「 The Varrzanian Palace 」
Malam bulan purnama yang indah, sedang menerangi satu bangunan terbesar dan megah. Sebuah istana Kerajaan Varrzanian yang selama beratus-ratus tahun berdiri kokoh. Sebuah kerajaan yang telah banyak menjaminkan kesejahteraan pada seluruh rakyatnya. Kerajaan yang terkenal tidak pernah mengalami kekalahan di setiap peperangan selama beratus-ratus tahun. Sebab keseluruh generasinya merupakan generasi terunggul sepanjang masa. Dan selalu terbukti dengan kapabilitas mereka sebagai seorang raja yang terbaik dari yang terbaik. Mampu memimpin dengan kekuatan teristimewa yang hanya dimiliki sepanjang satu garis generasi ini.
Saat ini, Kerajaan Varrzanian dipimpin oleh raja generasi ke 10. Generasi yang lebih istimewa dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Yang dinobatkan secara langsung oleh Dewa tertinggi dan teragung dalam hirarkinya. Yang melindungi seluruh keturunan Vortexian dan Kerajaan Varrzanian. Karena keistimewaan dari Dewa tersebutlah, maka keseluruh generasi para raja Kerajaan Varrzanian, diberkahi dengan kekuatan magis supernatural yang luar biasa. Karena itulah, banyak yang menganggap bahwa seluruh keturunan Vortexian bukanlah manusia.
Ada juga yang menganggap mereka adalah keturunan setengah dewa, sebab mereka bisa berusia lebih lama dari manusia biasa. Dan selalu terlihat awet muda meskipun usia mereka lebih dari 100 tahun. Ada juga yang menyebutnya sebagai keturunan yang sangat unggul. Sehingga, banyak dari berbagai pihak kerajaan lainnya yang ingin menikahkan putra putrinya dengan keturunan Vortexian. Agar terlahirlah generasi unggul yang memiliki keistimewaan dari darah generasi Vortexian.
Tidak banyak yang tahu dengan pasti tentang keturunan tersebut. Karena terlalu banyak misteri yang ada. Namun, tidak sedikit kerajaan dari negeri tetangga yang ingin menjalin hubungan bilateral dengan Kerajaan Varrzanian. Karena telah diakui kemampuannya dalam segala aspek.
Di suatu lorong panjang yang temaram, seorang wanita berjubah panjang dan wajahnya tertutupi oleh tudung hitam, berjalan dengan tergesa-gesa. Suara langkahnya terdengar menggema ke seluruh sudut lorong yang sedang ia lewati.
Kemudian, wanita itu membukakan pintu di hadapannya dengan sedikit tenaga. Suara pintunya terdengar memekik, memecah ketenangan istana. Ia baru saja memasuki ruangan yang hanya diterangi cahaya dari bulan purnama. Dan terlihatlah 3 orang pria tua berambut putih mengenakan jubah serba hitam. Dan seorang pria tinggi berambut hitam yang sedang berdiri membelakangi ke 3 pria tua tersebut, sambil memandang keluar jendela. Mengenakan jubah kerajaan yang serba hitam. Seluruh tubuhnya bermandikan cahaya bulan purnama. Terlihat misterius.
Woman In Black : "Dia sudah kembali! Aku bisa merasakan kehadirannya. Apa itu benar?"
Ucap wanita itu sambil membuka tudung kepalanya. Suaranya terdengar lembut namun tajam. Kedua matanya berwarna merah, terlihat cantik dan menawan dengan rambut hitam panjangnya yang berkilau. Tergerai di sebelah kanan pundaknya. Anting berantai panjang berhiaskan permata merah, terlihat berkilau. Semakin mempercantik penampilannya. Ke 3 pria tua itu langsung berbalik secara bersamaan dan memberikan rasa hormat mereka pada wanita berjubah hitam tersebut.
Old Man 1 : "Itu benar, Nona Yang Terhormat. Kami juga ikut merasakannya..."
Old Man 2 : "Walaupun keberadaannya terasa begitu kecil..."
Old Man 3 : "Tapi meskipun kecil, terasa seperti sebuah jarum. Menusuk ke dalam kulit secara tiba-tiba..."
Old Man 1 : "Keberadaannya sungguh mengejutkan batin tanpa peringatan..."
Old Man 2 : "Kami yakin, yang dimaksud itu ada di suatu tempat..."
Old Man 3 : "Tempat yang masih berada di dalam wilayah kekuasaan Kerajaan Varrzanian..."
Old Man 1 : "Dan Yang Mulia harus segera menemukannya..."
Old Man 2 & 3 : "Demi masa depan yang lebih baik untuk para keturunan Vortexian dan Kerajaan Varrzanian yang termahsyur..."
Woman In Black : "Kalian benar. Aku juga merasakan hal yang sama. Yang Mulia, apa yang akan kau lakukan sekarang? Aku yakin, kau merasakannya juga. Terlebih, karena kau diberkahi kemampuan untuk merasakan kehadirannya melebihi semua penghuni istana."
Ucap wanita berjubah hitam itu dengan tatapan lurus ke arah pria yang sedang membelakanginya.
Man In Black : "Kau benar. Semua bisa merasakannya. Kecuali, hanya akulah yang bisa merasakannya lebih dari siapa pun. Aku yakin itu adalah dia."
Suaranya terdengar lembut.
Woman In Black : "Aku percaya kau bisa merasakan kehadirannya. Tapi, kau tidak boleh sampai melupakan sesuatu yang lain, Yang Mulia. Masih ada satu orang lagi yang bisa melakukannya. Aku yakin, dia juga merasakannya. Dia yang tidak akan kusebutkan namanya disini! Meskipun kemampuannya tidak sehebat dirimu."
Mendengar wanita berjubah hitam itu menyebutkan sosok pria ini, membuat ke 3 pria tua tersebut merasakan kecemasan yang besar secara bersamaan.
Man In Black : "Humph! Aku tahu, saudariku..."
Balas pria berjubah hitam ini. Kali ini suara pria itu terdengar sedikit kejam. Pria berambut hitam itu pun, membalikkan badannya. Wajahnya tersenyum sinis. Kedua matanya berwarna merah dan berkilau. Dengan satu tangan terlipat di belakang punggungnya.
Man In Black : "Sekalipun kau mencoba untuk menyebutkan namanya, aku tidak peduli! Tetap saja hanya aku yang bisa mewujudkan isi dari ramalan kuno itu! Dia bukan siapa-siapa, melainkan hanya sebuah permata yang tidak diinginkan!"
Woman In Black : "Meskipun begitu, dia tetap pria yang berbahaya. Kita harus tetap waspada. Seperti nasihat para Tetua Suci, dia akan kembali ke Kerajaan Varrzanian dengan membawa tujuan yang lain. Sebaiknya, kau harus lebih mengutamakan keselamatan kerajaanmu."
Man In Black : "Aku akan bisa merasakan kehadirannya jika dia benar-benar sudah menginjakkan kakinya ke Kerajaan Varrzanian. Hanya aku yang bisa! Dan hanya aku yang bisa mencegahnya! Tidak akan kubiarkan dia merebut Jodoh Terikatku!"
