bibir Yuna yang selalu membuatnya tergoda. Lalu sebentar melepaskannya.
Yuna : "Kumohon... Hentikan ini, Yukito..."
Yukito : "Jangan bicara, apalagi berteriak!"
Bisik Yukito di depan bibir Yuna yang basah. Lalu, menciumnya lagi. Melepasnya lagi.
Yukito : "Aku ingin menikmati momen ini dengan tenang dan perlahan..."
Yukito menciumnya sekali lagi. Menunjukkan senyuman lembutnya yang sudah terlanjur dianggap menakutkan bagi Yuna. Lalu membungkam mulut Yuna dengan kain panjang yang sudah ia potong sebelumnya. Yuna berusaha untuk menghindarinya, namun tetap tidak bisa. Kondisi Yuna semakin tidak berdaya.
Yukito menyingkirkan rambut panjang Yuna. Membuka bagian kerah pakaian Yuna yang terbuka. Yukito langsung melahap leher putih Yuna yang jenjang dengan penuh hasrat.
Air mata Yuna mengalir begitu saja. Yuna terlihat pasrah dengan semua yang Yukito lakukan padanya. Yuna bahkan tidak bisa melawan atau berteriak minta tolong. Berharap ada seseorang yang mau menolongnya. Namun kapan pertolongan itu akan datang?
Yuna : ("Apakah aku akan berakhir seperti ini..? Ayah... Bagaimana jika ayah tahu... Aku pasti akan membuatmu sedih karena aku... Maafkan aku...")
Air mata Yuna mengalir semakin deras. Perlawanan terakhir yang hanya bisa ia lakukan.
Tiba-tiba, Yukito akan merobek lapisan kedua dan terakhir dari pakaian Yuna dengan pisau kecil ditangannya. Yang akan memperlihatkan bagian tersembunyi dan terindah lainnya dari seorang Yuna yang ia kagumi sejak lama. Namun terhalang oleh seseorang.
Suara robekan kain terdengar jelas. Yuna hanya menutup kedua matanya sambil membiarkan air matanya mengalir. Ia tidak ingin melihat apa yang akan terjadi padanya. Atau melihat bagaimana Yukito akan semakin menyakiti hati dan tubuhnya.
Yukito : "Mari, kita nikmati momen ini bersama-sama..."
Bisik Yukito. Tangannya mulai mengarah pada sesuatu dari bagian tubuh Yuna yang terbuka. Membuat Yuna semakin ketakutan.
Yuna : ("Tidaak!")
「 The Imperial Sword Hall 」
Lucyver kembali dikejutkan dengan rasa sakit yang tiba-tiba datang menginterupsi fokusnya. Membuat fokusnya mulai memudar. Namun rasa sakitnya kali ini terasa lebih menyakitkan dibanding sebelumnya. Berhasil membuatnya, tersungkur ke tanah.
Satu pedang ditangan kanannya terlepas begitu saja. Tergantikan dengan menyentuh langsung bagian dada kirinya, sambil meremasnya. Lucyver tidak menyangka akan merasakan rasa sakit seperti ini. Jantung abadinya mulai berdetak melemah.
King Lucyver : ("Apa ini..? Apa yang sebenarnya terjadi padaku..? Kenapa rasanya sesakit ini..?")
Pedang yang berada di tangan kirinya pun juga terlepas. Jatuh ke tanah dengan nyaring. Lucyver merasakan rasa gemetar yang hebat di tangan kirinya. Lucyver melihat tangan kirinya sendiri. Dan getaran yang hebat itu terlihat dengan jelas. Pandangannya pun sedikit kabur. Nafasnya tidak beraturan dan lemah.
Vrannver memperhatikan bahasa tubuh putranya yang tidak wajar, meskipun ia tahu apa penyebabnya. Tiada lain adalah karena efek dari jantung warisan dari mendiang ibunya. Yang sekarang sudah menunjukkan pertumbuhannya di dalam jantung abadi putranya.
Vrannver : "Kau mau menyerah dari ujian ini?"
Tanya Vrannver dengan tatapan yang dingin.
King Lucyver : "TIDAAK! Aku menolak untuk gagal!"
Balas Lucyver dengan nada suara yang tegas. Ekspresinya begitu emosional, dibalik harus menahan rasa sakit dan sensasi mengejutkan yang ia rasakan. Yang justru mulai melemahkan sebagian kekuatannya. Aura hitamnya pun mulai terlihat sedikit memudar.
Vrannver : "Lalu kenapa kau berhenti? Itu artinya, kau belum cukup membuktikan keberanianmu pada jantung yang diwariskan ibumu."
King Lucyver : "Tidak! Aku masih sanggup membuktikannya!"
Lucyver bersikeras sambil meremas dada kirinya dengan nafasnya yang tersengal-sengal. Terasa sangat sulit untuk bernafas. Seolah dadanya terhimpit kencang dari segala arah.
Vrannver : "Kalau begitu, buktikan kembali! Fokuskan tujuanmu!"
Ucap Vrannver dengan tegas, yang berusaha untuk memotivasi putranya. Vrannver melakukan serangan langsung lagi dengan kecepatannya. Dengan kondisi Lucyver yang sekarang, itu akan menyulitkannya untuk menyeimbangi kekuatan Vrannver.
Vrannver : "Kubilang FOKUSKAN!"
Suara dentingan besi pedang terdengar keras dan nyaring. Beruntungnya, meskipun kondisi melemahkannya, ia masih bisa menyambut serangan tersebut dengan ke 2 pedang yang masih bisa ia raih dan kendalikan. Mungkin jika terlambat sedikit saja, itu akan menjadi serangan terakhir Vrannver.
Seolah, waktu berjalan dengan lambat. Tiba-tiba, Lucyver mendengar suara wanita misterius di dalam kepalanya.
Woman's Voice : "Aku tidak mau berakhir seperti ini..."
Sontak saja berhasil membuat Lucyver sangat terkejut.
King Lucyver : ("Siapa kau..?")
Woman's Voice : "Tolong aku..."
King Lucyver : ("Mungkinkah... Itu adalah kau yang menderita..?")
Lucyver mulai menyadari jawaban dari koneksi misterius yang menyakitkan jantung abadinya.
King Lucyver : ("Aku paham sekarang! Jadi kau rupanya. Aku tidak tahu siapa kau, kau sudah memberikan rasa sakitmu padaku. Dan aku akan memberikanmu keberanian dari seorang Raja Varrzanian!")
Tekad Lucyver kembali bangkit. Meskipun dengan menanggung rasa sakitnya. Membuat kedua mata merahnya bersinar. Dengan cahaya yang dingin. Memantik aura hitamnya semakin membesar. Mengalir ke dalam ke 2 pedangnya.
King Lucyver : ("Aku perintahkan padamu! Rasakan keberanianku! Lawan ketakutanmu!!")
