Chereads / Dia Memang Bajingan / Chapter 27 - Kembali ke Jakarta

Chapter 27 - Kembali ke Jakarta

Setelah melepaskan amarahnya Carlos kembali ke rumah, saat tiba dia langsung menemui Federico dan Liliana. "Lebih baik kembali Indonesia, aku bosan disini." Kata Carlos dalam hati.

Carlos mencari Liliana dan Federico ke kamar mereka tapi dia tidak menemukan orang tuanya di sana. Carlos pergi ke ruang kerja Federico tapi tidak ada juga.

Dia kemudian pergi ke belakang, ternyata mereka disana lagi bersih-bersih halaman. Carlos menghampiri kedua orang tuanya lalu memeluk serta mencium Liliana.

"Dari mana saja kamu, Sayang?" tanya Liliana seraya berdiri dan membalas pelukan Carlos.

"Berkeliling dengan mobil, pikiranku suntuk, Mom," ujar Carlos seraya melepaskan pelukannya lalu duduk.

"Kenapa, Sayang? Kamu ada masalah?" Kembali Liliana bertanya dan duduk di dekat Carlos.

"Tidak, aku hanya ingin kembali ke Indonesia saja," jawab Carlos dengan menundukan kepala dan menarik napas yang dalam lalu menghembuskan dengan kasar.

"Disini aku tidak tahu harus berbuat apa, kalau di Indonesia aku bisa mengurus bisnisku," sambungnya lagi seraya menatap kedua orang tuanya.

Carlos sebenarnya sangat rindu kepada Jessica, baru seminggu berada di Amerika dia sudah tidak betah segera ingin kembali ke Indonesia.

"Iya, Nak. Kembalilah ke Indonesia, tidak baik meninggalkan bisnismu begitu lama," sela Federico dengan menepuk punggung Carlos.

Sebenarnya bukan itu yang di pikirkan Federico, tapi dia khawatir kalau Carlos terlalu lama di Amerika pria itu akan kembali seperti dulu lagi. Makanya Federico ingin Carlos cepat kembali ke Indonesia.

"Iya, Dad," sahut Carlos dengan menganggukan kepala lalu Federico mendekati Carlos dan berbisik.

"Aku mendengar tadi kamu membuat kekacauan di kantor Louis." Carlos menatap Federico lalu dia tersenyum dan kembali mengangukan kepala dengan pelan.

"Iya maaf, Dad. Aku hanya ingin memberi pelajaran pada anaknya," ujar Carlos dengan suara pelan.

"Ada masalah dengan anaknya?" Lagi-lagi Federico bertanya dengan menyipitkan mata menatap Carlos.

"Iya tapi sudah selesai, dia sudah minta maaf." Kembali Carlos menjawab untuk menenangkan Federico, dia tidak ingin sang ayah khawatir kepadanya.

"Baguslah, kapan kamu kembali ke Indonesia?" tanya Federico seraya berdiri dan merapikan mesin pemotong rumput.

"Besok lusa, baiklah aku ke kamar." Carlos berdiri lalu mencium kembali pipi Liliana dan meninggalkan kedua orang.

****

Carlos bersiap siap ke pusat perbelanjaan dia ingin membelikan sesuatu untuk Jessica, nanti malam Carlos akan kembali ke Indonesia. Pria itu keluar kamar dan menuju keruang tengah, dia ingin mengajak Liliana untuk ikut dengannya.

"Hi, Mom," sapa Carlos sambil memeluk Liliana dan mencium pipinya.

"Hm … kamu wangi sekali," puji Liliana seraya menarik napas yang dalam menghirup aroma wangi di tubuh Carlos.

"Mommy sibuk?" tanya Carlos seraya duduk di samping Liliana dan melingkarkan tangannya di punggung sang ibu.

"Tidak, sayang. Ada apa?" Carlos tersenyum dan memegang tangan Liliana.

"Temani aku ke pusat perbelanjaan," pinta Carlos dengan wajah memohon.

"Dengan senang hati, Sayangku," ujar Liliana sambil memegang kedua pipi Carlos.

"Kamu tidak mengajakku?" canda Federico seraya menatap Carlos.

"Ah … tentu saja asalkan daddy tidak sibuk," sahut Carlos dengan tertawa melihat mimik wajah Federico.

"Aku tidak sibuk. Ayo pergi, sudah lama kita tidak jalan bersama." Mereka bertiga berdiri lalu pergi ke depan.

Carlos awalnya hanya ingin mengajak Liliana tapi Federico ingin ikut juga, tapi Carlos sangat senang karena mereka sudah lama tidak jalan bersama.

Carlos menyetir mobil dan Federico duduk di samping Carlos, Liliana duduk di belakang. Carlos melajukan kendaraannya, merekapun tiba di pusat perbelanjaan.