Ucap pria berjubah hitam itu dengan wajah yang dingin. Dia terlihat tidak begitu menyukai dengan sosok pria yang dimaksud. Lebih kepada membencinya.
Woman In Black : "Haaah... Sulit kupercaya! Kalian bertiga, tolong tinggalkan kami berdua."
Perintah wanita berjubah hitam itu pada ke 3 pria tua tersebut. Dan mereka pun segera meninggalkan ruangan tersebut setelah memberikan sikap penghormatan mereka. Wanita berjubah hitam itu pun, langsung memegang dahinya.
Woman In Black : "Kau tahu siapa dia, bukan? Apa kau masih terobsesi dengan Jodoh Terikatmu, seperti yang pernah Dewa sampaikan padamu 50 tahun yang lalu? Seharusnya, sebagai Raja Kerajaan Varrzanian, kau harus memikirkan terlebih dahulu keselamatan rakyatmu dan negerimu. Apa kau lupa dengan ramalan dari para Tetua Suci?"
Man In Black : "Aku tahu! Berhentilah bersikap bijaksana denganku, Lucyanna! Aku tahu apa yang kulakukan sekarang. Karena aku juga ingin menjadi raja yang terbaik diantara yang terbaik seperti para leluhur kita. Aku menolak untuk gagal! Jika aku bisa mendapatkan semuanya sekaligus, Kerajaan Varrzanian akan tumbuh menjadi kerajaan yang lebih kuat!"
Ungkap pria berjubah hitam itu dengan penuh percaya diri, yang sempat bergumam di awal ucapan dan yang tidak terpengaruh dengan nasihat saudarinya. Wanita berjubah hitam yang bernama Lucyanna itu pun mulai merasa kesal dengan saudaranya.
Lady Lucyanna : "Kau dan ambisimu itu! Sudah kuduga, kau akan akan jadi lebih ambisius dengan tujuanmu. Terutama tentang Jodoh Terikat yang sangat kau nantikan itu."
Man In Black : "Kenapa tidak? Aku sangat tertarik dengan Jodoh Terikatku. Jangan katakan bahwa kau cemburu padaku, saudariku."
Ucap pria berjubah hitam itu pada Lucyanna dengan penuh percaya diri, sembari mencibir saudarinya.
Lady Lucyanna : "Haaah..! Seharusnya aku tidak bicara tentang ini padamu. Hanya membuatku semakin kesal saja dengan sifat keras kepalamu! Bahkan sekalipun kau Raja dari Kerajaan Varrzanian yang absolut, kau tetap saja saudaraku yang menyebalkan!"
Lucyanna terlihat kesal pada saudaranya sambil memegang kepalanya.
Man In Black : "Hmm, itu manis sekali, saudariku. Artinya kau menyayangi saudaramu, bukan?"
Balas pria yang disebut Raja itu dengan senyum sinisnya. Seolah sedang menyindir saudarinya. Tentu hal tersebut berhasil membuat Lucyanna merasa semakin kesal dengan sikap saudaranya.
Lady Lucyanna : "Haah! Baik! Cukup sudah! Aku sudah merasa sangat menyesal dengan membuang waktu berhargaku denganmu! Setidaknya aku sudah berusaha untuk mengingatkanmu dengan sesuatu yang lebih penting!"
Lucyanna berbalik dan meninggalkan saudaranya dengan membawa perasaan kesalnya. Ia membuka pintu tanpa menyentuhnya sedikit pun. Dan benar-benar keluar dari ruangan tersebut. Pintu langsung tertutup sendirinya, dengan suara yang keras dan nyaring.
Sang Raja hanya tersenyum sinis setelah melihat saudarinya pergi dengan rasa kesalnya. Ia merasa baru saja memenangkan sesi debat dari saudarinya. Dan ia pun kembali berbalik, memandang ke arah luar jendela, melihat ke arah langit malam. Memandangi bulan purnama yang bersinar di atas puncak istana dengan sinarnya yang indah.
King Of Varrzanian : "Jadi, akhirnya kau kembali... Aku pasti akan menemukanmu. Meskipun, kau terlahir dalam wujud yang berbeda sekalipun. Aku akan tetap mencarimu! Dan menjawab semua ramalan di masa depan!"
Ungkap Sang Raja dengan penuh percaya diri. Ia tengah menantikan kehadiran seseorang di luar sana yang akan menjawab semua pertanyaannya. Siapakah yang sebenarnya Sang Raja maksud?
「 In The Alley Of The Varrzanian Palace 」
Sementara itu, Lucyanna berjalan dengan tergesa-gesa sambil membawa hatinya yang geram karena saudaranya.
Lady Lucyanna : "Sulit kupercaya! Kenapa aku harus memiliki saudara seperti dia? Kenapa ayah memintaku untuk membantunya menjadi seorang Raja Varrzanian yang terbaik? Jika ucapanku saja tidak bisa ia pahami, bagaimana bisa dia menjadi seorang Raja yang--"
Lucyanna terus bergumam sepanjang lorong. Mengungkapkan rasa kesalnya tentang saudaranya tanpa henti. Dan hampir saja menabrak seseorang saat di persimpangan lorong.
Noble Man : "Whoah! Hati-hati langkahmu, Lucyanna. Meskipun kau terlihat kesal, setidaknya kau tetap harus memperhatikan di depanmu."
Ucap pria bangsawan di depannya dengan nada yang ramah pada Lucyanna sembari memberikan senyumannya.
Lady Lucyanna : "Oh, ternyata kau, Lord Damian."
Lord Damian : "Hei, paman lebih suka dipanggil dengan sebutan paman saja dibandingkan dengan sebutan Lord. Lagipula hanya kita berdua saja. Karena kau adalah keponakanku."
Ucap Lord Damian dengan ekspresinya yang lembut, meskipun Lucyanna tetap berwajah dingin.
Lady Lucyanna : "Haaah... Baik, aku mengerti. Paman."
Jawab Lucyanna, yang masih terdengar mengeluh karena merasa kesal dengan saudaranya. Sembari memalingkan wajahnya dan menahan emosinya.
Lord Damian : "Apa kau mau minum teh bersama, Lucyanna?"
Bujuk Lord Damian dengan lembut, berharap agar bisa membantu perasaan keponakannya menjadi lebih baik.
Lucyanna pun mau mengikuti ajakan pamannya. Di suatu ruangan bersantai, Lord Damian menyajikan satu poci berukuran sedang berisi teh herbal dengan tangannya sendiri. Lalu menuangkannya ke dalam dua cangkir poselen bermotif indah.
Lord Damian : "Ini tehmu. Hiruplah aromanya dan minumlah, perasaanmu akan jauh lebih baik."
Lady Lucyanna : "Terima kasih, paman Damian."
Meskipun ekspresi wajahnya dingin, namun Lucyanna tetap menerima kebaikan pamannya. Ia pun mengambil cangkir teh tersebut dan menghirup aroma Jasmine langka yang menenangkan. Lalu, sedikit menyeruputnya dengan perlahan. Mencoba menikmati sensasi dari teh tersebut.