Lucyver mengerahkan semua tingkat kekuatannya agar kekuatan keberaniannya dapat terhubung dengan sosok misterius yang baru saja mendatangi pikirannya.
「 Somewhere Unknown 」
Terdengar suara lantang yang memekik di pikiran Yuna. Jantungnya terasa berhenti berdetak. Nafasnya pun berhenti. Sedangkan Yukito masih menikmati manisnya tubuh yang selalu ia idamkan. Yang bahkan sudah hampir setengahnya terekspos.
Secara tiba-tiba, Yukito mendengar suara misterius di kepalanya. Dan aksinya pun terhenti.
Mysterious Woman's Voice : "Kau sangat menikmati tubuhnya, bukan? Kau memang manusia yang menjijikan!"
Suara wanita misterius ini terdengar lembut nan dingin.
Tiba-tiba, Yukito dikejutkan dengan rasa menusuk dari dalam kepalanya. Seperti dihujam ratusan jarum yang panjang. Sontak saja, Yukito kesakitan sambil memegang kepalanya. Sekaligus menghentikan hasrat terpendamnya di tengah agendanya menikmati rasa manis dari seorang Yuna.
Yukito : "Siapa yang baru saja berbicara padaku..?"
Tiba-tiba, terdengar suara tawa kecil dingin yang ternyata berasal dari Yuna yang wajahnya tengah berpaling. Tertutupi sebagian rambut sampingnya yang tidak beraturan.
Yukito terkejut juga bingung jika memang suara itu berasal dari Yuna. Secara mengejutkan, kain yang sejak tadi menutup mulut Yuna itu terbuka dengan sendirinya. Bagaimana bisa kain itu terbuka? Seolah seseorang telah membukanya.
Mysterious Woman's Voice : "Kenapa berhenti? Tidakkah kau sangat menginginkan tubuh ini, bukan?"
Sontak saja keterkejutan Yukito semakin menjadi jika suara tersebut memang berasal dari Yuna. Apakah itu benar Yuna?
Perlahan, wajah Yuna mulai teralihkan. Kedua mata itu terlihat perlahan akan terbuka. Wajah itu semakin terlihat. Sungguh mengejutkan, kedua mata Yuna telah berubah menjadi warna merah yang terang dan tajam. Berhasil membuat Yukito sangat terkejut.
Yuna bermata merah itu mulai menunjukkan senyuman lembut tepat di depan mata Yukito.
Red-Eyed Yuna : "Kau yakin ingin menghentikan hasratmu padaku? Atau... Kau lebih memilih pilihan yang lain? Seperti... Merasakan hasrat setelah KEMATIAN?"
Seketika, Yukito seperti merasa tercekik di bagian lehernya. Membuatnya sulit bernafas. Ia bahkan mencoba menggaruk lehernya sendiri. Namun tidak terasa apa pun yang menyentuh lehernya. Yukito terlihat mulai tersiksa.
Yuna bermata merah itu tertawa kecil yang manis namun sadis. Ikatan yang sejak tadi mengikat tangan dan kakinya mulai terbuka. Tali-tali itu seolah bergerak seperti ular dan diperintah. Yuna bermata merah meregangkan kedua tangannya ke atas kepalanya. Rasa kepuasan bisa terlihat di wajahnya. Sembari mengangkat dagunya.
Red-Eyed Yuna : "Aaaahhh! Lega sekali. Ini jauh lebih baik."
Yuna bermata merah memiringkan kepalanya sambil memainkan jari jemarinya di antara garis leher putihnya. Seolah mencoba menggoda Yukito yang masih tersiksa dengan rasa mencekik yang luar biasa.
Red-Eyed Yuna : "Jadi kau sangat menginginkanku seutuhnya?"
Jari jemari itu semakin turun menuju bagian dadanya yang terekspos dengan indahnya. Menunjukkan sentuhan lembut jarinya di atas garis bagian tubuhnya yang terindah. Dengan nafas yang mendesah. Senyuman manis dari bibir merah muda yang menggoda. Dan sorot mata merah yang mempesona.
Yukito tidak bisa berbuat apa pun. Bahkan tubuhnya yang berposisi di atas Yuna, tidak bisa ia gerakkan hanya untuk bisa menghindari ketakutannya.
Red-Eyed Yuna : "Kau gila karena aku? Ehehehe!"
Yuna bermata merah meraih wajah Yukito yang terlihat menderita. Tanpa bisa berkata apa pun karena cekikan yang ia rasakan.
Yukito sangat terkejut. Sentuhan tangan Yuna terasa sangat dingin dan menusuk wajahnya. Menambah sensasi penderitaan semakin meningkat.
Red-Eyed Yuna : "Jika kau memang tergila-gila padaku, aku bisa membuatmu semakin tergila-gila padaku! Kau ingin tahu bagaimana aku melakukannya?"
Yuna mulai memainkan tangannya lagi. Jari jemarinya bermain dengan menggoda di wajah Yukito. Mulai dari alis dan matanya.
Red-Eyed Yuna : "Matamu sungguh menawan..."
Memainkannya di antara bibir Yukito yang memucat dan terbuka. Yang sekarang mengering.
Red-Eyed Yuna : "Bibirmu dan ucapanmu yang selalu terdengar manis. Wajah yang sungguh rupawan. Siapa yang tidak terpesona denganmu? Yukito!"
Jari-jari itu semakin menuruni bagian rahang, hingga ke garis leher Yukito dengan sentuhan yang lembut dan menggoda. Namun tidak bagi Yukito.
Red-Eyed Yuna : "Kau memiliki pesona yang luar biasa! Tidak mengherankan, dengan kelebihan itu, satu, dua dan tiga gadis muda itu dapat terpikat pesonamu! Ehehehe! Kau sungguh luar biasa tapi... Kau menjijikan!"
Sungguh mengejutkan, bagaimana bisa Yuna bermata merah itu mengetahui masa lalu Yukito? Sontak saja menambahkan rasa sakit dibalik rasa sesak yang tidak terbentuk. Yukito bahkan mencoba untuk berusaha keras mengambil nafas, untuk membuatnya tetap hidup. Namun ternyata begitu sulit.
Red-Eyed Yuna : "Tampan namun menjijikan. Titel yang sangat cocok untuk manusia rendahan sepertimu!"
Saat tangan lembut itu menyentuh bagian dada kiri Yukito yang terbuka, secara tiba-tiba, Yukito merasakan rasa sakit yang hebat di dalamnya. Jantungnya terasa seperti akan meledak.
Yuna bermata merah merasa begitu puas dengan ekspresi Yukito yang kesakitan dan tersiksa. Hingga membuatnya tertawa dengan nada yang sadis. Lalu, mendorong tubuh Yukito hingga menyentuh tanah.
Tubuh Yukito terasa sebagian kaku dan gemetar, tangannya meraih dada kirinya, meremasnya. Matanya hingga terbelalak karena sensasi tajam yang menusuk jantungnya.
