Chereads / Kamu Yang Tersakiti / Chapter 5 - Kamu Yang Tersakiti 5

Chapter 5 - Kamu Yang Tersakiti 5

Hujan deras bersama dengan angin Mita yang di rumah sendirian. Mita yang berjalan ke arah dapur untuk mengambil segelas air putih untuk ia minum. Tapi Mita yang mendengar suara hujan yang deras dan angin membuat Mita merasakan kalau ada hal yang membuat dia gelisah.

"Kenapa aku merasa gelisah seperti ini ya,"kata MIta yang masih berjalan menuju dapur.

Sampai didapur Mita mengambil gelas yang dia tuangakan air hangat untuk mengisi perutnya. Tapi tidak tahu kenapa gelas yang sudah dituangkan air hangat mulai retak dan pecah jatuh ke lantai. Mita yang melihatnya terkejut."Kenpaa gelasnya bisa rekat seperti ini. Apa airnya terlalu panas,"ucap Mita.

Mita yang duduk jongkok untuk memungut pecahan gelas yang sudah ada dilantai. Tapi saat hendak mengambil pecahan itu Mita mendengar suaa petir. Yang membuat Mita keget dan melukai ujung jari yang menyentuh pecahan gelas.

"Aduh sakit,"ucap Mita yang menghisap ujung jarinya. Tapi hati kecil Mita merasa gelisah lagi kalau akan ada hal yang membuat malam ini. Menjadi malam terakhir, tapi Mita tetap berpikir positif.

Mita yang berdiri dan mencari kota P2K untuk mengobati luka di tangannya agar tidak terinfeksi. Tapi saat hendak mencari kotak P2K dengan suara petir yang keras lampu padam. MIta yang tidak bisa melihat dalam gelap hanya bisa merabah benda yang ada disekitarnya.

"kenapa harus mati sekarang lampunya,"ucap Mita. Mita yang mencari senter lebih dulu untuk menerangi jalannya. Mita yang berjalan pelan dan berhati-hati dengan tangan merabah disekelilingnya.

Mita yang sudah sampai di tempat dia menyimpan santainya dia mulai mencari. "Akhirnya aku temukan senternya,"ucap Mita yang menyalakannya.

Mita yang kembali mencari kotak P2K dengan pencahayaan dari senter yang dia temukan. Mita yang sudah mendapatkan P2K segera dia menutup luka di ujung jarinya dengan hansaplas yang dia dapatkan. Tapi disaat sudah selesai dengan ujung jarinya. Mita mendengar suara langkah kaki,Mita segera menoleh dan mengarahkan senter yang dia bawa ke segala arah untuk mencari.

Tapi Mita tidak menemukan ada orang lain."Apa hanya perasanku saja,"ucap Mita yang kembali ke dapur.

Tapi Mita merasa sedikit merinding dengan suasana rumah malam itu. Apa lagi hujan juga turun dengan lebat dan bersamaan dengan angin dan petir."Kapan Bram pulang,"ucap Mita yang berharap.

Tapi MIta yang mencoba kuat untuk tidak takut. karena akan mepengaruhi janin yang ada di dalam perutnya."Sayang kecil kamu jangan takut ya ada mama di sini,"ucap Mita kepada janin yang ada didalam perutnya.

Mita yang sudah sampai kembali memberishkan pecahan gelas yang jatuh tadi. Tapi Mita kembali mendengar suara langkah kaki bersama dengan suara orang. Mita yang sedikit mengintip melihat ke arah langkah kaki itu berada.

Dimana MIta melihat sedikit cahaya yang datang. Mita yang mengamit dari dapur melihat sosok orang dengan pakaian serba hitam dan wajah mereka yang menutupinya. Mita yang melihatnya sedikit terkejut dan kembali duduk untuk bersembunyi.

Mita yang sedikit gelisah mengambil ponselnya dan henda menghubungi kantor polis. Tapi tidak ada sinya yang bisa membantu dia menghubungi kantor polis atau menghubungi Bram."Bagaimana ini mereka pasti pembunuh atau perampok,"kata Mita yang sedikit takut.