Namun setelah meminumnya pun, wajah kesal Lucyanna tidak ikut membaik, sembari menahan kepalanya dengan satu tangan yang mengepal. Nafas yang terhembus pun terdengar berat. Lord Damian memperhatikan ekspresi keponakannya tersebut di sela minum tehnya.
Lord Damian : "Apa kau kesal karena Yang Mulia lagi?"
Tanya Lord Damian dengan lembut, setelah baru saja menikmati sedikit tehnya.
Lady Lucyanna : "Paman selalu tahu apa yang kupikirkan, apalagi jika tentang saudaraku dan sifatnya yang terkadang membuatku sangat jengkel! Haaah..."
Keluh Lucyanna, kembali bergumam tentang hal yang sama. Lord Damian hanya meresponnya dengan senyum. Sebab, ia selalu tahu tentang perselisihan manis dari kedua keponakannya sejak dulu.
Lord Damian : "Pasti karena keputusannya. Benar, bukan?"
Lady Lucyanna : "Aku sudah berusaha untuk menjadi saudarinya yang baik, seperti yang ayahku minta. Dengan mengingatkannya agar bisa lebih mengutamakan keselamatan negeri, dibandingkan harus lebih fokus dengan ucapan Dewa padanya 50 tahun yang lalu itu!"
Lord Damian : "Oh, maksudmu tentang Jodoh Terikat itu ya?"
Lady Lucyanna : "Benar sekali. Dan sejak kami semua bisa merasakan kehadirannya, terutama saudaraku sendiri yang lebih kuat merasakan kehadirannya, dia jadi lebih banyak memikirkan tentang ucapan Dewa dibandingkan ramalan dari Tetua Suci! Dan itu membuatku merasa kesal dengan sikap keras kepalanya! Haaah, kenapa ayah harus memintaku untuk mendampinginya? Sedangkan kami terkadang masih suka berbeda pandangan."
Keluh Lucyanna yang dipenuhi nada kekesalannya di depan pamannya tanpa ragu. Lord Damian kembali meresponnya dengan senyum lembutnya.
Lord Damian : "Ayahmu tentu memiliki visi tersendiri yang sudah ia pikirkan jauh sebelum saudaramu dinobatkan menjadi penerus tahta ayahmu yang ke 10. Apalagi, karena penobatan saudaramu dilakukan oleh Dewa sendiri. Artinya, saudaramu akan menjadi Raja Varrzanian terhebat sepanjang masa. Dan hanya kau yang bisa mendampingi saudaramu untuk mencapai tujuannya. Karena saat itu, paman mendengar keluh ayahmu tentang hidupnya yang tidak akan lama lagi. Yang artinya, hanya kau yang bisa melakukannya. Tapi disisi lain, sebelum ayahmu akan pergi, ia ingin menantikan semua ramalan kuno itu terwujudkan. Ayahmu ingin melihat kemakmuran Kerajaan Varrzanian untuk yang terakhir kalinya. Terutama pada saudaramu."
Ungkap Lord Damian dengan nada penuh kebijaksanaan.
Di beberapa waktu yang lalu pun, Lucyanna juga teringat kembali dengan ucapan langsung dari ayahnya tentang yang sudah dijelaskan oleh pamannya. Terdengar seperti sebuah wasiat.
Lady Lucyanna : "Aku tahu tentang itu, paman. Aku mengerti tentang ayah. Ayah menjadi seperti ini, setelah kejadian itu. Aku masih mengingatnya dengan jelas, ekspresi wajah ayah waktu itu."
Karena ucapan Lord Damian, Lucyanna merasakan momen di masa lalu tersebut yang telah merubah segalanya. Satu momen penuh kejutan yang telah melahirkan banyak kekecewaan dan emosi yang ada. Dan seseorang yang harus mengorbankan dirinya. Dan seseorang lainnya harus merasakan kehilangan yang besar. Yang berawal dari sebuah dendam. Lucyanna bahkan menganggapnya sebagai aib yang memalukan karena satu orang.
Lord Damian : "Aah, apa boleh buat? Itu sudah terjadi. Ayahmu hanya ingin melakukan yang terbaik sebagai usaha terakhirnya untuk melindungi keluarganya. Terutama saudaramu."
Lady Lucyanna : "Aku tahu, ayahku lebih menyayangi saudaraku. Aku tidak mencemburuinya, terkadang aku hanya merasa takut karena ucapan dari para Tetua Suci. Aku bukanlah rajanya, tapi aku lebih mencemaskannya dibandingkan dengan ucapan Dewa 50 tahun yang lalu itu. Dan..! Dia lebih tertarik dengan ucapan Dewa dibandingkan dengan para Tetua Suci! Yang benar saja?!"
Gumam Lucyanna di akhir kalimat yang berhasil membuat Lord Damian sedikit terkejut dan mengubah wajah tersebut menjadi senyum dalam haru.
Lord Damian : "Aah, begitu rupanya. Bukankah itu bagus? Saudaramu-- Maksud paman, Yang Mulia Raja Vran Lucyver Vortexian itu sedang merasakan satu perasaan yang bagi manusia biasa adalah disebut jatuh cinta. Paman bisa memperhatikannya, sejak Dewa mengungkapkan ramalannya itu, saudaramu terlihat lebih antusias."
Lady Lucyanna : "Cih! Dia bukan raja! Tapi saudaraku yang paling menyebalkan! Dia lebih pantas disebut Raja yang terobsesi karena cinta yang bahkan belum ia temukan! Dibandingkan memikirkan keselamatan negerinya sendiri!"
Gumam Lucyanna yang semakin kesal karena sifat saudaranya.
Lord Damian : "Ahahaha... Bersabarlah, Lucyanna. Paman yakin, saudaramu telah memilliki rencananya sendiri. Dia tidak akan tinggal diam. Kau selalu ingat, bukan? Dia selalu mengatakan, 'Aku menolak untuk gagal!'. Dia mungkin menjengkelkan bagimu, tapi dia adalah raja yang juga mempedulikan aspek lainnya."
Ungkap Lord Damian dengan bijaksana, sambil menyeruput lagi tehnya dengan tenang.
Lady Lucyanna : "Haaah, sulit kupercaya aku harus mengakuinya juga!"
Gumamnya lagi.
Lord Damian : "Dan kau tidak lupa, bukan? Dengan makna dari ramalan Dewa 50 tahun yang lalu itu? Ada sisi terbaiknya jika ramalan itu terjadi. Juga demi masa depan keturunan keluarga kita dan Kerajaan Varrzanian."
Jelas Lord Damian dengan nada yang terdengar serius setelah meletakkan kembali cangkir tehnya. Reaksi Lucyanna pun berubah.
Lady Lucyanna : "Tentu saja aku masih ingat tentang hal itu, paman Damian."
Lord Damian : "Jadi tidak ada salahnya jika kau ikut mendukungnya tentang ini. Paman bisa sedikit melihatnya dari sudut pandang saudaramu jika dia lebih terobsesi dengan ramalan dari Dewa 50 tahun yang lalu. Keuntungannya akan jauh lebih besar. Bagaimana? Kau setuju, bukan?"