Yuna bermata merah membangkitkan tubuhnya. Lalu memandangi Yukito yang menderita. Senyuman manisa masih terus mempercantik wajahnya yang dingin, sembari memiringkan sudut kepalanya.
Red-Eyed Yuna : "Bagaimana rasanya? Yukito!"
Yuna bermata merah kemudian mengangkat tangan kanannya. Dengan kekuatan magis, ia memerintahkan tubuh Yukito untuk segera bangun dan berdiri. Dengan kendalinya, rasa sesak itu mulai hilang. Namun, rasa sakit itu masih dibiarkan bersarang di dalam jantung Yukito.
Yukito dalam kendalinya. Wajahnya sudah terlihat lemas. Tidak berdaya. Nafasnya melemah. Yuna bermata merah berjalan mendekati Yukito.
Yukito : "Siapa... Kau sebenarnya..?"
Red-Eyed Yuna : "Ehehehe! Pertanyaan yang lucu! Kau lupa siapa aku? Aku adalah Sakurana Yunareika. Gadis yang sangat kau inginkan! Yang membuatmu jatuh cinta dan tergila-gila! Membuatmu berhasrat ingin memilikinya! Kenapa? Kau mau mendengar apa yang ingin kukatakan?"
Tanya Yuna bermata merah sambil membelai wajah Yukito dengan lembut, namun tetap terasa seperti jutaan jarum es yang menusuk.
Red-Eyed Yuna : "Karena rasa depresimu dan masa lalumu! Ah, Hahaha!"
Yukito sangat terkejut dan mulai merasa cemas. Sekali lagi, ia tidak percaya dengan apa yang baru saja gadis yang telah berubah ini katakan.
Red-Eyed Yuna : "Kau tidak percaya? Aku tahu segalanya termasuk masa lalumu yang tergelap! Katakan saja, rahasia apa yang tidak kuketahui tentangmu?"
Yuna bermata merah semakin mendekatkan tubuhnya, seolah tengah menggoda. Kedua tangannya mulai bermain lagi diantara bagian dada Yukito yang terbuka dan berotot sempurna.
Yukito justru semakin meringis kesakitan karena sentuhan tangan lembut yang bagaikan jutaan jarum es itu.
Red-Eyed Yuna : "Kau berharap, kau bisa merubah nasibmu. Namun sangat disayangkan, sisi tergelapmu menolaknya. Dan tetap bisa menguasai pikiranmu yang lemah."
Kedua tangannya sekarang mengarah ke bagian perut Yukito. Bukannya merasakan sensasi lembut, namun rasa sakit yang mulai menjalar ke bagian yang di sentuh itu.
Red-Eyed Yuna : "Dan tetap saja, pikiran lemahmu yang sudah dikuasai sisi tergelapmu yang menawan itu, tidak pernah bisa membuatmu berubah!"
Yuna bermata merah membuka bagian dada kiri Yukito dan langsung memberikan ciuman lembutnya. Yukito menjerit kesakitan, semakin meringis dengan rasa sakit tersebut. Ciuman yang bagaikan pisau yang menyayat perlahan jantungnya.
Yukito : "Aaaagh! He-Hentikan.."
Red-Eyed Yuna : "Aaaahh... Sisi tergelap hati manusia adalah sesuatu yang terindah! Ahahaha!"
Yuna bermata merah mendorong tubuh Yukito dengan keras. Hingga terbentur dengan kerasnya juga. Yukito bisa merasakan tubuhnya bisa ia kendalikan lagi. Yukito pun segera terbangun. Berusaha untuk menyelamatkan dirinya dan langsung berbalik. Namun lagi-lagi, kali ini kedua kakinya tidak bisa digerakkan. Yukito kembali terjatuh.
Red-Eyed Yuna : "Kau pikir, kau bisa semudah itu lari? Setelah apa yang sudah kau perbuat pada sisi tubuh berharga milikku?"
Yukito : "Tidaak! Lepaskan aku!"
Kepanikan dan ketakutan mulai menyelimuti jiwanya.
Red-Eyed Yuna : "Lihatlah aku sekarang, Yukito."
Entah apakah ia merasa dikendalikan lagi atau tidak, Yukito membalikkan tubuhnya, pandangannya langsung tertuju pada Yuna bermata merah. Namun sungguh mengejutkan, Yukito melihat sepasang sayap hitam yang sudah ada di belakang punggung Yuna bermata merah. Bersamaan dengan munculnya aura hitam kemerahan. Berhasil membuat tingkat rasa takut Yukito semakin membesar. Kedua matanya melebar karena refleksi keterkejutannya.
Yukito : "Ka-Kau sebenarnya iblis!"
Red-Eyed Yuna : "Aku? Iblis? Huumm, tega sekali kau mengatakanya padaku..."
Balas Yuna bermata merah dengan nada suara yang sengaja dibuat manja. Namun, senyum manis nan sadis itu tetap kembali ditunjukkan.
Red-Eyed Yuna : "Tapi kau benar, Yukito. Tapi bukankah kau juga seekor iblis? Iblis rendahan yang menjelma menjadi manusia tampan yang menjijikan!"
Yuna bermata merah perlahan berjalan mendekati Yukito yang panik.
Yukito : "Tidaak... Apa yang akan kau lakukan padaku? Menghabisiku..?"
Red-Eyed Yuna : "Tidak. Tenang saja. Manusia rendah sepertimu tidak pantas kuhabisi. Tapi! Aku akan memberikanmu hukuman hasrat termanis yang akan selalu kau nikmati sampai dengan akhir hidupmu! Ehehe!"
Kedua mata merahnya bersinar dengan tajam. Memberikan efek menakutkan yang langsung masuk ke dalam jiwa Yukito. Reflek saja, Yukito menjerit ketakutan dengan sensasi menyakitkan di jantungnya.
Tubuhnya memberontak ke kanan dan ke kiri. Terlihat gemetar. Matanya terbelalak. Keringat yang dingin mulai mengalir dengan deras.
Yukito : "Aaagh! Aah, HENTIKAN!"
Secara tiba-tiba, terdengar sara wanita muda yang terdengar lirih. Tidak hanya satu suara saja.
Young Woman's Voice 1 : "Yukito... Kenapa kau meninggalkanku..?"
Young Woman's Voice 2 : "Aku menunggu janjimu waktu itu... Kenapa kau tidak pernah datang..."
Young Woman's Voice 3 : "Yukito... Tidakkah kita saling mencintai..? Kenapa kau meninggalkanku begitu saja..."
Yukito sangat terkejut, karena ia sangat mengenali ke 3 suara wanita muda yang bersahut-sahutan. Yukito menengok ke belakang dengan wajah yang panik.
Sungguh mengejutkan! Muncul ke 3 sosok wanita muda yang sangat Yukito kenali di masa lalunya. Berdiri di kedua sisi Yuna bermata merah. Wajah mereka tampak pucat. Terlihat sangat sedih dan lusuh. Aura hitam yang tipis menyelimuti ke 3 wanta muda ini. Mereka terlihat menakutkan.
