「 On Cellestina Festival Last Night - In The Promised Garden 」
Malam setelah di festival Cellestina, saat itu Yuna masih menunggu Sasouke. Namun, Sasouke harus terjebak di antara Ryuga dan Kurosaki. Sasouke mencoba untuk mencuri kesempatan dan segera menemui Yuna.
Namun sesampainya, Sasouke menemukan Yuna yang tertidur di atas bangku taman. Sasouke merasa menyesal karena telah membuat Yuna menunggu. Sasouke pun menghampirinya. Setelah melihat Yuna yang tertidur, Sasouke pun mengurungkan niatnya untuk menunjukkan sesuatu pada Yuna.
Sasouke pun perlahan membangunkan Yuna. Dan berhasil membangunkannya, lalu memutuskan untuk mengantarkan Yuna pulang. Tanpa membahas lagi tentang rencana Sasouke yang ingin menunjukkan sesuatu.
「 The Next Morning In Rashvarrina Village 」
Keesokan paginya di Desa Rashvarrina, Sasouke baru disibukkan dengan pekerjaan lainnya. Seperti yang sudah dijanjikannya di waktu yang lalu, ia akan membantu ayah Yuna untuk memasang kincir air. Namun sayangnya, kali ini hanya dikerjakan oleh dua orang pria saja, Sasouke dan Akimiya. Ryuga dan Kurosaki secara mendadak memiliki pekerjaan penting lainnya.
Beruntungnya, pekerjaan tersebut mudah dilakukan meskipun hanya dengan tenaga 2 pria saja.
Akhirnya, pekerjaan itu pun selesai dikerjakan. Akimiya dan Sasouke merasa puas saat kincir air itu bisa berputar dan mengalirkan air dari sungai menuju ladang buah Rosalina Berrynya.
Akimiya : "Akhirnya, kincir airnya bekerja dengan baik. Kerja bagus, nak Sasouke."
Sasouke : "Terima kasih kembali, paman. Syukurlah kita bisa mengerjakannya meskipun hanya dua orang saja."
Keduanya terlihat sangat senang dengan hasil pekerjaan mereka. Mereka pun memutuskan untuk beristirahat di tepi sungai, sembari menjemurkan bagian pakaian mereka yang basah. Mereka terlihat lelah, sembari menikmati kehangatan sinar matahari yang belumlah terlalu siang.
Akimiya : "Nak Sasouke, apa paman bisa meminta tolong lagi padamu? Itu jika kau tidak sibuk dengan pekerjaan lain setelah ini."
Pinta Akimiya yang sempat merasa ragu. Namun, itu berhasil membuat Sasouke penasaran. Dan merasa senang jika bisa membantu seseorang terutama paman Akimiya yang sudah ia anggap seperti ayahnya sendiri.
Sasouke : "Memangnya, paman ingin meminta bantuan apa? Tentu saja aku akan siap melakukannya."
Jawab Sasouke dengan nada yang semangat.
Akimiya : "Ah, benarkah? Jika itu tidak merepotkanmu, paman merasa sangat lega mendengarnya. Paman ingin kau menemani Yuna ke Kota Varrzanian untuk membeli beberapa barang sambil menjual 4 kotak buah Rosalina Berry. Kau mau'kan?"
Pinta Akimiya dengan harap.
Sasouke : "Oh, begitu rupanya? Tentu saja aku bisa melakukannya, paman. Serahkan saja padaku. Aku akan menjaga Yuna selama diperjalanan."
Balas Sasouke dengan nada sepenuh hati. Ia terlihat bersemangat. Membuat perasaan Akimiya merasa lebih baik dan lega, karena bisa mempercayakan putrinya pada Sasouke.
Akimiya : "Ah, syukurlah. Paman senang mendengarnya. Gunakan saja kereta kuda milik kami."
Sasouke : "Baiklah. Lalu, kapan Yuna akan berangkat?"
Akimiya : "Harusnya sekarang. Sebaiknya, kau segera menemuinya sebelum Yuna benar-benar pergi."
Sasouke : "Sekarang?"
Sasouke merespon dengan terkejut. Ia pun bergegas menuju rumah Yuna yang beruntungnya jaraknya cukup dekat dari ladang. Terpaksa harus meninggalkan Akimiya sendirian.
Sesampainya, Sasouke melihat Yuna yang sedang bersiap-siap dengan kereta kuda yang menanti. Yuna sudah terlihat rapi. Ia sedang memeriksa barang bawaannya. Beruntung Sasouke masih sempat menemui Yuna dan segera menghampirinya.
Sasouke : "Yuna? Kau sudah mau berangkat?"
Tanya Sasouke, berhasil membuat Yuna langsung menolehkan pandangannya. Yuna terlihat cantik natural hari ini. Yang mengenakan topi bundar berukuran sedang, berhiaskan pita biru yang mengelilinginya dan satu bunga biru yang tersemat diantara rangkaian pitanya. Yuna merespon kedatangan Sasouke.
Yuna : "Itu benar. Aku akan pergi ke Kota Varrzanian untuk menjual sekaligus membeli beberapa barang untuk persediaan. Kelihatannya, kau baru saja selesai dengan pekerjaanmu. Aku sudah menyiapkan makan siang untukmu juga. Jadi, makanlah bersama dengan ayahku."
Sasouke : "Tidak. Aku akan ikut bersama denganmu."
Yuna : "Hah? Kau ingin ikut denganku? Tapi, bagaimana dengan--"
Sasouke : "Sebenarnya, ayahmu yang memintaku untuk menemanimu ke Kota Varrzanian."
Yuna : "Apa? Ayah? Tapi..."
Yuna merasa cemas, karena ia tidak ingin merepotkan Sasouke.
Sasouke : "Jangan cemas. Aku memang sedang tidak ada pekerjaan lain. Aku akan kembali sebentar untuk mengganti pakaianku. Dan tolong bungkuskan makan siangku ya, Yuna. Aku akan segera kembali."
Ucap Sasouke dengan wajah senangnya, berlalu begitu saja dan membuat Yuna bingung. Karena belum sempat mengatakan hal yang lainnya.
Tapi mau tidak mau, Yuna harus menerima tawaran tersebut. Terlebih, karena ini adalah permintaan ayahnya.
Yuna : "Apa boleh buat..."
Seperti permintaan Sasouke, Yuna pun membungkuskan jatah makan siang Sasouke. Yuna memasukkannya ke dalam keranjang anyaman agar mudah dibawa.
Setelah Sasouke kembali dengan pakaian rapi dan kering, ia pun langsung menghampiri kereta kuda yang masih menunggu. Sasouke bisa melihat Yuna yang sudah duduk di tempat terdepan. Yuna terlihat sedang membaca sebuah buku dengan wajah yang tenang.
Sasouke : "Hai, Yuna. Semoga aku tidak membuatmu lama menunggu."
Sapa Sasouke dengan nada yang lembut dan ramah. Berhasil membuat Yuna mengalihkan pandangannya dari buku tersebut, dan menorehkan senyuman indahnya.
Yuna : "Oh, Sasouke. Kau sudah disini rupanya. Aku terlalu larut membaca buku, jadi aku tidak merasa lama menunggumu."
Sasouke : "Kau dan buku, kebiasaan yang selalu sama. Jadi, kau sudah siap untuk berangkat?"
Yuna : "Baiklah. Aku siap. Aku juga sudah membungkuskan makan siang seperti yang kau minta."