Ucap Lord Damian dengan wajah senyum bahagianya. Berhasil membuat Lucyanna harus mau mengakuinya meskipun dengan berat hati.
Lady Lucyanna : "Haaah, sulit kupercaya lagi! Aku harus benar-benar melakukannya demi semuanya! Tapi, bagaimana dengan wanita dari Kerajaan Pallasidian itu? Apa aku harus terlibat juga dengan masalah ini?"
Ucap Lucyanna dengan mengingatkan pamannya pada hal kecil lainnya yang bisa berdampak di masa depan.
Lord Damian : "Sepertinya itu tidak perlu. Biarkan saja saudaramu sendiri yang akan menyelesaikannya dengan caranya sendiri. Jangan khawatir. Kau mau tehnya lagi?"
Ucap Lord Damian dengan tenang, sambil mengisi lagi cangkirnya dengan teh yang baru.
Lady Lucyanna : "Kenapa paman bisa setenang itu? Padahal wanita itu memiliki pengaruh yang cukup kuat di kerajaannya. Dan karena wanita ini juga, akhirnya wilayah terlarang di Azchardian bisa dikuasai saudaraku. Kerajaan kita juga mendapatkan keuntungan yang sangat besar dari tempat itu."
Ungkap Lucyanna yang merasakan sesuatu dari balik sikap tenang pamannya. Sembari mengingatkannya tentang potensi yang bisa terjadi di masa depan, sambil menahan tulang pipinya dengan jari-jari yang terlipat.
Lord Damian : "Aah, itu hanya dilihat dari hubungan geopolitik saja. Lagipula, Kerajaan Varrzanian sudah terlalu banyak mendapatkan keuntungan dari berbagai sumber. Kehilangan satu sumber saja itu tidak akan membuat Kerajaan Varrzanian hancur seketika. Tapi, paman merasa tidak yakin dengan hubungan yang lainnya. Karena itulah, paman menyarankanmu untuk tidak ikut campur dalam hal ini. Ini hanya diantara mereka berdua saja. Jadi tenanglah ya, biarkan paman mengambilkanmu kue manisnya. Kau mau?"
Ucap Lord Damian yang sungguh tenang mengucapkannya. Berhasil mengubah perasaan keponakannya menjadi lebih baik meskipun hanya sedikit. Di dalam hatinya, Lucyanna merasa kagum dengan sikap tenang pamannya, sembari memperhatikannya. Ia mulai merenungi semua ucapan pamannya. Lalu, beranjak dari tempatnya.
Lady Lucyanna : "Mungkin lain waktu saja, paman. Terima kasih untuk tehnya. Aku sudah merasa lebih baik sekarang."
Lord Damian : "Eeh? Kau sudah mau pergi? Sayang sekali kita belum memakan kue manisnya. Tapi, baiklah. Paman mengerti. Terima kasih sudah menemani minum teh bersama paman malam ini. Kau pasti lelah ya? Beristirahatlah saja ya. Mungkin kita akan mulai sibuk besok."
Lady Lucyanna : "Sibuk?"
Tanya Lucyanna sambil menengok ke arah pamannya. Ia merasakan kejanggalan dari ucapan pamannya. Tapi, Lucyanna memutuskan untuk tidak ingin terlalu serius memikirkannya.
Lady Lucyanna : "Ya, kita lihat saja nanti. Selamat malam, paman."
Lord Damian : "Selamat malam, Lucyanna."
Lucyanna sudah meninggalkan ruangan itu tanpa menoleh lagi. Lord Damian masih duduk dengan tenang sambil menikmati aroma tehnya yang memenuhi penciumannya. Wajahnya terlihat begitu tenang. Namun seketika, terlihat sedikit garis kesedihan dibalik senyumannya saat menatap sepiring kue manis di depannya. Sambil menahan pipinya dengan kelima jarinya yang terlipat ke dalam.
Lord Damian : "Haah, kakak. Jika saja kau masih disini. Tapi, jika kau masih ada pun... Kau mungkin akan menjadi semakin sedih dengan kejadian yang akan terjadi di masa depan, meskipun kau terlihat kuat... Setiap kali aku melihat kue manis ini, aku selalu ingat dengan ucapanmu padaku waktu itu. Tapi, mau bagaimana lagi? Waktu sudah berubah. Aku tidak memiliki pilihan lain lagi. Sebenarnya, aku juga penasaran dengan ramalan Dewa 50 tahun yang lalu itu. Hehe, apa kau juga?"
Ungkap Lord Damian dengan sepenuh hatinya. Ia terus memandangi sepiring kue manis itu yang seolah ia sedang berbicara dengan mendiang kakak perempuannya. Yang adalah istri dari Raja Vrannver Vortexian, dan ibu dari Lucyanna dan saudaranya yang sekarang telah menjadi raja generasi ke 10.
Lord Damian merasa sangat bernostalgia dengan kenangan tersebut. Walaupun pada akhirnya, ia harus kehilangan satu-satunya keluarga yang ia miliki.
Sementara itu, Lucyanna masih memikirkan semua ucapan Lord Damian. Terutama tentang ramalan dari Dewa 50 tahun yang lalu itu. Tentang bagaimana hasilnya jika ramalan itu benar-benar terjadi. Langkahnya tiba-tiba melambat, lalu berhenti. Lucyanna memegang dagunya. Ia sedang memikirkan sesuatu.
Lady Lucyanna : ("Aku tahu jika ramalan itu terjadi, imbasnya akan menjadi lebih besar dari ramalan para Tetua Suci. Tentu saja, kenapa tidak? Apalagi jika ramalan itu disampaikan langsung oleh Dewa sendiri. Di depan ayah dan saudaraku. Tapi, entah mengapa...")
Raut wajahnya seketika berubah seperti mencemaskan sesuatu tentang dibalik ramalan tersebut. Kemudian, Lucyanna mengalihkan pandangannya keluar jendela. Menatap ke arah langit malam. Ia masih bisa mengingat dengan jelas bagaimana ia merasakan kehadiran sosok misterius yang selalu dinantikan oleh saudaranya. Namun disisi lain, Lucyanna merasakan sesuatu yang janggal. Akan tetapi, ia belum bisa memastikannya dengan jelas.
Lady Lucyanna : ("Aku tidak tahu apa yang sedang ayah pikirkan. Tapi, semoga saja ini merupakan awal dari pertanda yang baik...")
Lucyanna menghela nafas panjang. Dan kembali berjalan menyusuri lorong menuju kamarnya.
「 In A Dark Room In The Varrzanian Palace 」
Sementara itu, di salah satu ruangan yang temaram. Yang disengaja membiarkannya gelap dan hanya disinari oleh bulan purnama malam itu, Raja Lucyver tengah duduk di atas kursi kebesarannya yang ia buat menghadap ke arah jendela. Agar ia bisa menikmati suasana malam dari jendela. Sambil menyandarkan kepalanya dengan satu tangan yang mengepal, bersandar di lengan kursi besarnya. Wajahnya terlihat tenang, sembari menutup kedua matanya. Dan seketika, senyuman pun tergambar di wajah tampannya. Kedua mata merahnya terbuka perlahan. Terlihat bersinar di tengah kegelapan malam.