Three Young Woman : "Kenapa, Yukito..? Kenapa..? Kenapa kau tega melakukannya pada kami..? Kau membuang kami begitu saja... Kau jahat, Yukito! Kenapa?!"
Ke 3 wanita muda itu mendekati Yukito, mereka sangat ingin meraih Yukito dengan tangan-tangan mereka yang menyeramkan. Yukito semakin panik. Ia berusaha melarikan diri, tetap tidak bisa.
Three Young Woman : "KENAPA YUKITO! KENAPA KAU TIDAK MENCINTAI KAMI! KEENNAAAAPAAA?!"
Ke 3 suara wanita muda itu berubah. Kombinasi suara wanita dan monster. Terdengar mengerikan. Berhasil membuat Yukito semakin ketakutan saat ke 3 wanita muda itu telah menangkap Yukito dan memasukkannya ke dalam alam kegelapan yang dipenuhi depresi, kecemasan dan ketakutan. Yukito tidak berhasil menyelamatkan dirinya. Ia sudah semakin jatuh ke dalam alam kegelapan tersebut.
Yuna bermata merah tersenyum manis penuh kepuasan. Seketika, garis bibirnya berubah menjadi tajam, sembari memperlihatkan sedikit barisan giginya yang putih dan gigi taring yang ada di antaranya. Sambil menikmati drama penderitaan di depannya.
Red-Eyed Yuna : "Kau pantas mendapatkannya! Ah, hahahaha!"
「 Interrogating Kishida 」
Darah menetes perlahan. Satu persatu jatuh ke atas tanah yang kering. Keisuke terkejut dengan hal yang tidak terduga tersebut. Saat melihat pisau tersebut telah menusuk lengan kanan Sasouke, saat Sasouke berusaha mencegahnya.
Keisuke : ("Kishida! Dia wanita yang nekat!")
Kishida : "Sebaiknya, kau mati saja bersama dengan gadis yang kau cintai itu!!!"
Sasouke : "Akhirnya, kau mengakui semuanya..!"
Apa yang terjadi? Sasouke bahkan terlihat tidak kesakitan karena tusukan itu. Ekspresi wajahnya tetap dingin dan emosional. Tangan Sasouke langsung mencengkeram lengan Kishida dengan erat.
Sasouke : "Itulah yang sejak awal kutunggu!"
Kishida sangat terkejut karena ekspresi Sasouke yang dianggapnya mengerikan. Membuatnya mundur dan melepaskan pisau yang sudah tertancap itu.
Kishida : "Kau sudah tidak waras, Sasouke! Kau rela mati demi dia?!"
Geram Kishida dibalik bahasa tubuhnya yang panik dan gemetar.
Sasouke : "Sudah kukatakan padamu. Apa kau lupa? Bahkan jika harus mengorbankan nyawaku, aku tidak akan segan untuk melakukannya!"
Sasouke langsung mencabut pisau tersebut setelah mengangkat lengannya. Darah pun menyembur dengan deras, hingga beberapa tetesannya menodai wajah dingin Sasouke. Sontak saja, berhasil membuat Keisuke dan Kishida terkejut setengah mati.
Sasouke menunjuk Kishida dengan tangan yang sudah terluka dan berlumuran darah itu. Rasa sakit itu benar-benar tidak mempengaruhi tingkat amarah Sasouke.
Sasouke : "Kishida! Kau harus membayar kejahatanmu!"
Sasouke berjalan mendekati Kishida dengan pisau penuh darah di tangan kirinya. Kishida mulai ketakutan, berjalan mundur.
Kishida : "Kau benar-benar sudah gila! Jangan mendekat lagi!!"
Hingga Kishida terpojok, tidak ada celah untuk lari. Sasouke semakin mendekat. Keisuke berusaha untuk menghentikan Sasouke dengan menahan tubuhnya dari belakang. Ia khawatir jika Sasouke sampai melakukan hal yang di luar nalarnya demi membalas dendam.
Keisuke : "Sasouke! Kendalikan dirimu! Kumohon, dengarkan temanmu ini! Kishida sudah menusukmu, dia sudah menambah daftar kriminalnya! Kumohon padamu, kau jangan menambahnya lagi! Pikirkan Yuna!"
Tiba-tiba, Sasouke mengangkat pisau tersebut. Dan langsung melayangkannya ke depan dengan cepat. Sontak saja, Kishida semakin panik dan takut jika ternyata Sasouke akan menghabisinya untuk balas dendam.
Kishida : "HENTIKAN!!"
Keisuke : "Jangan, Sasouke!"
Keisuke berusaha semakin keras untuk mencegahnya. Namun sulit. Pisau itu pun sudah tertancap pada sebuah papan kayu di dekat Kishida berdiri. Jarak pisau tersebut bersebelahan dengan wajah Kishida. Jantung Kishida terasa berhenti berdetak sehingga hawa dingin dari ketakutannya semakin menguasai seluruh tubuhnya.
Keisuke pun terkejut, sampai tidak bisa berkata apa pun. Jantungnya serasa baru saja terpisah dari tubuhnya.
Apakah Kishida bisa merasa lega sekarang?
Sasouke : "Dengar! Aku tahu bahwa kau sebenarnya wanita yang memiliki kepribadian yang baik. Tapi, kau lebih berpihak pada sifat egoismu! Kau justru menciptakan hatimu sendiri dengan kegelapan. menginginkan segala yang kau inginkan dengan mudah. Kau tahu kenapa? Karena aku selalu percaya, seluruh wanita muda di Desa Rashvarrina adalah wanita yang baik. Seperti sejarah Rosalina Berry yang telah banyak memberikan kebaikan dari rasa manis buahnya dan selalu tumbuh dengan menghasilkan buah yang melimpah setiap tahunnya. Seperti itulah wanita dari Desa Rashvarrina. Tapi kau! Kau telah merusak kebaikanmu sendiri! Cobalah ingat kembali kata-kataku sebelumnya. Kenapa aku lebih memilih Yuna."
Jelas Sasouke dengan terus terang. Berhasil membuat Kishida semakin terpojok. Tanpa bisa membalasnya dengan mulutnya yang tajam.
Keisuke menghela nafas panjang. Disisi lain, ia bersyukur. Sasouke tidak sampai berbuat hal yang lebih nekat lagi. Disisi lainnya, Keisuke mulai merasa iba dengan Kishida karena ucapan Sasouke seluruhnya.
Keisuke : "Nona Kishida. Sebaiknya, kau menyerah saja dan akui perbuatanmu. Ini semua sudah melewati batas. Aku tidak bisa menjamin bagaimana kau akan dihukum."