Ucap Yuna sembari menunjukkan keranjang anyaman di pangkuannya.
Sasouke : "Kalau begitu, kita berangkat sekarang juga."
Sasouke segera menaiki kereta kudanya. Namun tanpa sengaja, tangannya menyentuh sesuatu yang sejak tadi berada di tengah kursi pengemudi. Seperti sebuah ekor. Lalu tiba-tiba, terdengar suara kucing yang menjerit dan apa yang ada dibalik selimut kecil itu bergerak cepat. Dan keluarlah seekor kucing, yang ternyata adalah Hatsu Haru. Kucing kesayangan Yuna. Terbangun dengan terkejut dan mendesis ke arah Sasouke karena ekornya terinjak oleh tangan Sasouke tanpa sengaja. Hatsu Haru sepertinya kesal pada Sasouke.
Sontak saja, Sasouke pun sama terkejutnya dengan Hatsu Haru yang ada di dalam kereta kuda.
Sasouke : "Ha-Hatsu Haru? Kenapa ada kucingmu disini? Apa jangan-jangan kucingmu ikut bersama denganmu ke kota?"
Yuna : "Benar. Tapi ini bukan pertama kalinya. Hatsu Haru terkadang suka ikut bersama denganku jika setiap kali ke kota. Tapi jangan khawatir, dia kucing yang baik. Hatsu Haru tidak pernah kabur kemana pun setelah di kota. Sisi terbaiknya, dia bisa menjadi teman perjalanan kita. Maafkan Sasouke ya, Hatsu Haru. Dia tidak sengaja menginjak ekormu."
Jelas Yuna dengan alasan yang ringan, lalu mengusap kepala Hatsu Haru dengan lembut. Hatsu Haru langsung menolehkan wajah lucunya karena kesal, lalu menjilati ujung ekornya yang terasa sakit dengan sembari memegang ujung ekornya yang panjang.
Sasouke : "Aah, be-begitu ya. Maaf, aku benar-benar tidak tahu. Aku mengerti. Baiklah, tidak apa-apa. Kita berangkat sekarang ya."
Sebenarnya, Sasouke masih terkejut. Tapi karena memikirkan perjalanan jauh yang harus ditempuh, Sasouke menahan diri untuk tidak banyak berkomentar. Dan segera mengambil alih kemudi, lalu mulailah perjalanan mereka.
Perjalanan menuju Kota Varrzanian memakan waktu sekitar 3 jam. Beruntunglah karena jalurnya yang hanya garis lurus. Ditengah perjalanan, perut Sasouke sudah memanggil jiwanya.
Sasouke : "Maaf, Yuna. Bisakah kau membuka makan siangku?"
Pinta Sasouke, sembari masih memegang tali kendali kudanya. Pandangannya fokus ke depan.
Yuna : "Oh? Kau sudah merasa lapar ya? Tunggu sebentar ya."
Yuna pun membuka penutup keranjang anyaman tersebut, lalu mengambil jatah makan siang yang sebelumnya sudah Yuna siapkan.
Sasouke : "Apa sudah siap?"
Yuna : "Sudah. Ini dia."
Balas Yuna dengan nada yang lembut. Tanpa disadari, Yuna baru saja menyuapi Sasouke. Sasouke dengan spontan mengunyahnya. Dan seketika, ia baru menyadarinya. Langsung saja, Sasouke menolehkan pandangannya yang terkejut.
Sasouke : "Ke-Kenapa kau menyuapiku?"
Tanya Sasouke yang merasa malu di dalam hatinya. Jantungnya berdebar. Rona merah di wajahnya samar-samar terlihat.
Yuna : "Kenapa? Aku sedang membantumu makan. Ayahku pernah menasehatiku, jangan makan sambil mengendarai kereta kuda. Terkadang saat aku pergi bersama dengan ayah, aku selalu menyuapinya. Jadi, kau bisa tetap makan juga mengendalikan kereta kudanya. Jangan menolak ya."
Ucap Yuna dengan wajah yang lembut dan senyuman yang indah. Sembari menawarkan Sasouke kembali makanannya.
Sasouke merasa malu dengan perlakuan Yuna padanya. Tapi ia tahu, yang baru saja Yuna katakan adalah masuk akal. Mau tidak mau, Sasouke harus menerima perlakuan Yuna yang manis menurutnya. Meskipun ada keraguan, tapi Sasouke masih mau merasakan kelembutan tangan Yuna.
Yuna : "Kau mau makan buahnya juga?"
Sasouke : "Bu-Buah ya? I-Iya, aku mau juga."
Yuna menyuapi potongan buahnya sekarang. Satu persatu. Bagi Sasouke, buahnya terasa lebih manis dari rasa yang sebenarnya. Karena berasal dari tangan lembut seorang gadis yang ia cintai. Manis berair yang dirasakan sampai jauh ke dalam hatinya. Membuat perasaan nyaman itu menyelimuti jiwanya.
Tanpa terasa, makanan tersebut sudah habis tak tersisa. Yuna pun menawarkan air pada Sasouke.
Yuna : "Kau mau minum juga? Kau pasti haus."
Sasouke : "Ba-Baik! Tapi, aku akan melakukannya sendiri ya."
Balas Sasouke yang semakin gugup dibalik wajah tersenyumnya. Rona merah di wajahnya semakin terlihat.
Yuna : "Tapi, kau tidak akan bisa melakukannya. Jadi biar aku saja ya. Aku membawa gelas alumunium. Itu akan jadi lebih mudah."
Yuna mulai menuangkan airnya. Lalu, menyodorkan gelas itu di depan wajah Sasouke yang cemas.
Yuna : "Ini airnya, Sasouke. Minumlah. Aku akan membantumu dengan menaikkan gelasnya."
Sasouke : "Ba-Baiklah, jika memang kau mau melakukannya..."
Sasouke dilanda keraguan, malu juga gugup. Tapi ia berusaha untuk menenangkan semua kondisi tersebut agar tidak menjadi salah tingkah.
Bibir Sasouke menghampiri gelas tersebut, dengan perlahan Yuna mengangkat gelasnya agar air tersebut dapat Sasouke jangkau, mengalir ke dalam mulutnya. Terasa begitu segar di dalam dadanya. Bahkan Yuna melakukannya tanpa menetes satu pun airnya.
Yuna : "Sudah merasa lebih baik?"
Sasouke : "Su-Sudah... Terima kasih, Yuna..."
Jawab Sasouke sambil mengeringkan bibirnya yang basah. Nada suaranya masih terdengar gugup. Sasouke mencoba menghela nafas panjang yang halus, agar dirinya merasa tenang. Yuna pun membereskan sisa makan siang Sasouke yang sudah tak bersisa itu.
Sasouke mencuri pandangannya pada Yuna. Momen suapan itu masih tergambar dengan jelas di dalam pikirannya. Meskipun harus mengalami momen jantung yang berdebar kencang karena malu, namun di sisi lain, Sasouke merasa sangat senang dengan perlakuan Yuna. Senyum malu itu pun tergambar lagi di wajah tampannya meskipun hanya sesaat. Dengan sekali lagi mencoba mencuri pandang pada gadis cinta pertamanya itu, yang sekarang sedang membaca bukunya lagi.
Tiba-tiba, Sasouke teringat dengan semalam di festival Cellestina. Ia masih ingat, karena telah membuat Yuna menunggu terlalu lama hingga tertidur. Sasouke merasa menyesal.
