Chapter 07 : Zero Day – Assassin of Red & Berserker of Black.
(A/N : Mohon maaf kalau saja bab ini terlihat aneh, soalnya authornya author menulis ini, di saat author sendiri sedang dalam mood yang buruk. Semoga kalian bisa menikmatinya ya~ Selamat membaca~)
=-----=-----=-----=-----=
Di suatu tempat yang ada di Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat.
Dafa bisa terlihat sedang berjalan di trotoar pinggir jalan, bersama dengan Morgan yang terlihat sedang dalam suasana hati yang sangat baik.
Mungkin, alasan di balik hal itu, dikarenakan parameter statistik miliknya yang entah bagaimana, meningkat dengan sangat drastis.
Berkat hal itulah, Dafa berhasil membuat Morgan tetap terkendali, meskipun dia sempat hampir lepas kendali sih, dikarenakan seseorang yang mencoba untuk menggodanya, yang untungnya sih dapat diselesaikan olehnya, tanpa perlu ada pertumpahan darah.
"Ngomong-ngomong, kenapa orang-orang ini terus saja menatapku, Dafa?" Morgan yang terus saja merasakan tatapan dari orang-orang yang ada di sekitarnya memutuskan untuk menanyakan hal itu, karena dia mulai merasa tidak nyaman dengan hal tersebut.
Dafa yang dari tadi tampak sibuk dengan ponselnya pun hanya membalasnya dengan santai saja, tanpa menoleh sedikit pun ke arahnya; "Mungkin, itu karena kamu adalah gadis yang sangat cantik, Morgan. Sampai-sampai, aku yakin, kalau gadis tercantik di era ini pun akan malu, jika harus dibandingkan denganmu."
Morgan yang di puji sebagai gadis cantik segera meregangkan alisnya sedikit, di mana dia terlihat sudah kembali ke dalam suasana hatinya yang baik.
Dafa yang melihat hal itu hanya mengangkat kedua bahunya saja dengan penuh ketidakpedulian, sebelum dia kembali fokus dengan ponsel miliknya.
Lagi pula, dibandingkan berurusan dengan Morgan, ada hal yang jauh lebih penting lagi, yang perlu dirinya urus.
{Diamlah! Aku ini bukan anak kecil lagi! Berhentilah terus mengatur hidupku!}
Helaan nafas penuh rasa letih segera keluar dari mulutnya, setelah Dafa melihat balasan yang adik perempuannya kirim kepada dirinya.
Memang sih, dia mungkin saja agak terlalu over protective terhadap kedua adiknya ini, tapi itu hanya karena dirinya yang tidak ingin kehilangan keluarganya lagi.
Morgan yang berjalan di sampingnya menyadari hal yang sedang terjadi dengan Masternya ini, karena dirinya yang memang dari awal sudah memata-matai hal yang sedang Masternya itu lakukan secara diam-diam, yang sepertinya sih sudah di sadari oleh Dafa, tapi remaja tersebut memutuskan untuk mengabaikannya.
"Kamu sepertinya memiliki hubungan yang sangat buruk dengan adikmu ya, Dafa." Itu mungkin yang menjadi alasan terbesar, dari kenapa Morgan segera menanyakan hal tersebut.
"Ya, kamu mungkin benar." Remaja laki-laki itu hanya bisa membalasnya sambil tersenyum kecut saja, karena dirinya benar-benar tidak bisa menyangkalnya.
Dan, karena Dafa tidak ingin melanjutkan topik tersebut, dengan Morgan yang juga tidak begitu tertarik dengan topik itu, percakapan tersebut berakhir di sana, di mana mereka berdua terus melanjutkan perjalanan mereka.
Tujuan dari mereka adalah Sanguis Enterprise, sebuah perusahaan asal Indonesia yang entah bagaimana, berhasil masuk ke kanca Internasional, sampai-sampai masuk ke dalam posisi lima perusahaan terbesar yang ada di Dunia.
Perusahaan ini pertama kali di bangun pada tahun 2020, di mana mereka memulai bisnis mereka sebagai sebuah perusahaan dagang kecil, yang akibat dari kehebatan sang CEO, hanya dalam waktu tiga tahun, mereka telah berhasil menjadi salah satu perusahaan raksasa yang ada di Dunia.
"Tapi tetap saja, ini masih sangat mengejutkan. Aku tidak pernah menyangka kalau CEO dari perusahaan sebesar ini akan memanggilmu dengan sebutan 'Bos'." Morgan yang memikirkan percakapan yang dilakukan oleh Masternya ini dengan CEO dari perusahaan tersebut melalui telepon, dia tidak bisa menahan senyum yang ada di wajahnya.