King Lucyver : ("Semakin aku menutup kedua mataku, aku semakin bisa merasakan kehadiranmu... Aku sudah tidak sabar ingin segera menemukanmu dan mewujudkan isi ramalan itu...") "Salam, Dewa Lucifer. Kau berhasil membuatku penasaran dengan ramalanmu 50 tahun yang lalu itu. Bisakah aku meminta padamu sedikit visi tentang ramalanmu?"
Seketika, seolah permintaannya telah didengar, secara tiba-tiba, Lucyver mendapati sebuah bayangan di kedua mata merahnya. Yang membuatnya sedikit terkejut.
Dalam pandangannya, ia melihat seorang gadis berambut panjang yang membelakanginya. Dengan perlahan, gadis itu memutar kepalanya. Gadis itu perlahan membuka kedua matanya. Namun tiba-tiba, muncul cahaya yang sangat menyilaukan. Membuat wajah sebenarnya dari gadis tersebut tidak terlihat jelas karena tertutupi oleh cahaya. Lucyver melihat mata gadis itu. Yang berwarna biru cerah. Namun terlihat berbeda. Lucyver seperti terhipnotis dengan warna biru cantik dari kedua mata itu. Dan secara tiba-tiba, kedua mata biru itu berubah menjadi warna merah yang berkilau dan cerah. Lucyver merasakan gejolak di dalam dirinya.
Setelah visi yang baru saja dialaminya, Lucyver tersenyum. Ia merasa sangat yakin dengan jawaban yang baru saja ia dapatkan.
King Lucyver : "Aah, jadi seperti itukah wujudnya sekarang? Terlahir dengan memiliki warna mata biru yang sangat cantik. Haaah! Tapi, tidak bisakah aku meminta jawaban yang lebih jelas lagi? Ada jutaan gadis yang memiliki mata berwarna biru. Bagaimana aku bisa menemukannya?"
Keluh Lucyver yang sempat merasa senang, namun di akhir ucapannya, ia terlihat kurang puas dengan visi yang baru diberikan oleh Dewa Lucifer.
Ya, salah satu keistimewaan yang dimiliki Raja Varrzanian generasi ke 10 ini adalah bisa berkomunikasi langsung dengan Dewa Lucifer. Namun terkadang, Dewa Lucifer tidak menjawab langsung. Lebih sering yang menjawabnya adalah yang diyakini merupakan tangan kanan Dewa Lucifer bernama, Dewa Azfir.
Tiba-tiba, terdengar suara pria yang lembut yang hanya di dengar oleh Lucyver seorang. Yang ia kenali suara tersebut adalah Dewa Azfir.
God Azfir : "Dasar kau tidak tahu terima kasih! Dewa sudah memberimu satu visi, itu sudah bagus. Tapi kau justru merasa tidak puas dengan visi yang diberikan!"
Gumam Dewa Azfir dengan sikap Lucyver. Ia muncul dari balik bayangan.
Sosok Dewa Azfir seperti seorang pria yang sempurna. Bertubuh tinggi, dada yang bidang, pundak yang lebar, rambutnya berwarna hitam pekat dengan gaya yang sedikit berantakan, dengan satu kuciran yang panjang dan ia membawanya ke samping, namun terlihat tetap terlihat tampan. Kedua matanya berwarna kuning keemasan yang bercahaya ditengah kegelapan. Memakai jubah dengan kombinasi warna hitam dan putih.
God Azfir : "Dasar kau! Hanya karena kau menjadi anak kesayangan Dewa Lucifer!"
Tambah gumamnya dengan kedua tangan yang terlipat.
King Lucyver : "Kenapa? Apa kau pikir mudah untuk menemukan gadis dengan mata biru seperti dalam visi itu? Ada jutaan gadis seperti itu dengan kemiripan yang hampir sama di luar sana!"
Balas Lucyver dengan ungkapan protesnya.
God Azfir : "Haaah, baik, baik. Memang benar, ada jutaan bahkan lebih dari itu di dunia ini. Tapi tidakkah kau merasakannya lebih dalam? Gadis yang Dewa maksudkan adalah yang memiliki warna mata biru yang lebih indah dari batu permata safir biru, berlian biru, aquamarine, topaz, turmalin biru, tanzanite atau bahkan turqoise. Namun dibalik mata birunya, tersimpan sesuatu yang sangat ISTIMEWA. Bahkan melebihi keistimewaan yang Dewa anugerahi padamu."
Ucap Dewa Azfir, yang bahkan menekankan kata istimewa lebih dalam dengan senyuman kepuasan yang tergambar di wajah pucat tampannya. Hal tersebut berhasil membuat Lucyver terpancing karena penasaran.
King Lucyver : "Istimewa katamu? Dan melebihi keistimewaan yang kumiliki?"
Tanya Lucyver sembari menoleh ke arah Dewa Azfir.
God Azfir : "Itu benar. ISTIMEWA!"
Ucapnya sambil berjalan ke arah Lucyver berada.
God Azfir : "Gadis ini memiliki keistimewaan yang tersimpan sangat lama. Bagaikan permata langka yang sangat berharga dan tersimpan jauh dari sentuhan duniawi. Dengan keistimewaan itulah, Sang Dewa bisa menjaminkan kapabilitasmu sebagai raja menjadi semakin besar! Semua kerajaan akan semakin tunduk padamu. Tidakkah itu terdengar sangat menarik?"
Ucap Dewa Azfir dengan wajah yang tersenyum puas, yang seolah sedang mencoba menggoda hasrat Lucyver dengan mengatakan kemungkinan yang akan menguntungkannya di masa depan. Kenapa tidak? Sekarang Lucyver adalah seorang Raja Varrzanian dengan anugerah keistimewaan dari Dewa Lucifer.
Mendengar penjelasan tersebut, senyuman pun tergambar di wajah tampan bermata merah itu. Lucyver mulai merasa tertarik.
King Lucyver : "Begitu rupanya... Memang terdengar sangat menarik!"
God Azfir : "Jangan khawatirkan apa pun. Jika Sang Dewa sudah memberikan tanda restunya pada gadis ini, kau tidak perlu mencemaskan yang lainnya juga. Tapi kau tidak boleh sampai melupakan satu anggota keluargamu lagi! Jika kau sampai gagal, dia bisa dengan mudah akan merebut semua yang kau miliki. Termasuk GADIS ISTIMEWA-mu itu!"
Ucap Dewa Azfir sembari membisikkannya langsung pada Lucyver. Bahkan diakhir kalimatnya pun Dewa Azfir menyampaikannya dengan jelas dan tegas dengan nada suara yang tajam. Hal tersebut berhasil membuat raut wajah Lucyver berubah, bahkan saat Dewa Azfir menyebutkan tentang seseorang.
King Lucyver : "Humph! Biarkan saja dia datang! Jika itu berarti, harus terjadi pertempuran yang besar, aku tidak akan pernah memberikan satu pun bahkan setetes air dari Kerajaan Varrzanian padanya! Apalagi jika dia mencoba untuk merebutnya!"