Sasouke : ("Apa sebaiknya aku membicarakan tentang semalam dengan Yuna? Aku yakin, Yuna merasa kecewa karena aku sudah melanggar janjiku semalam...")
Pikir Sasouke yang cemas, dihantui ekspektasinya lagi. Apakah benar seperti yang Yuna pikirkan? Dengan sedikit mengumpulkan keberanian, akhirnya Sasouke pun mulai bicara saat dimana tujuan ke kota masih cukup jauh.
Sasouke : "Ngh... Yuna..?"
Yuna : "Ya, Sasouke? Aku mendengarkan."
Jawab Yuna sambil membaca buku dengan ekspresi yang tenang.
Sasouke : "Aku... Mau minta maaf tentang semalam di festival Cellestina. Padahal aku sudah berjanji padamu. Tapi tidak kusangka, aku terjebak diantara kedua temanku. Dan setelah sampai di taman yang sudah kujanjikan kemarin, aku sudah menemukanmu tertidur. Aku sungguh menyesal. Aku minta maaf..."
Ungkap Sasouke dengan ekspresi menyesalnya, dengan pandangannya tetap fokus pada jalanan.
Yuna terlihat terkejut saat mendengarnya. Buku pun mudah teralihkan dari pandangannya. Namun, senyumanlah yang justru terlukis di wajah cantiknya dengan sempurna. Yuna memahami perasaan teman masa kecilnya itu.
Yuna : "Aah, semalam ya? Tidak apa-apa, tidak perlu kau cemaskan lagi ya. Aku mengerti dengan keadaanmu. Memang seharusnya, malam festival Cellestina dirayakan dengan penuh kegembiraan bersama dengan keluarga juga teman-teman kita. Bahkan bersama seluruh warga Desa Rashvarrina. Dan sebenarnya, selagi menunggumu, aku memang sudah merasa mengantuk. Aku tidak tahan. Tanpa sadar, sepertinya aku jadi tertidur. Padahal hanya menutup mata sebentar saja. Itu mungkin, karena aku merasa kelelahan setelah menari."
Jelas Yuna dengan ringannya. Sekaligus mengutarakan rasa pengertiannya pada Sasouke, agar Sasouke tidak merasa bersalah lagi karena telah melanggar janjinya.
Sasouke : "Benarkah seperti itu?"
Tanya Sasouke yang masih merasa cemas, mengalihkan pandangannya pada Yuna.
Yuna : "Itu benar. Tapi, jika saja kau tidak menemukanku yang sudah tertidur dan tidak ada yang membangunkanku, mungkin semalaman aku akan tertidur di taman itu. Ahaha..."
Jawab Yuna yang merasa dirinya ceroboh dengan terus terang.
Sasouke : "Jadi, kau memaafkanku?"
Yuna : "Baik, aku memaafkanmu. Jadi, jangan merasa bersalah lagi ya."
Ucap Yuna dengan nada yang lembut, sembari membujuk Sasouke agar tidak menyesalinya lagi lebih lama.
Melihat senyuman di wajah putih bersih Yuna, Sasouke bisa merasakan efek yang sama. Seketika, beban di dalam dadanya menghilang. Sasouke merasa lebih lega. Seolah, ia bisa kembali bernafas lebih bebas.
Sasouke : "Syukurlah. Aku senang sekali mendengarnya. Seperti yang pernah Ryuga katakan, kau memang yang terbaik, Yuna."
Yuna : "Terima kasih kembali. Apa aku harus berterima kasih pada Ryuga atau padamu?"
Sasouke : "Kurasa ucapan terima kasih itu lebih baik untuk Ryuga saja. Aku hanya meminjam kalimatnya saja."
Yuna : "Begitu ya? Sepertinya ucapan terima kasihku adalah satu keranjang penuh roti lapis selai Rosalina Berry dan keju."
Sasouke : "Ahahahaha, aku setuju denganmu."
Tawa dan canda mereka berdua semakin berbaur dengan sempurna. Mengisi perjalanan mereka yang tanpa terasa akan segera memasuki wilayah Kota Varrzanian.
「 Entering The Great Varrzanian City 」
Pusat kota dari Kerajaan Varrzanian. Sebuah kota yang selalu sibuk. Satu-satunya kota yang paling sukses dengan pembangunan infrastrukturnya yang semakin maju. Menjadikan kota tersebut semakin hidup, dan memiliki nilai profit yang besar bagi semua investor yang mencoba berinvestasi di kota tersebut.
Kota Varrzanian merupakan kota yang selalu padat. Pusat bisnis terbesar yang pernah didirikan oleh raja sebelumnya, dan hingga kini telah berkembang semakin pesat.
Salah satu keunikannya, warga asing bisa ditemukan dengan mudah disini. Seperti dari bangsa vampire moderen keturunan bangsawan, bangsa Warewolf berketurunan kesatria sampai bangsa penyihir yang ahli dalam obat-obatan dan ramuan. Bahkan bisa ditemukan dengan bermacam-macam profesi pekerjaan lainnya.
Semuanya berbaur dengan sangat baik. Keharmonisan ini terwujud karena pengaruh dari kebijaksanaan Kerajaan Varrzanian. Dan mampu membuktikannya dengan pesatnya roda perekonomian di kota tersebut dengan menggabungkan banyaknya perbedaan ras dalam satu kota besar. Pemandangan yang tidak akan dijumpai lebih banyak di kota mana pun.
Sasouke dan Yuna pun akhirnya tiba di dalam area kota tersibuk itu. Mencoba mencari tempat untuk memarkirkan kereta kudanya. Mereka cukup kesulitan untuk menemukan satu celah saja. Ditambah dengan harus berusaha keras untuk melintasi kerumunan di jalan. Benar-benar kota yang sangat sibuk.
Hingga akhirnya, mereka pun bisa menemukan tempat yang sesuai setelah melalui usaha yang tidak mudah. Mereka pun dibantu oleh seseorang yang biasa mengatur kendaraan yang masuk dan keluar. Seorang pria muda yang berlari menghampiri kereta kuda mereka, sembari menarik tali kekang di kepala kudanya. Lalu membawanya ke arah yang dituju.
Young Man : "Baik! Itu sudah cukup, Tuan!"
Arahan dari pria muda juru parkir itu mudah Sasouke ikuti.
Young Man : "Selamat siang, Tuan dan Nona. Anda berdua mau kemana?"
Sapa pria muda tersebut dengan ramah.
Yuna : "Seperti biasa. Kami dari Desa Rashvarrina. Kami ingin menjual beberapa kotak buah Rosalina Berry."
Young Man : "Ah, tentu. Saya mengerti. Silahkan langsung saja ke bagian sortir bahan pangan di gedung sebelah sana."
Ucapnya sambil menunjukkan arah gedung yang dimaksud.
Young Man : "Biarkan saya memanggil beberapa orang untuk membantu Nona mengangkut buahnya ya."
Yuna : "Terima kasih banyak."
Balas Yuna dengan sepenuh hatinya. Pria muda itu pun beranjak sejenak, sambil memanggil beberapa orang yang sedang duduk bersantai yang jauh di depannya.
Young Man : "Heei! Kalian berdua! Cepat kemari dan bantu Nona ini mengangkut barangnya! Ayo, kerja!"