Lagi pula, kalau orang sebesar itu saja memangil Masternya ini dengan sebutan "Bos", bukankah itu artinya remaja yang ada di sampingnya ini memiliki posisi yang lebih tinggi ketimbang orang itu?
'Hmm! Hmm! Sudah aku duga, seseorang yang berhasil memanggilku tanpa katalis apapun memang benar-benar sangat hebat! Selain berhasil membuat parameter statistik ku meningkat dengan sangat drastis, dia juga merupakan seseorang yang sangat berpengaruh.'
Sementara Morgan senang dengan fakta yang tercipta dari deduksinya sendiri, di sisi lain, Dafa yang tampak bisa menebak apa yang sedang dipikirkan oleh Servantnya ini, dia terlihat memutuskan untuk diam saja.
Akan tetapi, perjalanan mereka berdua terganggu di tengah jalan, setelah keduanya melihat ada sepasang pemuda dan gadis muda yang sedang berjalan bersama di depan mereka.
Pada saat melihat kedua orang tersebut, Morgan segera terbangun dari lamunannya, karena dia segera merasakan niat membunuh yang begitu pekat dari arah Masternya.
Hanya saja, meskipun niat membunuh tersebut benar-benar begitu pekat, tapi entah bagaimana tidak ada seorang pun yang bisa merasakannya.
Bahkan, alasan dari kenapa Morgan bisa merasakan niat membunuh tersebut pun, itu dikarenakan hubungan Master dan Servant yang mereka berdua jalin.
Morgan kemudian mengikuti arah pandangan dari Masternya, yang tampaknya sedang saling tatap menatap dengan seorang pemuda yang tampak mengenakan sebuah topeng yang menutupi sebagian besar wajahnya.
Di samping pemuda itu, ada seorang gadis muda berambut biru, yang segera Morgan sadari sebagai salah satu Master yang ada di dalam perang ini.
Namun, bahkan sebelum Morgan bisa memikirkan hal itu lebih jauh lagi, tubuhnya segera di dorong menjauh oleh Dafa ke arah kiri, yang entah bagaimana berhasil membuatnya terlempar dengan cukup jauh.
Hanya saja, sebelum Morgan bisa memproses hal apa yang baru saja terjadi, tangan milik Masternya itu bisa terlihat segera pecah, hingga berhasil menciptakan sebuah hujan darah kecil yang ada di sana.
"Oii! Assassin!! Apa yang baru saja kamu lakukan!? Kenapa kamu malah menyerangnya!?" Master dari pemuda yang sepertinya adalah Assassin itu segera meledak dengan amarahnya, sebelum dia berlari menuju ke arah Dafa dengan penuh kekhawatiran.
Pada saat gadis itu berlari, Morgan yang kesal berniat untuk langsung membunuh keduanya, tanpa mempedulikan hal-hal yang ada di sekitar mereka, di mana untungnya sih Dafa berhasil menghentikannya tepat waktu.
"Kenapa?" Amarah dan kekesalan bisa terdengar jelas di balik nada suaranya itu, yang hanya di tanggapi oleh Dafa dengan santai; "Sekarang masih siang, di tambah lagi meskipun tempat ini memang sepi, tapi masih ada kemungkinan seseorang bisa melihat kita. Lebih baik kita melakukan gencatan senjata dengan mereka dan melanjutkannya lagi nanti malam."
"Selain itu..." Kata-kata miliknya itu segera terhenti, setelah matanya berhasil menangkap sosok dari Master Assassin yang baru saja menyerangnya tadi; "Ini benar mengejutkan sekali bukan, Kusogaki? Aku tidak pernah menyangka, kalau kamu akan mengikuti hal-hal yang semacam ini."
Mendengar hal itu, orang yang bersangkutan hanya mengabaikannya saja dan mulai mencoba untuk membantunya; "Apa kamu baik-baik saja, Bani!?"
Akan tetapi, Dafa hanya menepis tangannya dan mencoba untuk sedikit menjauh darinya; "Tidak perlu khawatir terhadapku, Kobo. Kita ini cuma kenalan yang secara kebetulan berada di sekolah yang sama doang."
