Chereads / Dia Memang Bajingan / Chapter 18 - Menyusun Rencana

Chapter 18 - Menyusun Rencana

Pagi hari Carlos bangun kemudian turun ke ruang makan, disana sudah ada Liliana juga Federico. Carlos menyapa mereka lalu mencium kedua pipi ayah serta ibunya. Carlos menarik kursi dan duduk di samping Liliana.

Liliana menatap Carlos, dia tersenyum sambil memegang pipi putranya. Masih terlihat kesedihan di mata Liliana, dia mengambilkan makanan untuk carlos.

Sedangkan Federico hanya diam, sesekali dia menatap Carlos dan tersenyum. Ruang makan begitu hening, biasanya Dario membuat keributan dengan candaannya.

Air mata jatuh di pipi Carlos, dia membatalkan sarapan dan kembali ke kamar. Rasa sepi di rumah mulai terasa.

"Biasa pagi-pagi Dario sudah menggangguku, membangunkanku dengan menarik kedua kakiku lalu kami bergulat." Carlos menarik napas begitu dalam, tiba-tiba ponselnya berdering.

Carlos melihat panggilan dari Rick, dia langsung bangun dan menjawab telepon dari anak buahnya itu.

"Bagaimana, Rick? Kalian sudah bertemu dengan orang itu?" tanya Carlos sambil berjalan dan berdiri di depan jendela.

"Belum, Carlos. Dari semalam kami mengawasi tempat tinggalnya tapi sepertinya dia tidak ada, tapi kami masih menunggu," tutur Rick dari seberang telepon.

"Baiklah, jangan berhenti memberi kabar!" pesan Carlos lalu menutup teleponnya.

Carlos pergi mandi, tidak berselang lama dia keluar hanya menggunakan handuk yang melingkar di pinggangnya. Dia mengambil kaos juga celana jeans dan memakainya.

Kembali ponsel Carlos berbunyi, kali ini dari opsir Swan, Carlos langsung menjawab telepon itu. Terdengar suara opsir Swan dari seberang telepon.

"Selamat pagi, Carlos," ucap opsir Swan dari seberang telepon.

"Selamat pagi, Opsir. Apakah sudah ada perkembangan?" tanya Carlos pada sambil berdiri di depan cermin.

"Um … apakah kamu bisa datang ke kantor sekarang?" tanya opsir Swan, ada yang ingin dia sampaikan kepada Carlos.

"Tentu saja bisa, Opsir. Aku segera ke sana." Carlos menutup telepon dan turun ke lantai satu, dia bertemu Liliana

"Mom, aku pergi sebentar. Tadi opsir Swan menelponku, dia memintaku untuk datang ke kantor," tutur Carlos seraya mencium kedua pipi Liliana.

"Jangan pergi sendiri, Sayang," pinta Liliana dia khawatir karena tinggal Carlos anak satu-satunya.

"Tentu saja." Carlos juga tidak ingin membuat kedua orang tuanya khawatir, cukup sudah Dario yang membuat mereka sangat bersedih. "Dad, aku pergi," pamit Carlos lalu dia memeluk Federico.

"Hati-hati," pesan Federico lalu dia mengecup dahi Carlos.

Carlos pergi ke kantor Police bersama Marco. Tiba di kantor, Carlos langsung bertemu dengan opsir Swan.

"Selamat pagi, Opsir," sapa Carlos seraya bersalaman dengan opsir Swan.

"Selamat pagi, Carlos. Ayo ikut denganku," ajak opsir Swan. Dia ingin menunjukan sesuatu kepada Carlos.

.

Opsir Swan mengantar Carlos ke bagian Forensik di sana Carlos di sambut oleh ahli Forensik. Mereka duduk lalu ahli Forensik menjelaskan tentang yang mereka temukan.

"Begini Carlos. Hasil dari pemeriksaan kami, sebelum adik anda di bunuh dia mengalami pelecehan seksual." Carlos terkejut, wajahnya langsung memerah menahan maraha.