Kishida mulai merasa lemas, dengan kedua mata yang melebar. Ia terlihat sangat terkejut sekaligus terpukul akibat perbuatannya sendiri. Tubuhnya pun terjatuh, tersungkur ke tanah. Dengan wajah yang tertunduk. Dan kedua tangan yang menyentuh tanah. Sambil membawa emosinya sendiri. Kedua tangan itu gemetar dan mengepal dengan kuat. Air mata keluar begitu saja. Namun bukan tanda kesedihan terdalamnya.
Keisuke : "Sasouke, kau baik-baik saja?"
Tanya Keisuke dengan wajah yang cemas, sembari memegang pundak Sasouke.
Sasouke : "Jangan khawatir. Pastikan saja, Kishida tidak akan melarikan diri. Dan kali ini, kita harus mendapatkan jawabannya."
Keisuke : "Tapi, bagaimana lenganmu?"
Sasouke : "Jangan dipikirkan. Rasa sakit seperti ini bukan apa-apa bagiku. Melihat Yuna terluka, itu lebih menyakitkan untukku."
Keisuke terkejut.
Keisuke : "Baiklah. Akan kulakukan."
Keisuke pun mulai menginterogasi Kishida dengan cara yang pernah ia pelajari. Sedangkan Sasouke dengan wajahnya yang lurus, memandangi Kishida yang sudah tidak bisa melakukan apa-apa.
Setelah beberapa saat kemudian, interogasi pun membuahkan hasil. Kishida tidak akan bisa melarikan diri, karena Keisuke mengikatnya sampai dengan tim unit keamanannya datang.
Mereka berdua pun bergegas, membawa lari kaki-kaki mereka menuju tempat dimana Yuna disekap. Disebuah gudang tua yang sudah lama kosong. Berharap, tidak terjadi hal yang buruk pada Yuna.
Sesampainya, Sasouke langsung mendorong pintu besar gudang tersebut dengan seluruh tenaganya. Luka di tangan itu benar-benar tidak menghalanginya. Cahaya pun masuk ke dalam ruang gudang yang temaram. Dan terlihat sosok yang sedang terduduk di atas tanah dengan wajah yang tertunduk dan sedang menangis. Ternyata itu adalah Yuna. Yang sedang memeluk dirinya sendiri.
Sasouke : "Yunaa!"
Mereka berdua pun segera berlari menghampiri Yuna yang dalam keadaan takut dan menangis. Mereka juga terkejut dengan kondisi pakaian Yuna yang sudah terbuka sebagian karena di robek dengan paksa.
Sasouke : "Yuna, kau baik-baik saja?"
Keisuke : "Astaga! Apa yang terjadi sebenarnya?"
Sasouke meraih wajah Yuna yang memeriksanya. Yuna terlihat sangat ketakutan hingga menangis. Hal tersebut membuat Sasouke sangat terpukul dengan melihat kondisi Yuna yang menyedihkan. Keisuke pun membuka mantel seragamnya untuk menutupi bagian tubuh Yuna yang terbuka.
Yuna : "Sa... Souke..."
Ucap Yuna dengan nada yang lirih dan lemah. Sungguh menyedihkan. Sasouke langsung memeluk Yuna ke dalam tubuhnya. Untuk memberikan rasa nyaman yang dibutuhkan, menggantikan rasa trauma yang baru saja Yuna alami. Yuna semakin menangis di dalam pelukan Sasouke.
Yuna : "Aku takut, Sasouke... Aku takut..."
Sasouke : "Maafkan aku, Yuna... Aku terlambat... Aku sungguh minta maaf..."
Balas Sasouke dengan sesal. Semakin memeluk Yuna dengan erat. Kesedihannya tidak bisa dibendung lagi. Keisuke pun ikut menyesalinya.
Keisuke : "Maafkan aku juga, Yuna..."
Keisuke pun menghela nafas dengan berat.
Keisuke : "Tapi syukurlah, kita masih bisa menyelamatkanmu..."
Keisuke memperhatikan keadaan sekitar gudang yang temaram.
Keisuke : "Tempat ini memang cocok untuk melakukan kejahatan. Jauh dan cukup tersembunyi."
Samar-samar, Keisuke melihat seseorang yang berbaring di tengah kegelapan dalam posisi tubuh yang terlentang.
Keisuke : "Siapa disana? Mungkinkah--"
Keisuke langsung mendekatinya. Pria itu terlihat tidak bergerak. Keisuke tidak bisa mengenali pria tersebut karena gelap. Keisuke mencoba memeriksa denyut nadinya lewat bagian leher. Keisuke bisa merasakannya, namun sangat lemah.
Keisuke : "Dia tidak mati."
Keisuke memutuskan untuk meninggal sosok pria tersebut dan kembali pada Sasouke yang berusaha menenangkan Yuna yang trauma.
Keisuke : "Sasouke, aku menemukan seseorang disana. Dia tidak sadarkan diri. Bisa saja dia adalah pelakunya. Aku akan mencari bantuan secepatnya. Untuk sementara tetaplah disini, sampai aku kembali."
Sasouke : "Baik, aku mengerti..."
Jawab Sasouke yang masih luput dalam kesedihannya. Keisuke pun segera berlari, mempercepat langkah berlari demi meraih waktu untuk bisa mencari bantuan yang dibutuhkan. Sekaligus menyelesaikan kasus ini.
Sementara itu, Sasouke masih berusaha menenangkan Yuna yang terus menerus menangis dalam pelukannya. Sasouke bisa merasakan tubuh Yuna yang gemetar karena ketakutan.
Sasouke : ("Seharusnya, aku melindungimu... Seperti janjiku... Seharusnya aku bisa lebih cepat lagi... Maafkan aku, Yuna... Akan kutebus kesalahanku ini di masa depan... Aku berjanji!")
Ucap dalam hati Sasouke, sambil tidak sedetik pun melepaskan pelukannya. Air matanya mengalir begitu saja.
「 The Imperial Sword Hall 」
Adu pedang itu berhenti. Vrannver terlihat tersungkur ke tanah dengan posisi berlutut. Dengan pedang panjang yang tertancap ke tanah untuk menahan tubuhnya. Janggalnya, Vrannver terlihat kelelahan. Nafasnya naik turun dengan perlahan. Apakah tenaganya terkuras sangat banyak? Padahal Keturunan Vortexian memiliki kelebihan yang sangat luar biasa dalam hal durabilitas staminanya.
Sedangkan Lucyver, ia sedang berdiri. Nafasnya pun terdengar melemah. Eskpresi wajahnya tidak terbentuk apa pun. Rasa sakit di jantung abadinya telah menghilang. Yang kini justru tergantikan dengan perasaan lainnya yang datang.
Pedang ditangan kanannya terlepas. Tangan kanan yang kosong itu pun meraih dada kirinya. Ia bisa merasakan debaran jantungnya yang normal namun masih lemah.
Tiba-tiba, air mata mengalir dari kedua matanya. Bukan karena kesedihannya. Tapi efek lain dari sensasi perasaan baru yang ia rasakan setelah rasa sakit itu menghilang. Wajahnya menunjukkan emosi apa pun.
