30 Juni
Fasilitas penelitian terbengkalai
Kota Urn - wilayah 17
17:30 sore
Disebuah fasilitas penelitian terbengkalai di wilayah 17, seseorang yang memakai jaket trucker hitam dengan ban lengan merah sedang memberikan perintah kepada orang-orang yang memakai seragam serupa. Orang-orang itu adalah anak buahnya, sedangkan yang memberikan perintah adalah seseorang berambut lebat berduri seperti landak dengan warna rambut biru tosca menyala. Dia adalah Raymond ketua divisi enam Scissor.
"Serang habis-habisan siapapun yang pakai hoodie putih, kalau dia punya poni menyilang kalian laporkan, paham?!" perintahnya dengan tegas.
"Siap ketua!!"
Mereka semua menjawab serentak dengan posisi istirahat ditempat.
"Pergi!"
Setelah memberikan perintah untuk pergi, semua anak buahnya yang berjumlah kurang lebih 100 orang itu mulai berpencar ke berbagai tempat untuk mencari target yang diperintahkan. Operasi penyerangan mereka pun dimulai.
2 Juli - 17:00 sore
Apartemen Aaron - Kota Curius wilayah 7
"Walau lagi libur, tetap aja pr sekolah banyak ya, sial."
Seseorang yang menggerutu di sebuah apartemen kecil itu adalah Aaron Hyzoyu. Ia hanyalah seorang anak SMP biasa yang tidak memiliki kekuatan apapun selain kemalasan. Kemalasan adalah kekuatan utamanya dan ia bangga dengan kekuatannya tersebut.
"Au ah, males, bodoamat ama pr sekolah."
Karena rasa malasnya sudah tak tertahan, dia meninggalkan bukunya di meja kemudian berbaring di atas kasur untuk istirahat sejenak. Rasanya begitu melelahkan karena
beberapa hari yang lalu ia bertarung dengan seorang Esper yaitu Raymond.
Dengan keberuntungan yang besar itu dia bisa mengalahkannya walau pada akhirnya yang benar-benar mengalahkan Raymond adalah Mia. Dia adalah seorang gadis aneh yang tiba-tiba muncul dan membantunya melawan esper laser tersebut. Dia masih kepikiran dengan gadis kuncir kuda aneh yang mengajaknya bergabung kedalam grup chat. Hal itu membuatnya bingung sekaligus penasaran. Apa alasan Mia merekrutnya? hal itu masih menjadi misteri.
Selagi memikirkan Mia, Aaron mengambil smartphone yang ada di kasur dan membuka layarnya yang memiliki kunci pola yang rumit. Lalu yang dia lihat di beranda paling atasnya adalah ratusan pesan dari grup bernama Aresei.
'Grup chat ini rame banget. Yah, walaupun aku gabung ke grup ini tetap aja berinteraksi sama semua orang disana gak mudah.'
.
Selagi membaca pesan dari grup tersebut, tiba-tiba Mia menelepon Aaron. Hal itu membuatnya terkejut karena tiba-tiba ditelepon oleh seorang gadis setelah sekian lama. Alhasil smartphone yang ia pegang dalam posisi berbaring di kasur terlepas dari genggaman tangannya dan jatuh menabrak jidatnya.
Dbukk
"Aduh!?" erangnya merasa kesakitan.
Aaron memegang jidatnya yang terkena tinju dari smartphone-nya itu, ia merasakan rasa sakit yang tidak menyenangkan. Smartphone miliknya yang memiliki kapasitas baterai 5000MaH jelas membuat smartphone itu berat dan memberikan rasa sakit yang lebih dari sekedar rasa sakit biasa.
"Hp, bangs*t, pingin kubuang aja rasanya."
Ia kesal dengan smartphonenya itu dan rasanya ingin melemparnya dari lantai dua apartemennya. Tapi ia ingat bahwa itu smartphone satu-satunya, jadi ia mengurungkan niatnya. Dia juga tahu bahwa tidak berguna kesal dengan benda mati.
"Hadeh."