"Bahkan pada saat dia mati dia masih mendapat pelecehan seksual, ini bukan cuma satu orang yang melakukannya tapi mereka ada tiga orang," lanjut ahli forensik menjelaskan kepada Carlos.

Serasa tidak percaya dengan apa yang dia dengar, Carlos terlihat sangat marah, bagaimana tidak adik kesayangannya mengalami hal seperti itu. Carlos berusaha mengendalikan emosinya.

"Bagaimana anda tahu kalau itu tiga orang?" tanya Carlos, dia ingin forensik lebih detail lagi menjelaskan padanya.

"Dari cairan yang kami temukan di jasad korban, itu tiga cairan yang berbeda," tutur ahli forensik.

"Jadi kami pastikan ada tiga orang yang melakukan pelecehan seksual terhadap adik anda," sambungnya menjelaskan kepada Carlos.

Darah Carlos terasa naik sampai ubun-ubun kepala, wajahnya terasa panas. Carlos menutup mulut dengan kedua tangannya, sambil berdiri dia meletakan kedua tangan di belakang kepala.

'Aku tidak percaya semua ini terjadi pada adiku, bangsat kalian,' umpat Carlos dalam hati. Rasa sakit marah, dendam, benci semua menyatu.

"Opsir Swan lebih baik anda menemukan pembunuh adiku secepatnya," saran Carlos dengan geram. Gigi terkatup rapat sehingga menampakan tulang rahang tandanya Carlos sudah tidak dapat menahan amarahnya.

,Karena apabila aku yang menemukan mereka, aku akan berubah menjadi manusia yang paling kejam,' kata Carlos dalam hati.

'Aku akan menjadi manusia yang tidak punya belas kasih, akan ku lakukan melebihi apa yang mereka perbuat terhadap adiku,' gumamnya.

"Kami akan bekerja secepatnya, Carlos," ujar Swan dengan menenangkan Carlos. Dari raut wajah pria itu Swan tahu kalau Carlos sudah tidak dapat menahan emosi.

"Terima kasih, Opsir. Kalau begitu aku permisi." Mereka bersalaman kemudian Carlos meninggalkan kantor forensik. Carlos menuju ke parkiran dan masuk ke mobil.

"Kita pulang," ajak Carlos seraya menutup pitu dan memakai sabuk pengaman.

"Baik," sahut Marco kemudian dia menjalankan mobil meninggalkan parkiran.

"Marco, apakah sudah ada kabar dari yang lainnya?" tanya Carlos, tatapan matanya begitu tajam.

"Belum, Carlos tapi semua sudah di sebar. Anda jangan khawatir, mereka pasti menemukannya," ujar Marco menenagkan Carlos.

Dari tadi Marco perhatikan wajah Carlos saat keluar dari kantor forensik terlihat sangat emosi. Sudah pasti dia mendapat informasi yang buruk, pikir Marco.

Carlos hanya diam mendengar informasi dari Marco, pikirannya hanya tertuju kepada apa yang di katakan forensik. Carlos begitu penasaran siapa ketiga pria yang sudah melakukan pelecehan terhadap adiknya.

Dia segera ingin tahu, Carlos mencurigai mereka adalah rekan bisnis ayahnya. Karena dia tahu banyak yang tidak suka kepada Federico walau ayahnya itu adalah orang yang baik. Carlos mengeluarkan ponsel lalu menghubungi Mike, terdengar suara Mike di ujung telepon.

"Carlos, sudah ada kabar?" tanya Mike

"Belum, kamu lagi dimana?" Carlos ingin mengatakan kepada Mike apa yang dia dengar dari ahli forensik.

"Aku baru tiba di kantor," jawab Mike. "Ada apa?" tanya Mike lagi.

"Aku akan ke kantormu, ada yang ingin kubicarakan," ucap Carlos. Dia berpikir apakah lebih baik berkerja sama dengan Mike untuk mengungkap pelaku pembunuhan.

"Baiklah, aku tunggu kamu di kantor," ujar Mike lalu Carlos menutup telepon dan meminta Marco untuk mengantarnya bertemu dengan Mike.

Beberapa menit kemudian Carlos tiba di kantor, dia menuju keruangan Mike. Tanpa mengetuk pintu Carlos langsung masuk.