Carlos memarkirkan mobil setelah itu mereka turun dan berjalan masuk ke dalam. Carlos memeluk Liliana dan mengajak wanita itu masuk ke tokoh perhiasan.

Sedangkan Federico mengikuti mereka berdua dari belakang. Penjaga tokoh menyambut Carlos serta kedua orang tuanya dan mempersilahkan untuk melihat-lihat perhiasan yang di pajang, Carlos berbisik kepada Liliana.

"Mom pilihkan yang bagus." Liliana langsung menatap Carlos dengan mengerutkan dahinya.

"Untuk siapa, Sayang," tanya Liliana dengan wajah yang heran lalu Carlos mengeluarkan ponselnya dan mencari foto Jessica.

"Untuk dia, Mom," jawab Carlos sambil menunjukan foto Jessica kepada Liliana

"Sayang, cantik sekali. Siapa dia? Apakah dia kekasih kamu?" Carlos terkekeh mendengar pertanyaan Liliana.

"Sudah, Mom. Tidak usah bertanya, pilih saja mana yang bagus dan cocok untuk dia," sahut Carlos sambil melingkarkan tangannya di punggung Liliana.

Federico juga terlihat sibuk memperhatikan perhiasan-perhiasan yang di pajang sampai tidak mendengar perbincangan istri dan putranya.

Liliana mulai memilih, dia meminta penjaga toko untuk mengeluarkan sebua kalung lalu penjaga tokoh itu mengambil kalung itu dan memberikannya pada Liliana.

"Sayang ini bagus untuk dia," ujar Liliana sambil menunjukan sebuah kalung kepada Carlos. Federico melihat ke arah Liliana kemudian dia mendekat.

"Untuk siapa kalung itu?" tanya Federico sambil memperhatikan perhiasan yang ada di tangan istrinya.

"Untuk kekasihnya," Canda Liliana lalu Federico membelalakan mata, dia terlihat sangat senang mendengar Carlos sudah punya kekasih.

"Ah … kamu sudah punya kekasih di Indonesia?" tanya Federico dengan suara yang kencang sehingga membuat wajah Carlos memerah.

"Sst … pelankan suaramu, Dad." Federico tertawa melihat wajah Carlos lalu dia berbsisik.

"Nak sudah waktunya kamu memberikan kami cucu." Kembali Carlos terkekeh mendengar permintaan sang ayah. Dia tahu diusianya ini dia seharusnya sudah menikah.

"Tenang saja, tahun depan daddy akan menggendong cucu," canda Carlos dengan melingkarkan tangannya di punggug Federico.

"Sungguh?" tanya Federico dengan membulatkan matanya, wajah pria itu terlihat sangat serius. Selama ini dia ingin sekali menggendong cucu tapi Carlos belum saja menikah.

"Dad ... aku bercanda." Waja Federico kembali lusuh, dia berpikir Carlos mengatakannya dengan serius.

"Sayang bagaimana kalau yang ini," sela Liliana sambil menunjukkan sebuah kalung pada Carlos

"Ini bagus, Mom," puji Carlos seraya memperhatikan kalung itu.

"Iya kan, Dad?" tanya Carlos sambil menunjukan kalungnya pada Federico.

"Iya itu saja," sahut Federico lalu Carlos memberikan kepada penjaga tokoh, dia melihat Liliana masih memilih-milih gelang.

"Mungkin untuknya." Kata Carlos dalam hati.

Selesai memilih Carlos pergi ke kasir untuk membayar, Tapi Federico menahan tangan Carlos dan memberikan credit cardnya.

"Nanti aku yang bayar, anggap saja ini hadiah dari aku dan mommy untuk kekasihmu," canda Federico lalu Carlos tertawa.

"Dad, itu bukan kekasih ku tapi …." Masih ingin bicara tapi sudah di sela oleh Liliana.

"Sudahlah, Sayang. Tidak usah malu, memang sudah waktunya kamu punya kekasih," ujar Liliana menggoda Carlos.

"Cepatlah menikah dan berikan kami cucu supaya mommy dan daddy tidak kesepian lagi." Carlos menggaruk kepalanya yang tidak gatal mendengar candaan Liliana.

"Sayang, tahun depan dia akan berikan kita cucu," canda Federico dengan melirik kepada Carlos dan tersenyum.

"Dad?!" Federico tertawa melihat raut wajah Carlos, baru kali ini Carlos seperti itu. Malu-malu di depan orang tuanya.

"Benarkah itu, Carlos?" tanya Liliana, wajahnya terlihat sangat senang.

"Mom, daddy hanya bercanda." Mereka bertigapun tertawa.