Setelah merasa agak baikan, ia kemudian bangkit untuk duduk di atas kasurnya, lalu mengambil smartphone-nya untuk mengecek siapa yang meneleponnya. Melihat nama sang penelepon dia agak terkejut.
'Anjir, dia rupanya, bikin kaget aja. Ngapain dah dia nelpon? Kirim pesan kan bisa.'
Yang meneleponnya adalah Mia. Telepon masih terus berdering tiada henti, tampaknya gadis itu memaksanya untuk mengangkat panggilan telepon tersebut.
Aaron yang awalnya ragu untuk mengangkat telepon yang sedang berdering di smartphone-nya itu akhirnya memutuskan untuk mengangkatnya karena mungkin saja itu penting. Setelah mengangkat telepon yang berdering, Mia pun mulai berbicara dengan gaya bicara yang seperti gadis tomboi.
"Cuy,"
"...."
Aaron terlihat ragu untuk menjawabnya, ia benar-benar bingung apa yang harus ia bicarakan saat teleponan dengan seorang gadis.
"Jawab woi!" tegas Mia dengan nada yang lebih tinggi.
"I-iya iya, ada apa nelpon?"
Pada akhirnya Aaron pun membalas omongan Mia karena tidak ingin mendengar suara nada tingginya yang penuh kekesalan.
"Cuy, kau gak kenapa-napa kan?" tanyanya dengan nada khawatir.
"Hah? Apa maksud?" jawab Aaron penuh kebingungan.
'Tumben-tumbenan ada cewek yang perhatian amaku'
"Kau gak liat berita-kah?"
"Hah?"
"Coba tonton berita yang lagi tayang di TV-mu."
Kemudian Aaron mengambil remote TV yang terletak di atas meja kecil disebelah kasurnya. Lalu Segera menyalakan televisi yang berada di depannya. Ia pun melihat sebuah berita yang sedang ditampikan di layar televisi.
"Dikabarkan bahwa beberapa penduduk kota diserang habis-habisan oleh sekelompok geng kriminal bernama Scissors. Tampaknya mereka hanya mengincar seseorang yang memakai hoodie berwarna putih. Penyerangan masih terus terjadi hingga saat ini, tidak ada yang mengetahui apa motif mereka sebenarnya. Para Guardian telah dikerahkan untuk menangkap mereka. Namun mereka belum bisa ditemukan sama sekali."
Begitulah isi siaran berita yang sedang ia tonton. Ia pun mengganti salurannya ke saluran yang lain namun berita yang serupa juga di siarkan. Ia pun mengecek melalui sosial medianya dan berita tersebut ternyata sedang hangat diperbincangkan di berbagai macam platform.
"Ya, setidaknya kau gak apa-apa kan? Oii!"
Aaron terdiam setelah melihat berita itu, pupil matanya melebar serta mulutnya sedikit ternganga. Ia terkejut, tubuhnya bergetar lemas dan terasa dingin, ekspresi wajahnya seperti seseorang yang baru saja menyaksikan pembunuhan didepan mata.
Lututnya langsung terjatuh lemas kebawah lantai seakan tidak kuat menerima beban. Kedua tangannya menyentuh lantai yang dingin sambil menundukkan wajahnya menatap lantai tersebut dengan perasaan bersalah.
"I-ini salahku.... Ini salahku..."
Suaranya kecil dan terputus-putus.
"Karena kesalahanku orang-orang tidak bersalah menjadi korban, Sial. Aku... aku... sampah terburuk!"
Aaron merasakan keputus-asaan, ia berpikir bahwa serangan terhadap penduduk kota itu karena salahnya. Ia berpikir bahwa karena telah melawan Raymond itulah penyebabnya. Dirinya mengincar Aaron tapi orang yang lain memakai hoodie berwarna putih juga ikut terlibat karena kesalahannya. Rasa bersalah itu tak terbendung di dalam hatinya.
"Sial, Sekarang orang-orang tidak bersalah juga ikut terlibat, aaaaaggghhhh, siiiiaaaaal!"