"Hi Mike," sapa Carlos. Melihat Carlos yang datang Mike langsung berdiri dan menyambut pria itu dengan memeluknya.

"Bagaimana? Apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Mike sambil duduk di sofa di ikuti Carlos.

"Begini Mike, aku baru saja dari kantor Polisi. Mereka memberitahukan tentang hasil pemeriksaan terhadap Dario," terang Carlos dengan wajah yang sedih.

"Apa hasilnya, Carlos?" tanya Mike penuh penasaran.

Carlos mulai menceritakan pada Mike hasil dari pemeriksaan tim Forensik dari A-Z. Carlos melihat wajah Mike berubah, tarikan nafasnya seperti ingin menerkam. Mike mengepalkan tangan, dan memukul meja.

"Bangsat, mereka memperlakukan adikku seperti itu." Amarah Mike naik sampai ke ubun kepala, gigi mengeretak. Seakan tak percaya apa yang menimpa Dario.

"Mike bagaimana dengan anak buahmu apa mereka sudah mendapat informasi?" tanya Carlos dengan wajah yang sudah mulai putus asa.

"Belum, Carlos. Kita harus bekerja sama, kalau tidak kita tidak akan menemukan mereka," terang Mike seraya berdiri dan berjalan mondar-mandir.

"Kalau polisi yang menemukan mereka, kita tidak bisa berbuat apa-apa lagi." Carlos langsung menatap Mike dengan wajah serius. Apa yang di katakan olehnya sangat benar.

"Makanya kamu jangan bermain sendiri, kita gabungkan anak buah kita," saran Mike. Karena dia curiga Carlos ingin menyelesaikan sendiri.

"Baik, Mike. Kita kumpulkan semua anak buah, nanti malam kita susun rencana," tutur Carlos lagi pada Mike

"Iya benar, Carlos. Nanti malam kumpulkan saja di tempatku." Mike senang karena Carlos mau bekerja sama untuk mencari para pembunuh Dario.

"Tapi Mike, tolong jangan sampai orang tuaku tahu," pinta Carlos. Dia tidak ingin ayah dan ibunya khawatir. Carlos berdiri lalu dia berpamitan kepada Mike.

****

Sementara di tempat lain, Rick dan rekan rekannya masih mengawasi orang yang bersama Dario pada saat kejadian malam itu. Sang informan melihat target, dia langsung memberitahukan kepada Rick.

"Rick, itu orangnya," tunjuk informan sambil menunjuk seorang pria yang sedang berjalan di emperan toko.

Rick menyalakan mobilnya lalu menjalakan mobil dengan pelan sampai dekat dengan target. Albert dan Garry langsung turun dan mengapit pria itu sambil menodongkan senjata ke pinggang target.

"Ikut kami naik ke mobil, jangan coba coba lari." Karena merasa takut pria itu mengikuti perintah Albert dan Garry, mereka langsung membawanya.

"Albert telepon Carlo sekarang," perintah Rick seraya melajukan mobilnya.

"Baik, Rick." Albert mengeluarkan ponsel dari saku celananya lalu menghubungi Carlos.

Sementara di rumah Carlos lagi duduk depan teras kamar tiba-tiba ponsel berbunyi Carlos melihat Albert yang menelepon, dia langsung menjawabnya.

"Ada apa, Albert?" tanya Carlos seraya berjalan kembali ke teras, dia berharap mendapatkan kabar yang bagus dari anak buahnya.

"Carlos, orang itu sudah di temukan dan sekarang bersama kami. selanjutnya bagaiman tuan?" tanya Albert dari seberang telepon dan meminta arahan dari Carlos.

"Bawah ke tempat Mike," perinta Carlos seraya meninggalkan kamar. Dia ingin pergi ke kediaman Mike.

"Baik, kami segera ke sana." Carlos menarik napas panjang lalu menutup telepon

Sambil berlari ke luar Carlos menelepon Mike, panggilan terhubung lalu terdengar suara Mike.

"Sudah ada berita, Carlos?" tanya Mike dari ujung telepon.