Ungkap Lucyver dengan nada yang emosional. Hingga membuat sorot matanya menjadi tajam dan warna merah dari kedua mata itu terpancar cahaya yang dingin.
Meskipun seseorang yang dimaksud masih memiliki gen satu darah dalam keluarga, namun sama halnya dengan Lucyanna, Lucyver pun menganggapnya sebagai aib yang telah mencoreng nama baik seluruh keturunan Vortexian.
God Azfir : "Oooh, itu amarah yang luar biasa cantiknya, Yang Mulia."
Dewa Azfir justru memuji amarah Lucyver yang ia anggap sebagai bentuk yang indah dan pantas dikagumi.
God Azfir : "Karena itulah aku menyarankan padamu untuk segera menemukan gadis itu sebelum fase bulan dari Dewi Varamist akan datang. Atau... DIA yang akan menemukannya lebih dulu!"
Ucap Dewa Azfir dengan nada yang tajam. Berhasil membangkitkan ambisi Lucyver.
King Lucyver : "Baik, aku mengerti! Aku pasti tidak akan tinggal diam."
God Azfir : "Aah! Dan satu hal yang harus kau ingat lagi, Yang Mulia. Gadis ini masih suci. Kau tidak boleh memperlakukannya sama seperti manusia wanita dari Kerajaan Pallasidian. Atau kau tidak akan pernah bisa merasakan keistimewaannya."
King Lucyver : "Kenapa? Dia akan tetap menjadi Ratuku karena kami sudah terikat, bukan?"
God Azfir : "Aah..! Dasar kau dan keegoisanmu itu! Kau harus ingat, gadis ini hanya manusia biasa yang lemah. Manusia wanita yang terkenal dengan perasaan mereka yang mudah luluh juga mudah hancur. Jika kau tidak mau mendengarkan saranku dan lebih memilih keegoisanmu, bahkan setelah fase bulan datang pun, kau tidak akan pernah mendapatkannya! Atau Sang Dewa akan memutuskan ramalan itu untukmu."
Jelas Dewa Azfir yang merasa kesal dengan keegoisan Lucyver meskipun sudah menjadi seorang raja. Mau tidak mau, Lucyver harus membuang sifat egoisnya demi mewujudkan ramalan tersebut.
King Lucyver : "Aagh! Baiklah, Dewa Azfir! Aku akan mendengarkanmu. Walaupun aku tidak begitu suka dengan cara yang manusia biasa lakukan!"
Keluh Lucyver.
God Azfir : "Itu baru keputusan yang bagus, Yang Mulia! Itu tidak akan sulit. Kau hanya perlu mendapatkan hatinya yang suci, gadis ini harus secara sukarela memberikan hati sucinya padamu. Meskipun itu memakan waktu yang lama. Kau tahu kenapa? Jika kau berhasil mendapatkannya dengan menjalani proses panjangnya, keistimewaan itu bisa kau dapatkan dengan sangat mudah! Kau bisa semakin paham dengan maksudku, bukan?"
Ucap penjelasan Dewa Azfir dengan senyum sinisnya. Semakin ingin meyakinkan Lucyver.
King Lucyver : "Tentu saja! Aku sangat mengerti. Aku sungguh berterima kasih padamu."
Ucap Lucyver dengan senyum sinis penuh kepuasannya. Membuatnya semakin terdorong untuk segera mencari gadis yang menjadi Jodoh Terikatnya.
Melihat ekspresi Lucyver, Dewa Azfir juga merasakan kepuasan yang sama.
God Azfir : "Bagus sekali! Kalau begitu, selamat mencari gadis istimewa itu ya! Aku tidak sabar untuk melihatnya secara langsung. Ah, hahahaha..!"
Ucap Dewa Azfir sembari berjalan kembali pada bayangan di ruangan itu. Tawa bernada sadisnya terdengar menggema di seluruh sudut ruangan. Dan memudar seketika bersamaan dengan sosok Dewa Azfir.
Setelah mendengar semua petunjuk dari Dewa Azfir, akhirnya Lucyver memahami makna dari ramalan yang Dewa berikan padanya 50 tahun yang lalu. Wajahnya terlihat puas. Lalu ia berdiri dari kursi kebesarannya. Mendekati jendela dan melihat ke arah langit malam yang masih bercahayakan bulan purnama.
King Lucyver : "Tunggulah, aku pasti akan segera menemukanmu! Setelah akhirnya, aku mendapatkan semua petunjuk dari Dewa! Hehehe..."
Secara tiba-tiba, dari tubuh Lucyver keluarlah aura hitam hingga menyelimuti lantai di sekitarnya. Kedua mata merah itu semakin memancarkan warna merahnya. Tawa kecilnya terdengar kejam. Membuat kesan yang mengerikan dari seorang Lucyver.
「 The Next Morning On Varrzanian Palace 」
Keesokkan harinya. Kerajaan Varrzanian disibukkan dengan kegiatan normalnya. Namun ada yang terlihat tidak biasa. Lucyanna mendapatkan laporan keuangan kerajaan yang tidak biasa, yang berhasil membuatnya bingung juga emosi. Ia pun segera menemui saudaranya sembari membawa kertas-kertas itu ditangannya. Sesampainya di depan ruangan tersebut, Lucyanna langsung membuka pintu tersebut.
Lady Lucyanna : "Yang Mulia, kenapa ada laporan keuangan seperti--"
Lucyanna terkejut saat melihat isi ruangan tersebut. Ada begitu banyak barang seperti kain yang bersandar di kursi, sepatu wanita hingga berbagai macam batu permata yang tersebar di meja kerjanya. Dan terlihatlah Lucyver yang sedang merasa senang sendiri saat memperhatikan salah satu batu permata yang sedang ia perhatikan, dengan kepala yang tertahan satu tangan dan wajahnya terlihat bahagia.
Lady Lucyanna : "Apa-apaan ini?"
Lucyanna merasa tidak percaya dengan apa yang baru ia lihat pada saudaranya. Ia justru merasa kesal dengan sikap saudaranya, lalu menghampirinya.
Lady Lucyanna : "Apa yang kau lakukan?! Aku menemukan laporan keuangan yang janggal ini, dan kau tidak segera bertindak?!"
Keluh Lucyanna yang geram pada saudaranya. Karena kehadiran saudarinya, kondisi hati Lucyver berubah menjadi tidak menyenangkan.
King Lucyver : "Haaah, tenang saja. Kau tidak harus melaporkannya dengan berteriak pada rajamu. Jangan cemaskan laporan itu."
Lady Lucyanna : "Cih! Apanya yang kau sebut rajamu? Dan kenapa ada begitu banyak kain, bahkan sepatu wanita dan semua batu permata ini? Untuk apa semua ini?"
Keluh Lucyanna yang membuatnya semakin jengkel dengan keadaan ruangan tersebut.
King Lucyver : "Tentu saja aku harus mempersiapkan semua kebutuhannya, untuk menyambut calon Ratuku di masa depan."
Ucap Lucyver dengan ringannya. Dengan penuh percaya diri.