Aaron menggenggam tangan kanannya dan memukul lantai yang dingin tersebut. Dirinya merasa orang yang paling bertanggung jawab dan paling merasa bersalah atas semuanya. Perasaan itu menusuk dirinya, rasanya benar-benar tidak nyaman, ia membenci perasaan ini, sebuah rasa sedih, sakit yang bercampur satu.
'Tidak ada yang berubah dariku, tidak ada.'
"Oii, kau kenapa? Oii jawab aku!"
Suara Mia tidak mencapai telinga Aaron, lebih tepatnya ia mengabaikannya. Ia terus diam dan tidak bergerak sambil terus merasa bersalah akibat orang-orang tidak bersalah yang menjadi korban karenanya.
Alasan kenapa Aaron juga baru tahu berita tersebut karena ia hampir tidak pernah menyalakan televisi dikamarnya, ia lebih sering menggunakan smartphone dan laptopnya. Bisa dibilang televisi disitu hanya sebagai pajangan semata. Aaron juga hampir tidak pernah keluar dari apartemennya, ia akan keluar hanya saat bahan makanannya habis atau keperluan penting lainnya. Itu juga alasan kenapa dia belum ditemukan dan diserang Geng Scissor, karena dia belum keluar sama sekali sejak tanggal 30 Juni.
Dia biasanya tidak peduli dengan berita yang sedang hangat, ia hanya mencari hiburan melalui smartphone-nya dan tidak peduli dengan apa yang terjadi dengan dunia. Tapi, walau begitu, ketika seseorang terluka akibat dirinya, ialah yang merasa paling tertekan.
"Ini bukan waktunya sedih, cuk!"
Teriak Mia masih diabaikan Aaron,
Aaron seperti sudah tidak peduli dengan semuanya, yang ia rasakan hanya perasaan bersalah luar biasa.
"Aku tau kau pasti mikir ini salahmu, tapi ini bukan salahmu! Mereka-lah yang mulai duluan. Jadi kau gak perlu merasa bertanggung jawab atas apa yang terjadi, kau gak salah!" hiburnya.
Aaron masih tidak membalas omongan Mia. Namun, Mia tidak menyerah disitu, ia terus berusaha berbicara hingga Aaron kembali membalas omongannya.
"Cuy, semua yang terjadi di dunia ini udah diatur ama yang diatas. Tugasmu hanya menjalankan skenario yang bernama kehidupan! Kejadian saat ini udah takdir, jadi jangan salahkan dirimu sendiri. Aku juga terlibat sama Geng Scissor karena aku juga menyerang dia waktu itu. Oleh karena itu, kalaupun kau salah, setidaknya aku juga bersalah, jadi jangan menanggungnya sendirian! Kau bisa menanggungnya bersamaku!"
"Ah..."
Mendengar perkataan itu dari Mia membuatnya tidak bisa berkata-kata, juga membuatnya merasa baikan, merasa kembali mendapatkan semangat. Dunia yang terasa gelap dan dingin kini terasa terang dan hangat. Perasaannya tersentuh dengan kalimat itu. Ini pertama kalinya baginya mendapatkan dukungan saat dalam masalah pribadi seperti ini, pertama kalinya juga ia memperlihatkan sisi lemahnya kepada orang lain, pertama kalinya juga ia memiliki seorang teman berbeda jenis yang mau mendengarkan dirinya. Ia sangat bahagia, perasaan bahagia itu mungkin tidak bisa diketahui oleh orang lain selain dirinya.
Perasaan yang tidak bisa dijelaskan di dalam diri Aaron ini terus menguat, ia bahkan tidak tahu perasaan apa ini. Walau hanya dari kata-kata sebuah telepon, tapi itu sangat membantu baginya, ia merasa bangkit setelah mendengarkan perkataannya. Baginya saat ini, dia adalah seorang pahlawan.
"Aku akan bantu kau, jadi mari ketemuan di cafe di Wilayah 4."
"Untuk apa?" tanya Aaron.