Pinta pria muda tersebut sambil berteriak dan memberikan isyarat dengan kedua tangannya. Dua pria yang baru saja dipanggilnya pun, berlari menghampiri. Dan segera membantu mengangkat barangnya. Tapi betapa terkejutnya kedua pria ini, saat melihat Sasouke yang mampu membawa dua kotak buah secara bersamaan.
Man 1 : "Whoa! Tu-Tuan! Anda kuat sekali!"
Sasouke : "Kalian bawa saja dua kotak sisanya ya."
Jawab Sasouke dengan wajah yang senang, berlalu begitu saja. Berhasil membuat kedua pria itu terkagum dengan kekuatan fisik Sasouke, hingga mulut kedua pria itu terbuka lebar.
Man 2 : "Dia kuat sekali... Aku sampai terkejut melihatnya."
Man 1 : "A-Aku juga sama terkejutnya..."
Meskipun masih larut dalam keterkejutan, kedua pria itu pun membawa sisa kota terakhirnya. Dan mereka pun segera menuju gedung sortir yang menjadi tujuannya. Sementara itu, Yuna memberi sedikit upah pada pria muda sebelumnya.
Yuna : "Tolong jaga kereta kuda kami ya. Sekaligus, aku ingin menitipkan Hatsu Haru padamu."
Young Man : "Ah, terima kasih, Nona. Serahkan saja pada tim keamanan disini. Ngomong-ngomong, siapa yang Nona maksud itu? Apa ada orang lain lagi yang bersama dengan Anda berdua?"
Tanya pria muda tersebut yang bingung. Yuna pun menunjukkan siapa yang dimaksud. Hatsu Haru yang baru saja bangun dari tidurnya. Keluar dari selimutnya yang nyaman.
Yuna : "Itu benar. Itu dia, Hatsu Haru yang kumaksud. Ternyata dia baru saja bangun."
Respon pria muda itu terlihat terkejut awalnya.
Young Man : "Ooh, ternyata seekor kucing ya. Ahaha... Apa tidak apa-apa jika ditinggal, Nona?"
Yuna : "Tenang saja. Dia tidak akan pergi kemana pun. Kucingku memang sudah terbiasa selalu ikut denganku. Baiklah, tolong titip Hatsu Haru juga ya."
Yuna pun berlalu, meninggalkan pria muda itu bersama dengan Hatsu Haru. Ia terlihat masih bingung. Dan menolehkan pandangannya pada Hatsu Haru yang juga memandanginya.
Young Man : "Ha-Hai, kucing manis. Aku akan menjagamu. Apa kau lapar? Kau mau daging ikan yang enak?"
Sapa pria muda tersebut, mencoba bersikap ramah pada kucing itu. Akan tetapi, Hatsu Haru justru meresponnya dengan menguap lebar dan kembali melingkarkan tubuhnya untuk tidur kembali di atas selimutnya.
Ekspresi pria muda itu berubah menjadi keheranan.
Young Man : "Memang dasar sifat kucing. Mereka hewan yang malas meskipun lucu. Yah, kubiarkan saja dia tidur disana."
Pria muda itu pun meninggalkan Hatsu Haru yang sudah tertidur meskipun suasana di kota terdengar sangat riuh dengan berbagai macam suara yang bising yang bercampur. Tetap tidak berpengaruh pada kucing ini.
「 In Varrzanian Palace 」
Sementara itu di istana Varrzanian, Kepala Pelayan Wanita Istana berusia 60 tahunan, yang baru saja datang setelah mendapat perintah dari Lucyanna, terlihat terkejut dengan rencana Lucyanna.
Chief Palace Female Servant : "Nona ingin saya membuka lowongan pelayan untuk bagian perawatan halaman bunga istana?"
Lady Lucyanna : "Itu benar. Bukankah untuk saat ini istana membutuhkan pelayan baru untuk bagian perawatan bunga teristimewa ini, bukan? Ini akan jadi ide yang sangat bagus."
Ucap Lucyanna dengan penuh percaya diri.
Chief Palace Female Servant : "Itu memang benar, Nona. Kita masih membutuhkan banyak tenaga tambahan, karena bunga ini berkembang lebih cepat dari perkiraan saya, dengan tambahan lahan saja itu belum cukup. Kita membutuhkan bantuan tambahan lagi."
Lady Lucyanna : "Tepat sekali! Bukankah ini hal yang tepat? Dengan kebetulan seperti ini, mereka tidak akan curiga. Bahkan jika mereka mempertanyakan kebetulan karena mereka semua bermata biru, kita tetap bisa menjawab karena kebetulan yang sama."
Chief Palace Female Servant : "Ah, saya bisa paham maksud Anda, Nona. Lalu, kapan saya sudah bisa melakukan perintah Anda?"
Tiba-tiba, seseorang datang dari pintu ganda tersebut dengan gagahnya. Suara langkah sepatu besinya terdengar nyaring dan berhasil mengalihkan pandangan Lucyanna dan Kepala Pelayan Wanita tersebut. Ternyata dia adalah Sang Komandan Kerajaan. Yang pandangan matanya selalu terlihat serius.
Sir Renzo : "Nona Yang Terhormat. Semuanya sudah siap. Akan tetapi, hanya ada satu masalah."
Lucyanna dibuatnya terkejut dengan akhir kalimat dari Sir Renzo. Raut wajahnya berubah sedikit mengkerut. Dengan satu alis matanya terangkat.
Lady Lucyanna : "Masalah katamu? Baik, katakanlah."
Jawab Lucyanna dengan sikap yang tenang.
Sir Renzo : "Yang Mulia Raja tidak ada di tempat. Sepertinya Yang Mulia Raja keluar dari istana."
Lady Lucyanna : "Apa katamu?! Aarg! Yang benar saja!"
Ucap Lucyanna yang mulai kesal dengan saudaranya. Rencananya bisa berjalan tidak sesuai seperti yang diharapkan. Jangankan Lucyanna, Kepala Pelayan Wanita itu pun sama terkejutnya.
Lady Lucyanna : ("Dasar saudaraku yang menyebalkan! Sudah kukatakan untuk tetap diam di istana sebelum aku memintanya! Kalau seperti ini, tidak akan sesuai dengan rencananya! Baiklah, maafkan saudarimu ini ya! Jika rencanaku gagal!")
Umpat Lucyanna yang meluapkan kekesalannya dalam batin terdalamnya. Kemudian, ia menghembuskan nafasnya dengan tenang sambil menutup kedua matanya. Lalu menghirupnya dengan tenang juga dan membuka kedua matanya.
Lady Lucyanna : "Baik. Kita harus tetap dalam rencana. Sir Renzo! Aku perintahkan padamu untuk segera sebarkan anak buahmu, untuk mencari Yang Mulia Raja secepatnya!"
Perintah Lucyanna dengan tegas. Sir Renzo merespon dengan cepat tanggap.
Sir Renzo : "Baik, Nona!"
Sir Renzo pun berlalu dengan cepat.
Lucyanna benar-benar dibuat kesal karena ulah saudaranya lagi. Sampai memegang dahinya yang berkerut.
Lady Lucyanna : "Haah..! Dia dan obsesinya itu!"
Chief Palace Female Servant : "Nona, Anda baik-baik saja?"
Lady Lucyanna : "Sekarang, aku ingin kau tetap mempersiapkan yang sudah kuminta padamu."
Chief Palace Female Servant : "Ah, baik, Nona. Saya permisi dulu."