"Selain itu, kamu juga seharusnya lebih waspada terhadapku, karena kita berdua ini sepertinya berada di fraksi yang berbeda." Tambahnya, dengan nada suara yang menjadi lebih serius, sementara mata miliknya masih terus saja menatap Assassin dengan penuh keseriusan.
Kobo yang mendengar hal itu segera tersentak, sebelum ekspresi penuh rasa kesal terpampang di wajahnya: "Aku tidak peduli dengan hal tersebut. Lagi pula, lebih penting mencari cara untuk menghentikan pendarahan yang ada di tanga–"
Namun, bahkan sebelum Kobo bisa menyelesaikan kalimatnya itu, Assassin secara tiba-tiba muncul di samping remaja tersebut dan mencoba untuk memenggal kepalanya, yang untungnya kali ini Morgan berhasil bereaksi dan menyerang balik Assassin, di mana hal tersebut berhasil menyebabkan pria itu terlempar dengan cukup jauh ke belakang.
Tidak berhenti sampai di sana, Dafa pun secara tiba-tiba bergerak dan mencekik leher dari gadis muda berambut biru yang sedang terlihat khawatir kepadanya, di mana hal tersebut sepertinya berhasil menyebabkan mata milik gadis itu melebar dengan penuh keterkejutan.
"Ke-ke-kenapa..."
Dafa benar-benar mengabaikan gadis itu sepenuhnya, di mana dirinya lebih memilih untuk fokus dengan Assassin yang entah kenapa, sejak dari tadi benar-benar terlihat selalu ingin membunuhnya.
"Assassin! Aku tidak tahu alasan dari kebencian mu itu terhadapku. Akan tetapi, jika kamu terus melanjutkan ini, maka jangan salahkan aku, kalau saja Master mu ini hanya akan tinggal namanya saja."
Sementara Kobo segera melebarkan matanya dengan penuh keterkejutan, Assassin of Red yang tampak sudah kembali berdiri malah terlihat mengabaikan peringatan tersebut dan tampak mulai bersiap dengan sepasang dagger yang muncul di kedua tangannya.
Hanya saja, mata milik Dafa segera menyipit, pada saat dirinya melihat dagger yang muncul di kedua tangan Assassin itu, karena...
"Dimana kamu mendapatkan hal tersebut?" Untuk pertama kalinya sejak konfrontasi aneh dan tidak terduga itu dimulai, suara milik Dafa berubah menjadi sangat dingin, sampai-sampai menyebabkan dua orang yang lainnya menjadi sangat terkejut.
Alih-alih menjawabnya, Assassin malah kembali menghilang secara tiba-tiba, di mana dia kali ini muncul tepat di depan Dafa, di dalam posisi yang siap untuk menebas tubuhnya.
Namun, Morgan yang melihat hal itu hanya mendengus saja dengan penuh amarah, sebelum serangkaian lingkaran sihir segera muncul di depan Dafa, di mana dari lingkaran sihir tersebut, beberapa tombak biru bisa terlihat keluar darinya.
Tombak-tombak itu bisa terlihat berhasil menembus tubuh milik Assassin of Red, yang segera menimbulkan senyum penuh kesombongan di wajah milik Morgan, di mana hal tersebut segera terganggu, yang diakibatkan oleh Dafa yang tiba-tiba saja memeluknya dari arah depan.
Tentu saja, pada saat Dafa melakukan hal itu, dirinya sudah lebih dulu melepas Kobo yang segera terjatuh ke tanah dengan lemas.
Sebelum Morgan bisa memprotes tindakan yang dilakukan oleh Dafa, sebuah suara tebasan bisa terdengar menggema di tempat itu.
*Slash!*
Tepat setelah suara itu terdengar, semburan darah segera keluar dari arah depan dirinya, d mana hal tersebut berhasil menodai wajahnya yang cantik.
Pada saat Morgan melirik ke arah dari mana suara tebasan itu berasal, dirinya bisa melihat Assassin of Red yang sedang berdiri di depannya, dengan salah satu dagger miliknya yang sudah dipenuhi oleh darah.
Tentu saja, melihat hal itu, Berserker of Black segera mengalihkan matanya ke arah Masternya dengan sangat tergesa-gesa, hanya untuk melihat sisi kanan tubuh dari Masternya itu yang sekarang ini sudah memiliki lubang yang cukup besar di sana.
"D-daf–" "Stt... Te-tenang saja... a-aku–aku... ba-"
Meskipun Dafa ingin mengatakan sesuatu hal, agar Morgan tidak lepas kendali dan malah memberikan masalah yang jauh lebih besar kepadanya, remaja tersebut malah berakhir memuntahkan begitu banyak, yang malah memperburuk keadaan emosi milik Morgan.