Selesai membayar mereka keluar dari toko perhiasan dan masuk di toko buku, Carlos ingin membelikannya untuk Jessica karena gadis itu senang membaca. Carlos mengambil dua buku dan membayarnya di kasir.

Hari mulai sore akhirnya mereka memutuskan untuk pulang, tiba di rumah Carlos langsung ke kamar dan membereskan barang barangnya. Jam 21:00pm dia sudah harus ke bandara, Carlos hanya membawa tas punggung.

Liliana membelikan gelang mas untuk Jessica dan Federico membelikan kalung mas. Carlos sangat senang karena mereka menyukai Jessica. Dia membuka segel kedua buku yang dia beli tadi dan memasukannya ke dalam tas. Tidak lama kemudian dia turun menemui orang tuanya.

"Hmmm mereka lagi santai nonton Tv," gumamnya dalam hati. Carlos langsung duduk di samping Liliana dan menciumnya.

"Jam berapa kamu berangkat ke Airport, Nak?" tanya Federico sambil mata tetap tertuju di layar tv.

"Jam 20:00, Dad," jawab Carlos seraya melihat jam di dinding sudah menunjukan pukul 18:30.

"Di Indonesia berarti sudah pukul 06:30, Jessi pasti sudah bangun. Hari ini dia tidak ke sekolah karena setiap hari sabtu mereka libur." Kata Carlos dalam hati.

Carlos ingin menelepon jessica tapi dia tidak akan memberitahukannya kalau dia akan pulang. Ia ingin membuat kejutan padanya, Carlos pergi ke kamarnya.

Dia mengambil ponsel dan laptop juga kabel HDMI, Carlos ingin menyambungnya ke Tv. Kembali dia turun lalu mematikan tv, sehingga membuat Liliana dan Federico menjadi bingung.

"Carlos apa yang kamu lakukan, kenapa Tvnya dimatikan?" tanya Federico dengan heran.

"Sabar, Dad. Aku ingin menunjukan sesuatu pada kalian," sahut Carlos sambil menyambung kabel ke Tv.

Selesai tersambung Carlos kembali menyalakan Tv dan langsung menelepon Jessica. Ada nanda panggil tapi belum ada jawaban dari Jessica. Berulang kali Carlos menghubungi Jessica, akhirnya terdengar suara gadis itu di ujung telepon.

"Hallo, Carlos," sapa Jessica dari seberang telepon.

"Jess, video call," pinta Carlos. Sementara kedua orang tuanya masih bingung melihat Carlos.

"Iya, Carlos," jawab Jessica dengan suara manja.

Carlos membuka aplikasi Skype di laptop lalu dia menjauh sedikit dari kedua orang tuanya. Carlos tidak ingin Jessica melihat mereka, pikirnya Jessica pasti malu.

"Mom, dad. Jangan bersuara ya, nanti dia malu." Liliana dan Federico mengangguk tapi masih bingung.

Carlos melakukan panggilan video pada Jessica lalu mucul di layar Tv. Mata Liliana dan Federico tertuju ke layar Lcd. Tapi Jessica belum menjawabnya, masih terdengar nada panggil.

Akhirnya Jessica menjawab video callnya, wajahnya muncul di Tv. Liliana dan Federico memandang Carlos sambil menutup mulut mereka. Federico mengangkat kedua keningnya karena penasaran.

"Carlos aku kangen padamu." Suara manja Jessica membuat Liliana dan Federico saling tatap.

"Kamu masih lama disana, Carlos?" tanya Jessica.

"Iya masih lama, nanti bulan depan aku kembali," jawab Carlos dengan berbohong. Sementara Liliana dan Federico tersenyum melihat Jessica di layar tv.

"Carlos kamu bohong lagi padaku, kamu bilang semingu lagi," ujar Jessica. Wajahnya terlihat cemberut di layar Lcd.

"Carlos, apa kamu tidak kangen padaku, apa kamu tidak kasihan denganku sendiri di apartemen." Jessica tidak tahu kalau Liliana dan Federico sedang memperhatikan di Tv gaya dia berbicara.

Liliana dan Federico melihat Carlos dan menahan tawa mereka, karena merasa lucu dengan gaya Jessica, juga suaranya yang manja.

"Aku juga kangen," jawab Carlos dengan bercanda.

"Kamu bohong, kalau kamu kangen pasti kamu akan cepat kembali. Tapi ini masih beberapa minggu lagi," sela Jessica dengan menunjukan wajah sedih.

"Aku masih sibuk." Lagi-lagi Carlos berbohong.

"Kamu tahu, Carlos. Setiap malam aku tidak bisa tidur, terus setiap hari aku kesepian. Kalau kamu disini kamu selalu menggangguku. Aku jadi rindu padamu." Carlos terkekeh mendengar pengakuan Jessica.