Setelah terkena ceramah panjang dari Mia, Aaron mulai tersadarkan dan tidak lagi mengabaikan omongannya. Mendengar jawaban dari suara Aaron, membuat Mia merasa lega. Ia tersenyum dibalik telepon itu tanpa diketahui oleh Aaron.
"Akhirnya nih anak balas juga, banyak tanya ko! udah ayo kesana aja."
"Ah.. Yah, Wilayah 4 ya, tapi aku belum pernah kesana."
"Hadeh, yaudah kita ketemuan aja, setelah itu kita akan pergi ke wilayah 4 barengan. Btw kau tinggal di kota mana?"
"Oke, aku tinggal di kota Curius wilayah 7,"
"Buset, satu kota, pergi kau stalker,"
"Anjir."
"Hehe, canda bang,"
"Hmm, btw terimakasih Mia."
"Sans ae cuy, kita kan teman."
Ia tersenyum, senyuman yang benar-benar tulus. Ia sudah lama tidak senyum dengan tulus seperti ini.
'Mungkin akhirnya kutemukan seseorang yang baru.'
"Oke kita ketemuan di halte bus wilayah 7 jalan nomor 3, kau tau kan?"
"Iya, aku tau wilayah sini kok, kecuali wilayah diluar wilayah 7,"
"Nah, sip. Oke kututup ya,"
"Iya, dah."
Aaron pun menutup telepon itu, dan mulai bersiap berangkat. Setelah keluar dari wilayah apartemen, Aaron terus berjalan menuju halte bus wilayah 7 jalan nomor 3 yang jaraknya 4 kilometer. Aaron pergi kesana dengan berjalan kaki saja tanpa menaiki kendaraan transportasi. Ia percaya bahwa dirinya mempunyai pergerakan lebih cepat dari orang pada umunya.
'Sekitar 30 menitan baru sampai disana ya kayaknya, kuharap dia gak lama menungguku'
Setelah 30 menit lebih berjalan kaki di sore hari yang sudah hampir gelap, ia akhirnya sampai di halte bus itu, dan ia melihat Mia duduk disana menunggunya.
"Dah sampai daritadi?" tanya Aaron.
"Enggak juga, 5 menit yang lalu kira-kira," jawab Mia dengan santai.
"Oke, btw makasih kata-katanya." ucapnya dengan sedikit malu.
"Sans, lagian biasa aja itu kata-katanya."
Mungkin bagimu itu hanya kalimat biasa, tapi baginua itu sebuah cahaya harapan.
'Aku benar-benar berterimakasih padamu, my Hero.'
Dan tepat pada saat itu juga sebuah bus datang kemudian berhenti di halte itu. Mereka pun berdiri dari kursi.
"Gas?" tanya Aaron
"Gas!" jawab Mia dengan riang.
Mereka berdua pun menaiki bus tersebut dan pergi menuju wilayah 4.
Di sisi lain ada seseorang yang memakai jaket trucker hitam dengan simbol gunting di saku dadanya sedang memotret Aaron dan Mia dari jauh menggunakan smartphone-nya.
Setelah melihat mereka berdua pergi menggunakan bus, orang itu menghubungi seseorang. Setelah beberapa saat telepon berdering, telepon itu akhirnya diangkat.
"Lapor ketua divisi 6, kami menemukan seseorang yang menggunakan Hoodie putih lagi, lihat foto yang saya kirim ini, ciri-cirinya cukup mirip dengan yang ketua katakan." lapornya.
Kemudian orang itu mengirimkan foto Aaron dan Mia yang berada di halte bus. Seseorang dibalik telepon itu pun melihat foto itu dengan tersenyum, namun itu bukan senyuman yang baik, tapi senyuman yang jahat.
"Apakah dia orang yang ketua cari?"
"Ya, panggil semuanya dan ikuti mereka berdua, jangan sampai lolos!"
"Baik, ketua!"
Setelah menutup telepon, seseorang yang memiliki rambut berwarna biru tosca menyala dari balik telepon itu pun bergumam.
'Kutemukan kau, bocah bangs*t!'