King Lucyver : "Perasaan apa ini..?"
Vrannver memperhatikan ekspresi putranya. Lalu bangkit berdiri dan membiarkan pedang panjangnya masih tertancap.
Vrannver : "Itulah yang disebut perasaan kesedihan, putraku. Kesedihan karena hati yang sakit itu terasa lebih menyakitkan bagi seorang manusia. Tidakkah kau ingat bagaimana saat itu kau harus kehilangan ibumu? Seperti inilah, kau mengekspresikannya. Itulah yang disebut dengan cinta."
King Lucyver : "Cinta..?"
Vrannver menjawab dengan anggukan kepala yang perlahan. Wajah Vrannver terlihat lebih tenang. Pedang panjang yang tertancap itu perlahan menghilang.
Vrannver berjalan ke arah Lucyver, sambil melepaskan mantel yang selalu ia pakai di berbagai pertempuran. Saat mendekat, Vrannver menyelimuti Lucyver dengan mantel bersejarah tersebut. Lucyver hanya terdiam.
Vrannver : "Dengan ini, kau sudah resmi menjadi Raja Varrzanian yang ke 10. Meneruskan tahtaku dan perjuangan para leluhurmu. Pimpinlah Kerajaan Varrzanian dan seluruh negeri dengan seluruh kekuatanmu."
Vrannver memegang kedua pundak Lucyver dengan lembut. Kemudian, mengusap rambut Lucyver dengan lembut. Lucyver terkejut. Sangat jarang ia bisa merasakan perlakuan itu lagi setelah ia dewasa.
Vrannver : "Kau memang putra ayah. Putra kesayangan ibumu. Jadilah Raja Varrzanian yang terhebat sepanjang masa. Dan jagalah kebahagiaanmu kelak bersama dengan Jodoh Terikatmu di masa depan."
Vrannver tersenyum dengan lembut. Lalu, memeluk Lucyver tanpa ragu. Membenamkan kepala putranya ke dalam pundak dadanya. Membuat Lucyver bisa merasakan tubuh ayahnya yang hangat dan memiliki wangi yang khas. Wangi yang membuatnya rindu. Sikap itu telah menunjukkan sisi terlembut Vrannver sebagai seorang ayah yang menyayangi putranya. Lucyver terkejut.
Vrannver : "Ayah selalu bangga padamu. Ibumu juga merasakan hal yang sama. Dengan begini, ayah bisa pergi dengan tenang. Pegang janji itu. Kau mengerti?"
King Lucyver : "Aku berjanji, ayah..."
Lucyver menutup kedua matanya. Membalas pelukan sang ayah. Wajahnya terlihat lebih tenang, sambil menikmati kehangatan pelukan yang sudah lama tidak ia rasakan lagi sejak sang ibu pergi untuk selamanya. Meskipun sekarang, hanya sang ayah saja yang bisa memberikan pelukan itu. Namun bagi Lucyver, itu tidaklah terasa berbeda.
Sementara itu, disebuah tempat yang tinggi di aula tersebut, Lucyanna yang hanya sebagai penonton telah menyaksikan keseluruhan teater penuh emosional tersebut. Lucyanna pun ikut tersenyum saat melihat ending dari drama ujian pertarungan yang menguras banyak emosi, tenaga dan pikiran tersebut.
Lady Lucyanna : ("Jangan khawatir, ayah... Ibu... Akan kupastikan, saudaraku akan menjadi Raja Varrzanian yang melebihi harapan kita semua...")
Seluruh aula tersebut berubah menjadi lebih terang. Seperti matahari yang telah menggantikan awan mendung yang sejenak meredupkan kehidupan.
「 After The Incident At Rashvarrina Village 」
Setelah insiden yang tidak terduga itu, beruntungnya satuan unit keamanan dari Kerajaan Rozalian Forstrand telah tiba. Dan segera mengamankan Kishida yang tidak akan bisa kabur.
Kemudian, saat Keisuke mengarahkan sebagian unitnya menuju gudang kosong tempat kejadian perkara, mereka pun segera menyelamatkan Sasouke dan Yuna. Ryoko dan Ryuga juga ikut setelah mengetahui kabar mengejutkan tersebut.
Mereka juga langsung mengevakuasi seseorang lagi yang Keisuke temukan. Saat pria tersebut berhasil dibawa ke tempat yang terang, Keisuke pun memanggil Sasouke untuk melihat pria misterius ini.
Keisuke : "Sasouke, kau harus melihat ini."
Sasouke pun mengiyakan. Dan menyerahkan Yuna pada Ryoko untuk segera di bawa ke klinik desanya untuk diperiksa. Ryuga pun merasa penasaran dan menyusul Sasouke.
Keisuke : "Kau kenal siapa pria ini?"
Ryuga dan Sasouke terkejut. Namun Sasouke merasa emosinya menaik saat melihat pria yang baru saja di evakuasi tersebut. Dia adalah Yukito yang tidak sadarkan diri. Kondisinya tidak terduga. Di bagian lehernya terdapat tanda hitam yang melingkari sekitar lehernya. Dan bagian dada kirinya menghitam. Yukito sedang diperiksa oleh seorang unit keamanan. Dan ditemukanlah sebilah pisau kecil di saku celananya.
Itu cukup membuktikan dengan kondisi pakaian Yuna yang tersobek.
Men's Security Unit : "Jelas sekali. Jenis pisau lipat ini adalah milik pria ini. Dialah tersangka untuk bagian pekerjaan eksekusinya."
Ryuga : "Sulit kupercaya... Yukito tega melakukannya. Apa motifnya?"
Sasouke : "Percaya saja, Ryuga. Yukito bahkan bekerja sama dengan Kishida."
Ryuga : "Apa..?! Kau serius?! Bagaimana mungkin itu bisa-- Maksudku, jika itu Kishida aku bisa mengerti motifnya. Tapi Yukito--"
Ryuga merasa sangat tidak percaya dengan kebenaran tersebut.
Para pria unit satuan keamanan itu pun langsung membawa Yukito pergi. Keisuke pun pergi bersama mereka.
Sasouke : "Kishida memanfaatkan kelemahan Yukito tentang masa lalunya."
Ryuga : "Masa lalu Yukito?"
Sasouke : "Apa kau masih ingat dengan Keiko, Yumi dan Renka?"
Ryuga : "Kau bilang Keiko, Yumi dan Renka? Tunggu sebentar... Ah! Aku baru ingat sekarang! Pertama, bukankah Keiko sekarang sudah dilamar dan menikah dengan seorang saudagar kaya di Kota Quintessca?"
Sasouke : "Itu tidak benar. Sebenarnya, Keiko mengalami depresi yang berat dan dibawa oleh pamannya ke Kota Quintessca untuk mendapatkan perawatan. Alasan itu hanya untuk menutupi sakit yang dialami Keiko."