Lady Lucyanna : "Heh! Ooh, maksudmu wanita itu? Putri Vallerina Charllota Quintesta dari Kerajaan Pallasidian? Ooh! Ternyata hubungan kalian sudah sejauh itu ya? Jadi kapan pernikahannya akan berlangsung? Apakah ayah sudah mengetahui kabar yang membahagiakan ini? Hehe!"
Ucap Lucyanna sembari mencibir saudaranya dengan menampilkan senyum sinisnya yang anggun dan tawa kecilnya yang terdengar kejam. Berhasil membuat perasaan Lucyver menjadi tidak nyaman karena cibiran saudarinya.
King Lucyver : "Kau benar-benar sudah merusak perasaanku hari ini, Lucyanna! Tentu saja yang kumaksud bukan dengan wanita itu! Aku sudah lama menolak proposal mereka. Yang kumaksud sekarang adalah gadis Jodoh Terikatku."
Ungkap Lucyver dengan penuh percaya diri saat di akhir kalimatnya. Berhasil membuat Lucyanna terkejut di balik wajah dinginnya.
Lady Lucyanna : "Haah, itu rupanya. Kau sudah menemukannya?"
King Lucyver : "Tentu saja belum. Setidaknya, aku sudah memegang petunjuk penting dari Dewa Lucifer lewat dewa tangan kanannya semalam."
Lady Lucyanna : "Dewa Azfir mendatangimu semalam? Lalu, apa rencanamu? Kau yakin akan menemukan gadis itu?"
Tanya Lucyanna yang sempat merasa ragu, sembari menyilangkan kedua tangannya. Dan sudut kepalanya yang sedikit miring.
King Lucyver : "Mudah saja."
Lucyver memperlihatkan satu kotak berisi ribuan permata yang bermacam-macam jenisnya pada Lucyanna.
Lady Lucyanna : "Kotak dengan banyak permata? Apa maksudmu?"
King Lucyver : "Itu benar. Mencari gadis istimewaku ini seperti mencari permata terindah dari jutaan permata yang ada dalam kotak ini. Itulah gadis istimewaku. Yang akan mendampingiku, menjadi seorang Ratu Kerajaan Varrzanian yang teristimewa."
Ucap Lucyver dengan penuh percaya diri.
Lady Lucyanna : "Gadis istimewamu?"
Gumam Lucyanna yang merasa ragu dengan ucapan saudaranya yang dirasa berlebihan.
Lady Lucyanna : "Haaah, baik. Itu terserah padamu. Hanya kau yang bisa melakukannya. Tapi sikapmu yang terlalu percaya diri itulah yang membuatku cemas."
King Lucyver : "Tenang saja. Kau akan segera melihatnya. Menurutmu, permata mana yang paling cocok untuk calon Ratuku?"
Ucap Lucyver dengan wajah yang senang, sambil melihat-lihat lagi batu permata lainnya. Seperti seseorang yang sedang kasmaran.
Lady Lucyanna : "Permata yang cocok? Tunggu dulu! Jangan-jangan, laporan keuangan yang janggal itu-- Karena kau membeli semua barang ini hanya demi gadis yang bahkan belum kau temui?!"
Lucyanna terlihat begitu kesal setelah menyadari tentang kebenaran laporan janggal yang baru diterimanya. Sedangkan Lucyver meresponnya dengan sikap yang tenang. Dengan ekspresi wajah satu alis mata terangkat.
King Lucyver : "Pelankan nada suaramu, Lucyanna! Sudah kukatakan padamu untuk jangan cemaskan tentang laporan itu. Ini bukan sesuatu yang bisa menghasilkan pidana berat. Aku memang sengaja meminta bendahara kerajaan untuk mencatatnya. Tapi kau bersikap berlebihan, Lucyanna!"
Lady Lucyanna : "Tapi apakah harus dengan semua barang ini?"
Tanya Lucyanna sembari menahan rasa kesalnya yang terus bergema di kepalanya. Sampai-sampai, urat kekesalannya muncul dan berdenyut-denyut di dahinya.
King Lucyver : "Ya, kenapa tidak? Aku ingin yang terbaik dari yang terbaik untuk calon Ratuku. Dia harus terlihat sama sempurnanya denganku. Agar semua tahu siapa Ratu Varrzanian yang terbaik."
Respon Lucyver dengan ekspresi yang sama. Tidak peduli dengan saudarinya yang sejak tadi merasa kesal dengannya. Lucyanna pun memegang dahinya. Ia merasa seperti lelah secara batin. Apalagi setelah melihat saudaranya yang sedang mabuk cinta. Hal yang jarang Lucyanna lihat dari saudaranya yang dikenal tidak akan mencintai wanita lain selain satu wanita di masa lalunya.
Lady Lucyanna : ("Sulit kupercaya! Sepagi ini, tingkah saudaraku membuatku sangat kesal! Dan sekarang dia terlalu sibuk dengan gadis yang dia sebut gadis istimewanya! Yang benar saja!") "Haaah, baiklah. Terserah padamu saja, Yang Mulia!"
Keluh Lucyanna, sambil menekankan di bagian gelarnya. Namun akhirnya, ia mengalah dengan sikap saudaranya tersebut. Sebab, Lucyanna pun harus menerima kebenaran dari ramalan 50 tahun yang lalu itu. Yang juga akan berdampak padanya di masa depan. Lucyver memperhatikan saudarinya.
King Lucyver : "Sudahlah, saudariku. Kau tidak perlu mencemaskan apa pun. Kita hanya perlu mencemaskan satu hal saja. Kau mengerti siapa yang kumaksud, bukan?"
Tanya Lucyver sambil menatap Lucyanna dengan pandangan yang serius. Lucyanna pun tersadar.
Lady Lucyanna : "Aku tahu. Itulah yang ingin kusampaikan padamu sejak awal. Karena itulah, aku bersedia membantumu untuk mencarikan gadis yang disebutkan oleh Dewa Lucifer. Sebelum dia menemukannya lebih dulu. Aku sudah memikirkannya sejak semalam. Seperti yang selalu ayah minta padaku. Walaupun, aku tidak yakin akan secepat yang kau inginkan. Tapi jika ini menyangkut masa depan keturunan kita dan kerajaan, tentu aku tidak boleh diam saja dan menunggu. Bagaimana?"
King Lucyver : "Baiklah. Aku akan menerima tawaranmu."
Lucyver menerima bantuan tersebut dengan tanpa keraguan. Karena ia yakin dengan kemampuan saudarinya.
Lady Lucyanna : "Katakan padaku, apa yang bisa kubantu untukmu?"
Lucyver menjentikkan jarinya. Lalu muncullah sebuah visi singkat melalui sebuah cermin magis dihadapan Lucyanna. Dimana dalam visi tersebut memperlihatkan gadis misterius dengan kedua mata berwarna biru. Namun berubah menjadi warna merah yang berkilau. Lucyanna merasa terkejut dibalik wajahnya yang dingin. Cermin magis itu pun memudar lalu menghilang.
Lady Lucyanna : "Jadi itukah petunjuk yang kau terima semalam? Gadis dengan mata biru? Dan kenapa matanya bisa berubah menjadi warna seperti itu?"