Tentu saja, tidak lama setelah hal itu terjadi, ledakan Mana segera keluar dari tubuh milik Berserker, yang tentunya dapat dirasakan oleh Master, Servant, beserta para Magus yang berada di kota itu.
Beruntung bagi Dafa, sebelum Morgan bisa melakukan sesuatu hal lebih jauh lagi, sebuah suara yang terdengar seperti sebuah lantunan dari melodi musik dapat terdengar menggema di tempat itu.
"Cukup sampai di sana, Assassin of Red, Berserker of Black. Apa kalian sama sekali tidak paham dengan aturan dari perang ini?"
Tepat setelah suara itu terdengar, seluruh tanah yang ada di sana segera ditutupi oleh bunga sakura yang tak terhitung jumlahnya, di mana pada waktu yang bersamaan pula, seluruh tubuh Dafa pun ditutupi oleh hal tersebut.
Tubuhnya itu hanya ditutupi selama beberapa detik saja, di mana setelah bunga-bunga yang ada di tubuhnya menghilang, Dafa bisa melihat kalau tubuhnya ini kembali sehat seperti semula.
Dari tangan kirinya yang putus, hingga perut kanannya yang bolong, semua hal itu kembali seperti semula, yang jika bukan karena darah yang masih tertinggal di wajah dan pakaian milik Morgan, remaja tersebut mungkin saja akan berpikir kalau semua hal yang baru saja terjadi itu hanyalah mimpinya saja.
Sementara untuk Morgan sendiri, amarahnya benar-benar menjadi semakin buruk, setelah ada seseorang yang mengganggu dirinya untuk mencabik-cabik Assassin of Red.
Hanya saja, tidak lama setelah amarahnya itu bertambah, mata milik Morgan segera melebar, yang sepertinya sih mengalami permasalahan yang sama dengan Assassin of Red yang juga sudah memiliki mata yang dipenuhi oleh keterkejutan.
Dimana, masalah yang sedang kedua Servant itu alami adalah...
'Tunggu sebentar, kenapa seluruh kekuatanku menghilang!?'
Ya, seperti yang baru saja dikatakan di atas, bahwasanya itu, entah kenapa, setelah seluruh lanskap dari tempat itu ditutupi oleh bunga sakura, seluruh kekuatan yang keduanya miliki menghilang entah kemana.
Assassin of Red menjadi orang pertama yang berhasil menenangkan dirinya, di mana pria itu segera menyipitkan matanya ke arah suatu tempat, sebelum dia dengan cepat melempar sebuah kartu poker ke arah tempat yang di tatap olehnya.
Kartu poker yang di lempar itu kemudian segera di tangkap oleh seseorang, di mana sosok dari seseorang ini segera muncul, dari berbagai kelopak bunga sakura yang membentuk sesosok tubuh manusia.
"Jadi, itu memang kamu, Ruler."
=-----=-----=-----=-----=
Author Note:
Yayy! Update lagi!
Di dalam bab kali ini, mohon maaf kalau banyak hal yang aneh dan tidak nyambung, soalnya author menulisnya di saat mood milik author buruk, di mana dari pada gak update, mendingan kualitasnya turun dikit, bukan?
Kemudian, untuk hal yang terjadi di dalam bab ini, semuanya bakal di jelaskan secara perlahan.
Dimulai dari hubungan di antara Morgan dan Dafa yang sangat baik, di mana hal ini terjadi akibat hal-hal yang terjadi beberapa saat setelah pemanggilannya, yang mungkin karena author terlalu malas untuk menulisnya, jadi author menskipnya.
Tapi tenang saja, untuk yang selanjutnya bakal diperlihatkan, perkembangan hubungan di antara mereka, dengan yang lainnya tentunya.
Terus, untuk kebencian Assassin of Red kepada Dafa bakal dijelaskan juga secara perlahan, dengan hubungan di antara Dafa dan Kobo pun bakal dijelaskan secara perlahan juga.
Intinya sih, hal-hal semacam itu bakal dijelaskan secara perlahan, jadi silakan bersabar ye~
Itu aja sih yang author ingin sampaikan, dan bagi kalian yang ingin mendukung author, kalian bisa traktir author di akun trakteer milik author yang bisa kalian akses melalui BIO IG author @Panagakos_Void.
Sampai jumpa lagi di bab selanjutnya! Adios~!