Ryuga : "A-Apa?! Lalu, Yumi dan Renka? Bukankah mereka sama-sama sudah di rekrut menjadi pelayan wanita di Kerajaan Vallazardian? Apakah itu juga--"
Sasouke : "Benar. Itu juga."
Sasouke berbalik dan pergi. Ryuga menyusulnya.
Sasouke : "Yumi mengalami gangguan kejiwaan. Sedangkan Renka mengalami trauma yang berat. Renka ikut dibawa bersama dengan kedua orang tua Yumi karena Renka yatim piatu. Yumi dan Renka adalah sahabat dekat. Mereka dibawa pindah ke Pusat Kota Vallazardian. Tentu saja alasan tersebut bisa mereka manfaatkan untuk menutupi apa yang terjadi dengan Yumi dan Renka."
Ryuga : "Sulit kupercaya. Bagaimana kau bisa tahu semua itu, Sasouke?"
Sasouke menghela nafas panjang yang berat. Lalu mengalihkan pandangannya ke langit yang sudah mulai gelap.
Sasouke : "Maaf, Ryuga. Sepertinya untuk yang itu, aku tidak bisa memberitahukanmu. Aku sudah berjanji akan menutup rahasia kelam ini. Hanya kau saja yang kuberitahu. Tolong, jangan ceritakan ini pada teman-teman yang lainnya. Ini demi menjaga perasaan ke 3 gadis yang malang itu. Sekarang, kita biarkan saja Keiko, Yumi dan Renka menjalani kehidupan mereka yang baru. Dengan begini, kesedihan mereka akan berkurang satu."
Ryuga merasakan simpati yang sama saat Sasouke mengungkapkannya.
Ryuga : "Kau benar. Lalu, apa hubungannya dengan Yukito?"
Sasouke : "Aku akan menyebutnya, Yukito tertarik dengan mereka dan mereka merasa jatuh cinta pada Yukito karena perlakuan hangatnya. Sampai-sampai, mereka rela memberikan harta berharga mereka pada Yukito. Dengan berharap, Yukito akan mencintai mereka dengan ketulusannya. Tapi ternyata tidak. Harapan dan cinta mereka dibuang begitu saja oleh Yukito. Kau tahu? Seperti kaca yang pecah, lalu pecahan itu dibersihkan dan dibuang begitu saja. Begitulah Yukito menganggap mereka."
Ryuga : "Kau bilang harta berharga mereka? Apa maksudmu seperti perhiasan?"
Sasouke : "Bukan seperti itu. Maksudku..."
Sasouke mendekati Ryuga, merangkulnya lalu memberikan jawabannya melalui bisikannya. Ryuga pun paham dengan maksud Sasouke.
Ryuga : "Ooh, ternyata itu maksudnya. Aku tidak menyangkanya. Yukito akan melakukan hal seperti itu. Itu berarti, Yuna juga--"
Sasouke : "Ya, Yuna juga. Dan hampir menjadi targetnya. Jika saja aku terlambat sedetik saja, Yuna mungkin akan bernasib sama seperti mereka. Seperti kaca. Yang seharusnya dijaga dengan baik. Tapi ketika kau tidak sengaja memecahkannya, kau akan membuangnya begitu saja."
Ryuga : "Tidak bisa kupercaya! Aku mengira Yukito itu pria muda berbakat dan juga ramah, ternyata dia bisa melakukan hal segila itu. Syukurlah, Yuna masih sempat diselamatkan. Aku bangga padamu, teman."
Puji Ryuga karena keberanian Sasouke. Sasouke membalasnya dengan senyum yang lemah karena ia merasa kelelahan.
Sasouke : "Ya, yang terpenting sekarang Yuna selamat. Aagh... Seluruh tubuhku kaku semua."
Sasouke melakukan peregangan dengan melipat tangan kanannya dan dibawa ke sisi kiri. Ryuga sangat terkejut dengan darah yang mengering dan luka besar di tangan Sasouke.
Ryuga : "Sasouke?! Tanganmu berdarah? Dan luka mengerikan apa di tangan kananmu itu? La-Lalu, kau merangkulku dengan tangan berdarahmu itu?!"
Ryuga langsung merasakan seluruh tubuhnya merinding, seperti baru saja terkena sengatan listrik. Mengalir ke seluruh tubuhnya. Dari ujung kepala hingga ke ujung rambutnya. Keringat dingin terasa di belakang tengkuk lehernya.
Ryuga : "Hiiiy~~ Jangan sentuh aku lagi dengan tanganmu yang penuh darah itu! Siapa yang melakukannya padamu?! Ti-Tidak! Apa yang kupikirkan! Kita harus cepat ke klinik desa. Dan biarkan Ryoko mengobati luka mengerikan itu!"
Ryuga spontan menarik baju Sasouke, namun ia melihat bercak darah yang ada di baju Sasouke. Langsung saja Ryuga menarik tangannya. Tubuhnya merinding lagi. Apakah sebenarnya Ryuga takut dengan darah?
Ryuga : "Hiiy~~ Kenapa bajumu juga..?"
Sasouke tersenyum. Ia sangat mengetahui hal yang membuat sahabat terdekatnya bergidik. Sasouke membentangkan kedua tangannya.
Sasouke : "Ryuga, seharusnya kau merangkul temanmu ini. Aku terkena luka tusukan pisau yang cukup dalam. Aku merasa lemah sekarang."
Bujuk Sasouke dengan menunjukkan tubuh yang lemah namun wajahnya tersenyum, sambil mendekati Ryuga. Ryuga pun langsung menjauh dan semakin panik.
Ryuga : "Ja-Jangan mendekat, Sasouke! Ka-Kau harus segera ke klinik desa, a-atau aku akan--"
Sasouke : "Atau apa? Aku merasa baik-baik saja."
Balas Sasouke sambil tersenyum.
Ryuga : "Hiiiy~~ Kau itu manusia atau bukan? Luka sebesar itu kau anggap apa? Luka kecil saat kau masih anak-anak? Apa kau tidak sadar, Sasouke?!"
Sasouke : "Baiklah, baik. Aku mengalah. Tapi jangan tinggalkan aku sendirian disini. Bagaimana jika ditengah jalan, tiba-tiba aku tidak sadarkan diri karena luka ini? Siapa lagi yang bisa menolongku selain dirimu?"
Bujuk Sasouke lagi dengan memamerkan senyum lembutnya.
Ryuga : "Ja-Jangan mencoba mengecohku, Sasouke! Kau itu pria tertangguh yang lama kukenal! Ka-Kau pikir aku akan percaya? Dengan luka separah itu saja, kau masih bisa sesantai itu! Hiiiy~~ Sepertinya kau memang bukan manusia..."
Sasouke : "Baik, baik. Aku akan berjalan sendiri. Jangan tinggalkan aku."
Sasouke pun berjalan. Ryuga semakin panik. Dan berjalan lebih di depan sambil bergumam.