"Iya … iya ... kamu sedang apa?" tanya Carlos lagi seraya melihat kedua orang tuanya yang sedang menahan tawa melihat Jessica di tv.

"Kamu tidak lihat ini Carlos, aku lagi pegang sapu. Aku lagi membersihkan apartemen," ujar Jessica sambil menunjukan sapu di camera.

"Iya aku lihat," jawab Carlos dengan tersenyum di camera sambil menatap Jessica.

"Terus kenapa bertanya?" sela Jessica

"Suka saja," balas Carlos, dia suka sekali menggoda Jessica untuk melihat wajah cemberut gadis itu.

"Ich, dasar. Sudah ya, aku lagi bersih bersih apartemen. Kalau kamu telepon terus kerja ku tidak akan selesai." Orang tua Carlos geleng-geleng kepala, apalagi Federico. Dia langsung menyukai Jessica.

"Baiklah, kamu tidak menciumku?" Canda Carlos sambil menahan tawa.

"Iya aku cium. Muach …." Sambil mendekatkan bibirnya di camera.

"Ciumnya dimana?" tanya Carlos dengan bercanda.

"Di pipi, memang maunya di mana?" Kembali Jessica bertanya.

"Tidak cium bibirku?" Lagi-lagi Carlos bercanda kepada Jessica.

"Ich … Carloss kamu nakal." Carlos langsung tertawa mendengar Jessica berkata begitu.

Akhirnya Carlos menutup video Call lalu Liliana dan Federico mendekati Carlos, mereka berdua tersenyum kepada pria itu.

"Sayang cantik sekali, siapa dia?" tanya Liliana dengan penuh penasaran, dia menjadi sangat suka kepada Jessica lalu Carlos menceritakan kepada kedua orang tuanya semua tentang Jessica.

"Carlos kamu menyukainya?" tanya Federico dengan penuh selidik.

"Iya, Dad," jawab Carlos sambil menarik nafas panjang. "Tapi dia masih terlalu mudah dan daddy liat sendiri dia begitu polos," sambung Carlos dengan menatap kedua orang tuanya.

"Umurnya berapa sayang?" Kembali Liliana bertanya, dia ingin tahu tentang Jessica.

"15 tahun, Mom," sahut Carlos seraya berdiri dan melepaskan kabel dari tv.

"Masih mudah sekali ya." Carlos tersenyum dan menganggukan kepala kemudian melihat jam sudah menunjukan pukul 20:00.

"Aku harus siap-siap sekarang," ujar Carlos sambil menyalakan kembali Tv.

Carlos pergi ke kamar dan mengambil tas punggung lalu kembali turun menemui Liliana juga Federico. Carlos menghampiri mereka, dia memeluk dan mencium pipi kedua orang tuanya.

Liliana juga memeluk Carlos dengan erat, dia menitikkan air mata. Wanita itu masih ingin bersama putranya tapi Liliana mengerti kalau Carlos memiliki bisnis di Indonesia.

"Aku jadi sedih kalau lihat mommy menangis," ucap Carlos seraya menghampus air mata Liliana lalu memeluknya kembali.

"Kami akan merindukanmu, Sayang." Kembali Liliana memeluk Carlos dengan erat dan mencium kedua pipi putranya itu.

"Aku juga akan merindukan kalian." Carlos tersenyum lalu dia memeluk Federico dengan erat.

"Kami juga akan merindukanmu, Nak," sahut Federico dengan memeluk Carlos.

"Jangan lupa cepat menikah dan berikan kami cucu," canda Federico lalu Carlos tertawa dan melepaskan pelukannya.

"Aku harus pergi sekarang," pamit Carlos pada Liliana dan Federico.

Mereka mengantar Carlos sampai depan pintu lalu Liliana kembali memeluk Carlos dengan erat.

"Hati hati ya, Sayang dan jangan lupa selalu memberi kabar kepada kami," pesan Liliana sambil mencium pipi Carlos.

"Iya, Mom," sahut Carlos sambil memeluk Liliana dan Federico. "Bye." Carlos masuk ke mobil dan melambaikan tangan kepada kedua orang tuanya.

Garry yang mengantarkan Carlos ke Airport, tidak lama kemudian mereka sampai. Carlos turun dari mobil lalu mengambil tas punggungnya.

"Terima kasih Garry," ucap Carlos sambil tersenyum dan memikul tas punggungnya.

Carlos langsung masuk untuk check in. Selesai, dia pergi menuju Imigrasi. Carlos memberikan paspornya untuk mendapatkan stamp, setelah itu dia pergi ke ruang tunggu. Akhirnya pria itu masuk ke dalam pesawat.

Mereka akan transit selama satu jam di Hongkong, pesawat take off lalu Carlos memejamkan mata dan diapun tertidur.