Kepala Pelayan Wanita itu pun segera pergi dan menjalankan rencananya. Sedangkan Lucyanna berusaha untuk mendinginkan kepalanya yang terasa seperti tersambar api yang tiba-tiba bergejolak karena saudaranya. Dan tetap fokus pada rencananya.
Lady Lucyanna : "Tenanglah, Lucyanna. Temukan saudaramu dan jalankan rencanamu."
「 On Varrzanian City Road 」
Entah bagaimana caranya, Raja Lucyver bisa berhasil keluar dari istana tanpa diketahui oleh ratusan pelayan dan penjaga yang berjaga. Ia seperti sedang mengikuti instingnya sendiri untuk menemukan gadis istimewanya. Namun, Lucyver tidak sendirian. Dia ditemani oleh sepupu laki-lakinya, putra dari Lord Damian. Bernama Tristan Vortexian.
Agar identitasnya tidak diketahui, Lucyver menyamar menjadi bangsa vampire bangsawan. Wajah yang agak pucatnya sangat memenuhi penyamaran tersebut. Hanya tinggal menambah aksen taring. Dan merubah warna matanya menjadi kuning. Ditambah dengan jubah panjang yang ikut menutupi atribut kerajaannya.
Tristan mulai merasa cemas dengan rencana 'Jalan-Jalan' ini.
Tristan : "Yang Mulia, setelah ini, kita harus cepat kembali ke istana sebelum Nona Lucyanna mulai mencurigai kita."
Bisik Tristan dengan nada yang cemas.
King Lucyver : "Panggil aku dengan nama Duke Andrian. Kau mengerti?"
Tristan : "Aahh... Ba-Baik. Duke Andrian. Kita harus cepat kembali sebelum Nona Lucyanna curiga."
King Lucyver : "Tenang saja, Tristan. Kita hanya keluar sebentar saja. Aku merasa sangat bosan menunggu rencana saudariku berjalan. Jika aku sendiri bisa menemukannya, itu akan jauh lebih mudah."
Ucap Lucyver dengan penuh percaya diri. Tapi tidak dengan Tristan.
Tristan : "I-Itu memang benar, Yang Mulia. Tapi apakah dengan suasana kota sepadat hari ini? Ini adalah bulan terpadat Kota Varrzanian. Karena banyaknya kegiatan ekspor dan impor yang sedang berjalan."
Ucap Tristan yang semakin cemas dan mulai merasa pesimis dengan pencarian tersebut.
King Lucyver : "Jangan khawatir. Kau hanya perlu mengikutiku saja. Hanya aku yang bisa merasakan kehadirannya meskipun itu kecil. Ikut aku."
Tristan : "Aaahh... Baik, Duke Andrian. Apa boleh buat..?"
Lucyver memulai pencariannya. Dia terlihat lebih berantusias. Mau tidak mau, Tristan harus mengikuti obsesi sepupunya.
Sepanjang pencarian, dengan kemampuan matanya yang tajam dan spesial, Lucyver memperhatikan ke setiap gadis yang ia lihat. Yang khususnya memiliki mata berwarna biru. Ia menyadari, bahwa ada begitu banyak gadis bermata biru. Namun sejauh ia pergi, Lucyver belum menemukan satu yang ia cari, yang sesuai dengan petunjuk dari Dewa Lucifer.
King Lucyver : ("Seperti dugaanku, ada jutaan lebih gadis dengan mata biru. Benar-benar seperti mencari pertama yang terindah diantara jutaan permata indah lainnya. Apakah mustahil untuk menemukannya dengan cara seperti ini?")
Tristan : "Du-Duke Andrian, tunggu aku..!"
Tristan yang sedang bersusah payah melewati kerumunan dan berusaha untuk menyusul Lucyver. Hingga akhirnya ia berhasil menyusul Lucyver dengan menggenggam kain jubahnya.
Tristan : "Aaah! Ramai sekali hari ini. Bahkan lebih ramai dari bulan sebelumnya. Ngomong-ngomong, sebenarnya siapa yang sedang kita cari?"
Tanya Tristan yang terdengar lelah.
King Lucyver : "Gadis bermata biru."
Tristan : "A-Apa? Gadis bermata biru? Apa aku tidak salah dengar? Ada jutaan gadis bermata biru di kota ini! Belum lagi ditambah dengan pendatang dari kota dan negeri lain. Kenapa harus mencarinya? Bukankah kau masih berhubungan dengan Putri Vallerina dari kerajaan sebelah?"
Tanya Tristan yang bingung dengan sikap sepupu dari saudari ayahnya tersebut. Lucyver mendadak merasa tidak nyaman saat mendengar nama wanita tersebut.
King Lucyver : "Jangan sebut wanita itu didepanku, Tristan! Kau justru merusak antusiasku hari ini!"
Tristan : "Ma-Maaf..."
Respon sikap Tristan dengan menyesal karena takut, sembari mengangkat kedua tangannya.
King Lucyver : "Kau ingat dengan Jodoh Terikatku, bukan? Itulah yang kita cari."
Tristan : "Aah! Yang itu ya. Tentu saja aku tahu. Semalam, kita semua merasakannya. Tapi kehadiran yang kurasakan terasa kecil tapi kuat. Apa kau yakin dia ada di Kota Varrzanian sekarang?"
King Lucyver : "Aku bisa merasakannya. Hari ini aku merasakan kehadirannya semakin kuat. Aku merasa yakin, dia sedang ada di kota ini. Dan aku harus lebih cepat menemukannya sebelum DIA."
Ucap Lucyver, yang menekankan lebih tegas saat menyebut pria yang tidak ingin disebut namanya itu. Tristan pun menyadarinya bahwa itu benar.
Tristan : "Be-Benar juga ya. Jangan sampai terlambat. Tapi, masalahnya apakah kita yakin bisa menemukannya lebih cepat di tengah keramaian seperti ini?"
Lagi-lagi, Tristan merasa dirinya pesimis. Dari kejauhan, Tristan bisa melihat anak buah Komandan Sir Renzo yang mulai mencari Lucyver. Tristan pun menjadi semakin panik sambil menarik jubah Lucyver, hingga membuat Lucyver terkejut, tubuhnya sampai tertarik ke belakang.
Tristan : "Ga-Gawat! Yang Mulia, sebaiknya kita kembali saja ke istana sekarang..!"
Bisik Tristan yang panik. Lucyver juga menyadari kehadiran para prajurit itu.
King Lucyver : "Aku tahu, Tristan. Jangan khawatir. Kita akan segera kembali setelah aku benar-benar bisa memastikannya."
Ucap Lucyver dengan senyum percaya diri.
Tristan : "Aagh... Kenapa tidak sekarang saja, Yang-- Maksudku, Duke Andrian! Aku lebih cemaskan kemarahan Nona Lucyanna dibandingkan kemarahan ayahku."
Tristan yang panik malah membayangkan Lucyanna yang sedang marah, dengan dua tanduk di kepalanya, kedua mata yang semakin merah, pedang besar yang bersandar di bahu kanannya, tangan kiri yang menolak pinggang, ditambah dengan kobaran api yang bergejolak yang menjadi latar belakangnya. Tristan terlihat langsung mengecil saat berhadapan dengan Lucyanna yang sedang marah. Membuat perasaan Tristan di dunia nyata semakin cemas dan takut.