Tapi Mita yang berpikir tenang karena hanya ada dirinya yang masih ada di rumah. Apa lagi Mita sedang mengandung anak Bram. "Aku harus bisa lari dari sini,"ucap Mita. Tapi di saat yang sama Mita yang melihat sekirarnya untuk bisa keluar dari rumah.

Tapi belum sempat dia hendak pergi Mita mendengar pembicaraan mereka yang membuat Mita tertarik dan tetap di dapur untuk sementar. Mita juga mencari waktu yang tepat untuk pergi dari rumah tanpa ketahuan.

"Dimana wanita itu, kenapa aku tidak melihatnya,"kata pembunuh.

"Mungkin saja dia ada di kamar. Kamu tidak tahu kalau wanita itu sedang hamil,"ucap pembunuh lain.

"Tapi kenapa kita harus membunuh wanita itu. Apa suaminya itu tidak suka dengan wanita itu sampai harus membunuhnya,"kata pembunuh.

"Kamu diamlah cepat cari wanita itu. Itu bukan urusan kita untuk ikut campur dalam urusan rumah tangga orang lain. Asalkan dia membayar kita bukan,"kata pimpinan pembunuh.

"Tapi bukan itu sangat kasihan wanita itu,"ucap pembunuh.

"Kasihan apa?,"kata pembunuh yang satu.

"Suaminya itu memiliki wanita lain dan wanita itu sedang mengandung juga sama dengan istrinya,"kata pimpinan pembunuh.

"Lalu..,"ucap pembunuh yang dihentikan bicaranya.

"Sudah untuk apa kamu ingin tahu. Kita hanya perlu menjalankan tugas kita untuk mendapatkan uang,"kata pimpinan yang memoton pembicaraan anggota yang lain. Tapi di tempat lain Mita yang medengar itu terkejut dan tidak percaya apa yang dia dengar.

"Pasti pembunuh itu salah ucap. Itu bukan suamiku pasti,"kata Mita yang tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Mita yang mencoba kuat segera melangkah keluar. Sampai didepan pintu MIta membuka dengan perlahan dan kelura rumah.

Cuaca yang tidak baik Mita yang harus bertahan dari pembunuh yang menginginkan nyawanya. Tapi di saat Mita sudah ada diluar MIta melihat mobil Bram."Itu mobil Bram. Apa dia sudah pulang,"ucap MIta yang ingin menghampirinya.

Tapi belum sempat Mita berjalan menuju ke arah mobil Bram. Pintu sudah terbuka dimana Bram keluar dengan payung yang ada di tangannya. MIta yang melambaikan tanganya ke arah Bram. Untuk memberitahukan kalau dirinya ada disini. Tapi Bram berjalan ke sisi lain dari pintu mobil dan membukakan pintunya.

Mita yang melihat itu hanya bisa menatap saja sambil berpikri,"SIapa yang ada dimobil selain Bram."

Mita yang dengan hati-hati melihat kalau seorang di balik pintu yang ada didalam mobil adalah seorang wanita. Yang membuat Mita tercengang melihatnya,"SIapa wanita itu?." MIta yang kembali mengingat dan terlintas seorang wanita yang sama persis dengan di kantor Bram.

"Kenapa Bram membawa wanita itu,"ucap Mita yang sudah setengah tergutur oleh air hujan. MIta yang menahan air matanya karena dia juga dalam situasi bahaya. Mita yang masih menatap ke arah Bram. Hingga mata mereka saling bertatapan, tapi tatapan mata Bram sedikit tidak perduli dengan Mita yang sudah terkena hujan.

Tapi di tempat lain pembunuh itu yang juga keluar dari rumah karena tidak menemukan Mita ada didalam rumah."Mereka sudah mau datang, kemana aku harus pergi,"ucap Mita yang berpikir jernih.

Mita yang pergi ke arah hutan yang ada disamping rumahnya. Sementara Bram dan wanita itu hanya melihat saja MIta pergi. Mita yang sudah ketahuan dikejar oleh pembunuh itu. Hingga Mita di ujung tebing yang dimana Mita tidak bisa pergi kemana saja.

"Kamu mau lari kemana Mita,"kata Bram dari balik pembunuh yang mengejarnya.