Ryuga : "Tidaak! Kau tetap di belakang sana! Aku tetap di depanmu! Jaaauuh di depanmu!"
Sasouke tersenyum dan akhirnya tertawa senang karena tingkah sahabatnya yang dianggap menyenangkan untuk dijadikan bahan candaan. Ryuga sampai bisa mendengar tawa girang Sasouke, membuatnya semakin bergidik.
Ryuga : "Hiiiy~~ Dengan luka seperti itu masih bisa tertawa? Sasouke itu apa sebenarnya?"
Gumam Ryuga yang terus berjalan tanpa menoleh lagi. Sedangkan Sasouke larut dalam kepuasannya setelah berhasil menggoda Ryuga.
Rasanya, Sasouke bisa melepaskan ketegangannya setelah insiden mengerikan yang terjadi.
Sasouke memandangi langit malam Desa Rashvarrina yang berhiaskan jutaan bintang-bintang. Wajahnya terlihat tenang. Tidak ada lagi yang ia cemaskan. Meskipun apa yang baru saja terjadi membuat rasa sesalnya menghantui isi kepalanya. Sasouke menghela nafas panjangnya dengan tenang.
Sasouke : ("Tenanglah Sasouke... Semua sudah berakhir... Tetaplah lindungi Yuna, apa pun yang terjadi...")
「 At The Village Clinic - In The Treatment Room 」
Yuna saat ini masih dalam perawatan Ryoko. Tubuhnya sudah dibersihkan dan memakai pakaian bersih yang Ryoko pinjamkan. Namun Yuna masih bisa merasakan trauma tersebut. Wajahnya sedikit murung.
Sekarang Yuna berada di ruang perawatan yang bersih dan tenang. Duduk di atas ranjang khusus pasien yang nyaman. Ryoko baru saja selesai mengobati luka-luka kecil Yuna.
Ryoko : "Selesai. Semuanya terlihat baik. Bagaimana perasaanmu, Yuna?"
Tanya Ryoko dengan lembut.
Yuna : "Aku... Baik-baik saja... Terima kasih, Ryoko..."
Jawab Yuna dengan nada suara yang lemah dan serak.
Ryoko : "Untuk sementara, kau harus beristirahat di klinik ini. Kami harus terus memantau perkembangan kesehatanmu. Apa kau mau sesuatu?"
Yuna membalas dengan menggelengkan kepalanya. Ryoko memahaminya, karena melihat kondisi Yuna yang masih shock.
Ryoko : "Kalau begitu, aku akan meninggalkanmu untuk beristirahat. Dan untuk sementara itu pun, aku akan melarang yang lain untuk mengunjungimu. Ini agar kau dapat kembali pulih dengan cepat. Jika kau butuh sesuatu, panggil saja. Ya?"
Yuna : "Baik, Ryoko..."
Ryoko mengusap pundak Yuna dengan lembut, lalu beranjak pergi dari ruangan tersebut untuk membiarkan Yuna beristirahat.
Setelah hanya Yuna sendirian, tiba-tiba air matanya mengalir. Tetesannya satu persatu jatuh, membasahi kedua tangannya yang tertaut. Tidak bisa dipungkiri, Yuna masih dihantui kejadian tersebut. Ia tidak percaya semuanya dapat terjadi.
Mulai dari kenyataan pedih tentang siapa sebenarnya Yukito, saat Sasouke berhasil menemukannya dalam kondisi yang memprihatikan, hingga memikirkan bagaimana perasaan Akimiya jika mengetahuinya.
Tubuhnya gemetar. Wajahnya tertunduk. Air mata mengalir semakin deras. Yuna menutup mulutnya dengan tangannya. Semoga suara tangisannya yang menyedihkan itu tidak terdengar siapa pun.
Yuna : ("Ayah... Maafkan aku... Aku sangat berharap bisa memutar balik waktu atau... Menghapus semua kejadian ini... Aku takut, ayah menjadi sedih... Semua orang menjadi sedih karena aku...")
Mysterious Man's Voice : "Kau ketakutan? Kenapa?"
Yuna begitu terkejut, saat tiba-tiba terdengar suara pria yang terdengar menggema di kepalanya. Berhasil menghentikan tangisannya.
Yuna : "Siapa itu..?"
Mysterious Man's Voice : "Kau bisa mendengarkanku? Aku tidak menyangka bisa berkomunikasi denganmu. Kau yang sudah mengirimkan rasa sakitmu padaku..."
Yuna : "Apa maksudmu..?"
Tanya Yuna, sambil menghapus jejak air matanya.
Mysterious Man's Voice : "Aku tahu... Kau baru saja mengalami penderitaan dan ketakutan yang tidak terduga, meskipun aku tidak bisa melihatnya... Tapi aku bisa dengan jelas merasakan rasa sakitmu... Dan aku tahu jika kau sekarang sedang menangis..."
Yuna semakin terkejut dengan semua ucapan suara pria misterius tersebut.
Yuna : "Kau merasakan semua yang kurasakan..?"
Mysterious Man's Voice : "Dan karena sakitmu itulah kita terhubung... Sakitmu menjadi penderitaanku juga... Jadi jangan takut... Kau harus berani... Karena kau sudah tidak harus menderita lagi..."
Yuna : "Kau benar... Tapi..."
Yuna tertunduk dalam rasa sesalnya.
Mysterious Man's Voice : "Kau tidak boleh merasa menyesal karena membuatku ikut merasakan rasa sakitmu... Jangan salahkan dirimu sendiri... Berhentilah menyesalinya... Karena dengan merasakan rasa sakitmu, aku harus belajar lebih banyak untuk memahami penderitaan orang lain..."
Yuna merenungi ucapan tersebut.
Yuna : "Kau benar... Semua sudah berlalu... Aku tidak boleh larut dalam kesedihanku... Terima kasih, ucapanmu sangat membantu perasaanku sekarang... Kau bisa merasakannya?"
Akhirnya Yuna bisa tersenyum meskipun sedikit.
Terlihatlah sosok yang sedang berkomunikasi dengan Yuna, jauh dari Desa Rashvarrina. Ia terlihat tersenyum juga.
Mysterious Man's Voice : "Itu bagus... Aku bisa merasakannya..."
Yuna : "Syukurlah... Tapi, siapa kau sebenarnya..?"
「 Somewhere Unknown 」
Mysterious Man's Voice : "Aku hanya seorang pria yang sedang belajar untuk memahami perasaan orang lain..."
Tanpa diduga, suara misterius yang sedang berkomunikasi dengan Yuna adalah seorang pria tinggi berambut hitam, mengenakan kemeja polos putihnya. Yang tersenyum. Sambil memandangi keluar jendela terbuka yang besar dan tinggi. Dimana angin malam membawa terbang tirai putih transparan beserta rambut hitamnya. Ia tengah memegang dada kirinya. Wajahnya terlihat tenang dengan sorot mata yang lembut.
Benarkah jika dia adalah... Lucyver?