King Lucyver : "Jangan khawatir. Aku tahu dia akan sangat marah pada kita, terutama padaku. Tenang saja, aku akan melindungimu. Aku merasakannya di arah sana. Ayo!"
Tristan : "Ooh... Aku sungguh beruntung dilindungi oleh seorang Duke Andrian... Semoga Dewa melindungiku..."
Tristan sampai berekspresi terharu dengan air mata yang terus mengalir, namun tercampur juga dengan perasaan takut. Benar-benar ungkapan yang di dramatisir.
Mereka pun melanjutkan pencarian tersebut. Lucyver bisa merasakan kehadirannya.
「 The Other Side Of Part Varrzanian City 」
Sementara itu, Yuna dan Sasouke baru saja selesai membeli beberapa barang yang dibutuhkan dalam jumlah yang banyak. Sasouke membantu membawakan barang tersebut dengan kekuatan fisiknya. Sasouke terlihat sangat kuat membawa barang sebanyak itu di pundak dan tangannya. Yuna mengecek kembali catatan barang yang sudah dibuatnya.
Yuna : "Ah, kelihatannya sudah hampir semuanya. Hanya tinggal satu barang lagi. Dan kita bisa kembali pulang."
Sasouke : "Benarkah? Barang apa itu?"
Yuna : "Buku."
Sasouke : "Buku? Lagi?"
Tanya Sasouke yang bingung.
Yuna : "Mau bagaimana lagi, jika ke kota, yang paling ingin kucari adalah buku. Aku tidak bisa menahannya."
Jawab Yuna dengan ringannya dengan senyum malunya. Sasouke pun ikut tersenyum.
Sasouke : "Baiklah, kita akan mencari buku yang kau inginkan itu. Setelah aku menyimpan barang-barang ini ke dalam kereta kudanya. Jadi, kau bisa sepuas hatimu mencari buku yang kau suka."
Yuna : "Benarkah? Kau sungguh baik, Sasouke. Terima kasih."
Ucap Yuna dengan nada bahagianya. Membuatnya semakin bersemangat.
Sasouke sangat mengerti dengan salah satu kesukaan Yuna sejak dulu, yaitu buku. Bagi Yuna, masuk ke dalam satu perpustakaan di Kota Varrzanian seperti masuk ke dalam taman bunga yang sangat indah, dipenuhi oleh berbagai macam bunga yang berwarna-warni memenuhi satu bukit dan sabananya. Yuna bisa menghabiskan setengah hari untuk membaca buku yang ia sukai. Buku pun menjadi salah satu benda penting yang berhasil mengobati kesedihan terdalam Yuna setelah ibunya meninggal. Sejak saat itulah, Yuna menjadi ketagihan membaca buku apa pun.
Setelah Sasouke meletakkan semua barang tersebut ke dalam kereta kuda bagian belakang, seperti janjinya, Sasouke pun akan menemani Yuna untuk mencari buku yang ia suka.
「 On Other Side Varrzanian Road 」
Sementara di sisi lainnya, Lucyver bersama dengan Tristan masih dalam pencariannya. Tristan mulai terlihat kelelahan sambil terus menarik jubah panjang Lucyver. Membuat Lucyver terkadang sulit bergerak dan sedikit kesal karenanya.
Tristan : "Du-Duke Andrian... Sampai kapan kita harus terus mencarinya..? Aku sudah tidak sanggup lagi berjalan... Haa~~h..."
Ucap Tristan dengan nafas yang tersisa, sambil menarik jubah Lucyver. Lagi-lagi berhasil membuat Lucyver menghentikan langkahnya, menarik jubahnya kembali dengan wajah yang sedikit kesal, menatap Tristan yang mengeluh.
King Lucyver : "Tristan, berhentilah menarik jubahku. Kau terlalu sering membuat leherku tercekik! Kenapa kau tidak kembali saja sendiri? Dan hadapi kemarahan saudariku dengan keberanianmu."
Tristan : "Tidaak... Kau juga harus ikut kembali bersama denganku... Aku tidak mau menghadapinya sendrian..."
Lagi-lagi, ekspresi sendu Tristan muncul di wajah tampan manisnya.
Tristan : "Kau punya tubuh yang tinggi dan mata yang tajam, itu mudah bagimu. Tapi tidak denganku... Kita kembali saja sekarang, dan lanjutkan lagi besok..."
King Lucyver : "Jika besok, aku belum tentu bisa merasakan kehadirannya lagi seperti hari ini. Aku harus bisa memastikannya. Maaf, Tristan. Aku menolak untuk gagal!"
Ucap Lucyver dengan nada yang serius. Semakin membulatkan tekadnya. Namun respon Tristan justru sebaliknya.
Tristan : "Oh, tidak..! Kalimat unggulan itu... Haaah... Baiklah, Duke Andrian."
Mau tidak mau, kembali Tristan harus mengikuti pencarian Lucyver.
Secara tiba-tiba, Lucyver merasakan gejolak di dalam batinnya. Yang ia yakini bahwa itu adalah pancaran aura dari gadis Jodoh Terikatnya. Ia merasakannya jauh di depannya dan sedang berjalan mendekat.
Lucyver mempercepat langkahnya. Berusaha menerobos kerumunan. Ia ingin mendekati gadis misterius itu. Sampai meninggalkan Tristan di belakang.
Tristan : "Tu-Tunggu, Duke Andriaaan! Kenapa tiba-tiba dia terburu-buru seperti itu? Apa jangan-jangan-- Kalau begitu, aku harus memastikannya juga."
Tristan seolah merasakan hal yang sama. Meskipun lelah, namun ia berusaha mengejar Lucyver di tengah keramaian.
King Lucyver : ("Aku bisa merasakannya! Itu pasti dia!")
Rasa penasaran dan obsesinya semakin menguat. Memacu langkahnya, menghindari banyak orang. Semakin lama, Lucyver semakin merasakannya semakin dekat. Dan semakin dekat.
King Lucyver : ("Sedikit lagi!")
Secara mengejutkan, tepat dihadapannya, Lucyver tidak sengaja menabrak seorang pria paruh baya yang sedang membawa banyak gulungan kain. Tabrakan pun tidak bisa dihindari. Pria paruh baya tersebut jatuh ke tanah. Gulungan kain-kain tersebut berjatuhan kemana-mana. Kain yang tergulung rapi pun, terbuka, melebar ke jalan. Karena hal tersebut, membuat jalanan menjadi sedikit kacau. Mulai memancing sedikit perhatian. Pria paruh baya tersebut memarahi Lucyver.
Old Man : "Hei! Tidak bisakah kau sedikit berhati-hati?! Lihat! Semua kainku jadi berantakan semua dan kotor! Aah! Bagaimana ini?"
Lucyver sampai tidak bisa berkata apa pun karena terkejut. Tristan pun datang lebih cepat dan melihat kekacauan tersebut.
Tristan : "Astaga! Duke Andrian?"
Tristan pun menyadari situasinya, dan segera menyelesaikan kekacauan tersebut.
Tristan : "Pa-Paman, maafkan temanku ya. Dia sedang terburu-buru. Dan tidak melihat paman. Biarkan aku yang membereskannya ya."
Ucap Tristan sembari merapikan kembali semua gulungan kain tersebut.
Old Man : "Baik, baik! Cepat bereskan saja semuanya! Aku bisa terlambat karena ini. Dasar anak muda!"
Keluh pria tersebut, sembari berdiri dan membersihkan pakaiannya.