King Lucyver : "Itulah yang Dewa Azfir katakan padaku, itu adalah keistimewaan dari gadis itu. Aku sendiri masih belum mengetahuinya dengan pasti. Masih menjadi misteri. Tapi semua akan terungkap setelah fase bulan dari Dewi Varamist datang. Dengan begitu, kita akan tahu apa yang dimaksud dengan keistimewaan dari gadis ini."
Jelas Lucyver sembari mengulang ucapan dari Dewa Azfir semalam. Lalu, Lucyver melemparkan batu permata biru dan Lucyanna pun mampu menangkapnya dengan tepat. Lucyanna membuka tangannya dan melihat batu permata tersebut.
Lady Lucyanna : "Permata berlian biru?"
King Lucyver : "Petunjuknya memang terdengar mudah seperti yang Dewa Azfir katakan padaku. Gadis itu memiliki mata biru yang keindahannya melebihi permata biru apa pun. Kau pasti tahu semua jenis batu permata biru yang ada, bukan?"
Lady Lucyanna : "Tentu saja aku tahu. Tapi setelah kau mengatakannya, aku merasa ini tidak akan semudah yang Dewa Azfir katakan."
King Lucyver : "Lalu, bagaimana dengan bantuan yang kau janjikan itu?"
Lucyanna memandangi lagi batu permata biru ditangannya untuk mencoba memahami sesuatu.
Lady Lucyanna : "Tapi baiklah. Aku mengerti. Untuk saat ini, serahkan saja padaku. Tapi, aku ingin kau hadir untuk menjalankan rencanaku nanti. Karena hanya kau yang bisa merasakan lebih baik kehadiran gadis Jodoh Terikatmu itu."
King Lucyver : "Memangnya apa rencanamu? Kau tahu bagaimana aku tidak begitu suka jika terlalu sering menampakkan diri di depan banyak orang."
Keluh Lucyver.
Lady Lucyanna : "Aku tahu itu. Aku akan memberitahukanmu segera. Jangan khawatir, kau tidak harus menampakkan wajahmu yang tampan nan menyebalkan itu!"
Gumam Lucyanna sembari mencibir saudaranya dengan nada yang kesal. Lucyver terlihat terpancing dengan cibiran saudarinya dengan satu alis mata terangkat. Namun ia memilih untuk tidak membalasnya.
Lady Lucyanna : "Haah... Kau tunggu saja kabar selanjutnya dariku. Aku akan langsung mulai dengan rencanaku hari ini."
Lucyanna mengangkat kertas laporan keuangan janggal yang ia terima dan berhasil membuatnya emosi di awal rutinitas paginya. Secara tiba-tiba, kertas-kertas ditangannya menjadi terbakar dari atas hingga ke bawah dengan cepat. Hingga tidak tersisa. Dan abunya menghilang begitu saja.
Lady Lucyanna : "Maaf aku harus memusnahkan laporan keuangan untuk gadis tercintamu itu. Melihatnya saja sudah membuatku kesal saja! Perintahkan saja lagi bendaharamu untuk membuatkannya yang baru."
Ucap Lucyanna, lalu berbalik dan segera meninggalkan ruangan tersebut sebelum ia menjadi semakin kesal dengan saudaranya. Lucyver hanya meresponnya dengan senyuman sinisnya. Ia merasa lega setelah Lucyanna meninggalkannya sendirian. Lucyver bisa kembali mengagumi keindahan pertama berlian biru yang ia anggap adalah gadis Jodoh Terikatnya.
King Lucyver : "Tunggu saja, calon Ratuku. Kita pasti akan bertemu."
Lucyver sudah seperti pria yang sedang jatuh cinta. Dalam pikirannya, hanya ada gambaran sosok gadis misterius bermata biru yang menjadi bagian dari ramalannya. Yang selalu membuatnya tidak fokus dengan urusan kerajaan lainnya. Yang juga berhasil membuat saudarinya kesal.
「 In The Lucyanna's Room 」
Sementara itu, Lucyanna sudah berada di satu ruangan. Ia sedang duduk sambil mengamati batu permata biru di tangannya. Lucyanna juga tengah menunggu seseorang. Tidak lama kemudian, terdengar suara seorang pria di balik pintu.
Man's Voice : "Lady Lucyanna. Saya sudah disini."
Lady Lucyanna : "Masuklah!"
Pintu ganda itu pun terbuka dengan dua tenaga penjaga yang berjaga. Terlihatlah seorang pria dewasa bertubuh tinggi, mengenakan jubah jirah serba hitam. Ekspresi wajahnya begitu fokus. Terdapat luka bekas sayatan yang tergores dengan jelas dari dahi kanan, membelah hingga ke matanya kanannya juga. Pria ini pun memasuki ruangan tersebut, lalu memberikan sikap hormatnya pada Lucyanna. Dia adalah seorang komandan di Kerajaan Varrzanian. Bernama Sir Renzo Raphaellianus.
Sir Renzo : "Anda memanggil saya? Apa perintah Anda?"
Lady Lucyanna : "Aku ingin kau mengumpulkan data tentang gadis yang memiliki mata berwana biru di kota ini segera. Dan serahkan laporannya padaku. Aku akan menunggu kabar baik darimu."
Perintah Lucyanna dengan nada yang ringan namun tegas.
Sir Renzo : "Baik, Nona Yang Terhormat."
Tanpa adanya lanjutan ucapan apa pun, Sang Komandan langsung pergi dari ruangan tersebut untuk menjalankan perintah dari Lucyanna.
Lady Lucyanna : "Perintahkan Kepala Pelayan Wanita Kerajaan untuk datang padaku sekarang!"
Guardian : "Baik, Nona Yang Terhormat!"
Perintah Lucyanna lagi yang ditujukan pada salah satu penjaga yang berjaga.
Lucyanna kembali memandangi batu permata biru itu. Batu permatanya terlihat berkilau saat Lucyanna membawanya ke arah cahaya matahari yang menyorot ke dalam ruangan tersebut. Sehingga menimbulkan refleksi bias cahaya yang indah, terpancar ke seluruh penjuru ruangan.
Lucyanna's Voice : "Ramalan yang Dewa ucapkan itu tidak pernah salah... Jika itu berarti demi keluargaku, Kerajaan Varrzanian dan seluruh negeri... Tapi sejak aku mencoba untuk memahami maknanya, aku justru dihantui oleh sesuatu yang janggal tentang ramalan ini... Apakah tentang dia? Aku semakin sulit berpikir secara rasional sebelum ramalan itu akan terwujud suatu hari nanti... Tapi aku juga tahu, aku akan menemukan satu kebaikan terbaik di balik ramalan itu... Entah mengapa... Aku justru sangat menantikan hal itu..."
Lucyanna masih mencoba untuk menjernihkan pikirannya dari dugaannya tentang kejanggalan dari ramalan Dewa Lucifer. Ia masih ragu. Lucyanna berharap semua dugaannya tidak benar. Dan sekarang ia ingin memfokuskan diri untuk membantu saudaranya menemukan gadis yang di ramalkan.