"Anak buahku menemukan orang yang bersama Dario pada malam kejadian itu, aku sudah perintahkan mereka untuk membawanya ketempatmu. Aku akan menyusul kesana," tutur Carlos sambil masuk ke mobil dan pergi ke tempat Mike.

"Baik, aku akan kembali sekarang juga," ujar Mike lalu Carlos menutup telepon. Dia memanggil Marco untuk ikut bersamanya.

Sementara di mobil, Rick masih menunggu apa yang harus mereka lakukan dengan target itu.

"Bagaimana Albert apa perintah dari Carlos?" tanya Rick sambil terus fokus menyetir.

"Carlos menyuruh membawa orang ini ke tempat Mike, sekarang kita menuju saja kesana mereka sudah menunggu kita," jawab Albert

Rick langsung mengarahkan mobil ke tempat Mike, tidak lama kemudian mereka tiba. Di sana sudah menunggu Carlos juga Mike.

Melihat mobil yang di kendarai Rick masuk e halaman, Carlos langsung berdiri menemui Rick dan rekan-rekannya.

"Mana orang itu," tanya Carlos. Dia tidak sabar lagi ingin mengorek informasi kepada pria itu.

Rick menyuruh Garry dan Albert untuk membawa orang itu masuk, mereka membuka tutup matanya lalu mendudukan pria itu di kursi.

"Siapa namamu?" tanya Mike dengan suara yang tenag. Pria itu itu masih kebingungan dan merasa takut. "Namamu siapa?" Kembali Mike bertanya karena belum ada jawaban dari si target.

"Willy," jawab pria itu dengan wajah ketakutan.

"Kamu mengenal Dario?" tanya Mike lagi sambil menarik kursi dan duduk di depan Willy, dia tersenyum kepada pria itu.

"Iya aku mengenalnya, Tuan," sahut Willy dengan wajah yang mulai tenang.

"Terakhir kapan kamu bersama dengan Dario?" Mike terus menginterogasi Willy, dia berharap pria itu tahu siapa yang membunuh Dario.

"Empat hari yang lalu, Tuan. Saat itu aku dan Dario serta yang lainnya masuk ke sebuah club. kami sedang duduk lalu datang seorang pria menghampiri Dario dan berbisik." Willy terhenti kemudian dia menatap Carlos juga Mike.

"Lalu apa?" tanya Carlos karena Willy berhenti bicara.

"Um …. tidak lama kemudian Dario berjalan menuju ruang belakang club, Tuan dan setelah itu dia tidak kembali ke meja kami." Pria itu tertunduk, ada perasaan sedih di sana karena Dario adalah teman baiknya.

"Malam itu kami mencari Dario, tapi kami tidak menemukannya dan akhirnya kami mendengar kabar itu siang hari, Tuan." Kembali wajah Willy tertunduk.

Carlos memperhatikan Willy. Hatinya berkata kalua pria itu berkata jujur. Lalu dia meminta Mike untuk membuka ikatan di tangan Willy.

"Kamu masih ingat ciri-ciri orang tersebut?" tanya Carlos seraya ikut duduk di dekat Willy.

"Masih ingat, Tuan." Wajah Carlos langsung beruba senang, kini akan terungkap siapa-siapa saja yang telah menghabisi Dario.

"Kamu bisa mengantar kami ke club itu?" Kali ini Mike yang bertanya.

"Bisa, Tuan. Tapi tolong lindungi aku." Mike tersenyum kemudian menatap mata Willy.

"Kamu jangan khawatir, kami semua akan melindungimu. Cukup dari jauh menunjuk orang itu. Ok!" ujar Mike sambil menepuk pelan pipi Willy.

"Baik, Tuan." Willy menjadi tenang karena Mike dan Carlos menjamin keselamatannya.

"Bagus, anak yang baik," ucap Carlos kemudian dia mengajak Mike ke depan.

"Nanti malam kita pergi ke club itu. Aku sudah tidak sabar, Mike." Wajah Carlos kembali berubah marah, dia mengepalkan tangan dan ingin meninju sesutau.