Lucyver masih terdiam. Ia kehilangan fokusnya. Tristan menyadari kondisi sepupunya itu dan mulai cemas. Mencoba untuk menyadarkannya dengan mengguncangkan pundak Lucyver.
Tristan : "Duke Andrian! Duke Andrian! Sadarlah! Kau baik-baik saja'kan? Ayolah! Aku tidak mungkin memanggilmu dengan sebutan itu'kan? Jawab aku!"
Lucyver pun tersadarkan kembali. Dan menyadari insiden yang baru saja terjadi.
King Lucyver : "Ma-Maafkan aku..."
Lucyver terlihat menyesal dan membantu Tristan. Namun tiba-tiba, ia bisa merasakan kehadiran gadis tersebut sudah dekat dan baru saja melewatinya.
Seolah waktu berjalan sangat lambat. Lucyver mengalihkan pandangannya pada seorang gadis yang memakai topi dengan pita biru, yang sudah melewatinya. Lucyver merasa sangat yakin.
King Lucyver : ("Itu dia!")
Hasratnya terpancing. Langkahnya membawanya pada gadis tersebut. Ia ingin sekali meraihnya, sebelum gadis itu benar-benar menghilang. Ya! Seperti kalimatnya Lucyver, 'Aku menolak untuk gagal!'
Tristan pun terpaksa ditinggalkanya lagi. Lucyver lebih fokus untuk mengejar gadis tersebut. Kembali melawan arus keramaian. Semakin berusaha keras. Tristan kembali mencoba untuk mengejarnya dengan susah payah.
Tinggal sedikit lagi, Lucyver bisa menyentuh gadis itu. Namun tiba-tiba, Lucyver dihadang oleh beberapa anak buah Komandan Sir Renzo yang berhasil menemukan Lucyver yang sedang menyamar. Lucyver sangat terkejut. Ia juga kembali merasa kecewa karena tidak berhasil mencapai gadis tersebut. Hal tersebut, kembali menyita banyak perhatian.
Guardian Man : "Tahan! Yang Mulia, kami tahu Anda sedang menyamar. Kembalilah ke istana segera. Perintah dari Nona Lucyanna!"
Ucap prajurit tersebut dengan berbisik, agar tidak ada seorang pun yang menyadari bahwa Lucyver sedang berada di tengah keramaian kota. Tristan pun harus ikut ditahan.
Tristan : "Oh, tidak..."
Lucyver tidak bisa berkata apa pun lagi. Tangannya masih mencoba untuk meraih gadis tersebut. Seketika, gadis tersebut perlahan membalikkan wajahnya. Diantara jarak 5 meter. Gadis tersebut terpancing rasa penasarannya dengan keributan yang terjadi.
Akhirnya, Lucyver bisa melihat mata biru yang pernah ia lihat dalam visi semalam. Hanya kedua mata biru itu saja. Seolah, keduanya telah terjadi kontak mata secara tidak langsung. Membuat mata merah Lucyver terbuka lebar.
Seakan waktu kembali berhenti. Lucyver terhipnotis oleh mata biru yang indah itu, tanpa berkata apa pun, tanpa ada jeda sedetik pun untuk mengedipkan matanya. Mata yang benar-benar cantik dan memiliki keindahan yang berbeda. Lucyver merasakan gejolak yang bangkit di dalam dadanya. Tidak sama persis seperti pada saat Lucyver melihat mata biru itu lewat visi Dewa Lucifer. Rasanya sangat berbeda.
Namun sayang, waktu tidak bisa ia hentikan. Mata biru itu mulai terhalangi sesuatu yang akan menutupinya. Dan mulai pergi. Lucyver terkejut. Namun apa daya, ia tertahan oleh para anak buah Komandan Sir Renzo.
Guardian Man : "Cepat! Bawa mereka sekarang!"
Demi menghindari lebih banyak memancing perhatian, mereka pun membawa Lucyver dan Tristan kembali ke istana. Lucyver masih terdiam, masih seperti merasakan efek hipnotis setelah melihat mata biru itu. Tanpa perlawanan, Lucyver pun terlihat pasrah saat dikawal oleh para anak buah Komandan Sir Renzo bersama dengan Tristan.
Tristan : "Haaah, akhirnya tidak berhasil juga... Aku harus bersiap menghadapi Nona Lucyanna nanti..."
Ucap Tristan yang sudah semakin menyerah dengan kemungkinan yang harus ia terima setelah sampai di istana.
Sementara itu, Yuna terpancing oleh rasa penasarannya karena insiden tadi. Namun, Sasouke membawa Yuna pergi menjauhi kerumunan tersebut.
Yuna : "Apa yang baru saja terjadi?"
Sasouke : "Entahlah, Yuna. Sebaiknya kita jauhi saja. Sepertinya berbahaya. Ayo, kita pergi."
Yuna : "Baiklah."
Demi keselamatan, mereka pun pergi menjauhi kerumunan tersebut. Dan kembali melanjutkan tujuan Yuna untuk mencari buku yang ia cari.
「 In The Varrzanian Palace 」
Sementara itu, setelah Lucyver dan Tristan kembali ke istana Varrzanian, dalam satu ruangan, terlihat Tristan yang terus menundukkan kepalanya. Lucyanna dengan wajah penuh kekesalannya, sedang berdiri dengan kedua tangan yang menyilang di depan dadanya. Sedangkan Lucyver terlihat masih terdiam setelah mengalami pertemuan tersebut.
Lucyanna menghela nafas berat.
Lady Lucyanna : "Apa ada yang harus kudengar darimu? Tristan?"
Tanya Lucyanna dengan nada yang lembut namun sangat tajam sembari menahan emosinya. Berhasil membuat Tristan semakin takut.
Tristan : "Ma-Maafkan kami, Nona Lucyanna..."
Sekali lagi, Lucyanna menghela nafas berat.
Lady Lucyanna : "Aku tidak akan memperpanjang masalah ini. Karena kita semua sudah tahu. Berterima kasihlah pada Dewa, tidak ada seorang pun yang tahu bahwa yang berada di tengah kerumunan siang itu adalah Yang Mulia Raja."
Tristan : "Maafkan kami... Aku tahu itu salah... Tidak apa jika kau memberitahu ayah tentang ini."
Tristan menyesalinya. Lucyanna pun memahami keadaan sepupunya ini, meskipun Lucyanna selalu bersikap dingin.
Lady Lucyanna : "Tidak. Aku tidak akan memberitahukan Lord Damian tentang ini. Sekalipun Lord Damian tahu, dia tidak akan memarahimu. Aku bisa menjaminnya. Sekarang pergilah. Tinggalkan kami berdua."
Tristan : "Terima kasih, Nona Lucyanna..."
Tristan pergi meninggalkan ruangan tersebut dengan membawa hatinya yang merasa menyesal.
Kini hanya tinggal Lucyanna dan Lucyver berdua saja. Lucyanna memperhatikan saudaranya yang sejak tadi terdiam tanpa berkomentar apa pun. Wajahnya termenung. Sambil menahan wajahnya dengan satu tangan mengepal, bersandar di dudukan lengan kursi. Lucyanna menyadari sesuatu yang berubah dari saudaranya.
Lady Lucyanna : "Sejak kembali ke istana, kau menjadi pendiam. Tadinya, aku juga ingin sekali memarahimu karena tidak menepati janji dari rencana yang sudah kubuat. Tapi setelah melihatmu seperti ini, aku mulai berubah pikiran. Kudengar dari Tristan, kau menemukan gadis Jodoh Terikatmu di tengah kota? Apa itu benar?"
King Lucyver : "Itu benar-benar dia. Mata biru itu seperti dalam visi yang Dewa tunjukkan padaku. Sangat berbeda. Sangat indah..."
Ucap Lucyver dengan nada yang lembut. Jauh dari imagenya sebagai pria yang bersikap dingin dan kejam. Sorot matanya terlihat melembut. Tidak ada yang ia pikirkan selain pertemuan pertama yang telah membuatnya tidak bisa berkata apa pun.
Lucyanna tidak bisa merasa kesal dengan saudaranya karena ini.
Lady Lucyanna : "Apa kau yakin jika gadis itu adalah Jodoh Terikatmu?"
King Lucyver : "Sangat yakin."
Jawab Lucyver dengan senyuman di wajahnya. Senyuman lembut yang tidak pernah terjadi. Kelihatannya, Lucyver mengalami jatuh cinta pada pandangan pertama. Lucyanna memperhatikan ekspresi tak biasa itu lagi, membuatnya tidak sanggup untuk mencibir saudaranya.
Lady Lucyanna : "Lalu, bagaimana kau akan menemukannya lagi? Apakah gadis ini adalah salah satu penduduk kota ini? Jika dia berasal dari luar kota, aku tidak tahu sampai kapan kita bisa menemukannya."
King Lucyver : "Sayangnya, aku tidak begitu tahu siapa dia dan berasal dari mana. Tapi setelah berhasil menemukannya, aku harus tetap melakukan segala cara untuk menemukannya dimana pun. Aku mengakui kegagalanku yang baru saja terjadi. Tapi tidak dengan lain waktu."
Ungkap Lucyver dengan penuh percaya diri. Semakin menguatkan tekadnya.
Lady Lucyanna : "Baik. Aku akan tetap membantumu. Kita akan mencoba di seluruh penjuru kota. Dan aku akan mengerahkan anggota khusus untuk mencari di luar kota. Aku akan tetap mengandalkan kemampuanmu. Hanya kau yang bisa merasakannya."
King Lucyver : "Aku mengerti. Terma kasih, Lucyanna. Aku akan serahkan padamu. Aku percaya dengan kemampuanmu."
Ucap Lucyver dengan kesepuluh jari yang saling terkait. Ekspresi wajah lebih serius. Terutama saat ini, Lucyver sedang diburu waktu dan kesempatan. Ia merasa saat ini, perlombaan baru saja dimulai. Peserta lawannya adalah pria yang tidak ingin disebutkan namanya. Menjadikannya satu prioritas yang teratas.
「 Return Journey To Rashvarrina Village 」
Langit berubah menuju jingga. Sasouke dan Yuna dalam perjalanan pulang kembali ke Desa Rashvarrina. Yuna terlihat sangat senang, setelah ia bisa kembali dari kota dengan membeli beberapa buku yang ia sukai. Sasouke ikut merasakan kebahagiaan itu juga.
Sasouke : "Kau benar-benar terlihat sangat senang ya hari ini? Kulihat, kau tidak berhenti mengagumi buku-buku itu sejak kita keluar dari toko buku."
Yuna : "Kelihatannya begitu ya? Aku sangat senang sekali jika sudah tentang buku. Walaupun sebenarnya, aku masih ingin lebih lama disana."
Sasouke : "Ahaha... Kau dan buku. Kalian berdua sangat terikat ya. Hmm... Sepertinya, pria yang akan kau nikahi adalah tentang buku."
Yuna : "Hmm? Apa maksudmu, Sasouke?"
Tanya Yuna dengan ekspresi yang bingung.
Sasouke : "Maksudku, mungkin pria penjaga toko buku, pria penjaga perpustakaan, pria sejarahwan, pria kutu buku, pria penulis buku, mungkin juga pria pemilik toko buku atau perpustakaan. Sepertinya begitu ya?"
Jawab Sasouke dengan wajah senangnya, bahkan sembari menghitung dengan jari-jarinya. Tentu saja membuat Yuna terkejut. Setelahnya, justru sebuah senyuman yang terpancar. Yuna terhibur karena Sasouke.
Yuna : "Ahaha, pikiranmu ada-ada saja."
Respon Yuna dengan tawanya yang manis. Sepanjang perjalanan pulang, mereka isi dengan tawa dan canda yang menyenangkan.
「 In Lucyver's Private Room 」
Malam datang dengan membawa kelembutan bagi siapa pun yang merasa lelah, yang mengidamkan waktu istirahatnya. Suasana kota besar ini tidak pernah padam meskipun di malam hari.
Di kamar pribadi Lucyver, ia tengah membaringkan tubuhnya di atas ranjang besarnya. Hanya mengenakan kemeja putih polosnya, tanpa atribut maupun jubah kebesarannya. Ditemani suasana temaram yang menenangkan jiwanya. Tangan kanannya bersandar di atas dahinya, sedangkan tangan kirinya bersandar di atas perutnya.
Lucyver masih terbayang dengan pertemuan pertama siang itu. Kesan indah saat pertama kalinya melihat mata seindah itu, selalu menghantui seluruh ruang di kepalanya. Matanya melamun, namun ada senyum di wajahnya.
King Lucyver : ("Aku tidak pernah melihat mata secantik itu dalam hidupku... Di 131 tahun usiaku... Gadis Jodoh Terikatku...")
Lucyver membangkitkan tubuhnya. Satu kakinya menekuk. Tangan kanannya menyentuh bibirnya. Sorot matanya dipenuhi hasrat terpendam. Seperti seseorang yang terlihat sangat ingin memakan sesuatu yang sangat ia sukai.
King Lucyver : ("Dan satu hal yang membuatku semakin tertarik padanya adalah... Aku tidak pernah merasakan hasrat sebesar ini dalam tubuhku!")
Lucyver menyeringai, memperlihatkan sedikit taringnya yang memanjang. Nafasnya menjadi berat dan terdengar desahan. Lucyver memegang leher belakangnya. Turun hingga ke bagian dadanya. Bahkan membuka satu, dua hingga lima buah kancing kemejanya. Terlihatlah secara sekilas, otot perutnya yang terbentuk sempurna. Ia bisa merasakan jantung abadinya berdetak kencang. Menaikkan rasa gelisahnya. Ekspresi wajahnya berubah, karena gejolak hasrat yang ia rasakan, namun harus ia tahan. Ini terjadi karena Lucyver tidak bisa melepaskan bayangan gadis bermata biru tersebut. Senyum penuh hasrat itu tergambar jelas.
Tubuhnya terbaring lagi tanpa tekanan, lalu menutup sebelah wajahnya dengan tangannya. Nafasnya naik dan turun dengan perlahan. Wajahnya tersenyum.
King Lucyver : "Hehehe..! Aku semakin ingin memilikinya! Kau benar-benar membuatku harus menikmati sensasi hasrat sebesar ini sendirian! Ahaha! Ini tidak adil! Aku tidak yakin bisa beristirahat dengan tenang malam ini. Aku pastikan! Aku pastikan, akan mendapatkanmu apa pun caranya!"
Lucyver harus menikmati penderitaan manisnya tersebut karena gadis tersebut. Mata merahnya mulai memancarkan cahaya merahnya ditengah kegelapan ruangannya.