Pagi itu, suasana perkemahan di lantai 50 penuh dengan semangat baru. Setelah rapat malam sebelumnya, semua anggota Loki Familia dan Hephaestus Familia tahu bahwa mereka harus siap menghadapi tantangan besar di lantai-lantai bawah. Tsubaki Collbrande, kapten Hephaestus Familia, telah bekerja keras sepanjang malam untuk memastikan senjata yang dipersiapkan bagi para petarung Loki Familia berada dalam kondisi terbaiknya.
Ketika matahari mulai menyinari perkemahan, Finn, Gareth, Bete, Tiona, dan Tione berkumpul di sekitar Tsubaki, yang menunggu mereka dengan senyum lebar. Di hadapannya, tergeletak lima senjata baru yang tampak berkilauan di bawah cahaya pagi.
"Pagi, semuanya," sapa Tsubaki dengan penuh semangat. "Aku punya sesuatu yang spesial untuk kalian hari ini."
Mereka semua menatap senjata-senjata itu dengan penuh minat. Tsubaki mengangkat satu pedang besar yang tampak berat dan kuat, menyerahkannya kepada Gareth.
"Ini untukmu, Gareth," kata Tsubaki sambil tersenyum. "Senjata ini memiliki properti Durrandal, artinya senjata ini tidak akan hancur dengan mudah. Kalian akan membutuhkan daya tahan ini di lantai bawah."
Gareth mengangguk puas, merasakan keseimbangan dan kekuatan senjata itu di tangannya. "Terima kasih, Tsubaki. Senjata ini akan sangat berguna."
Tsubaki kemudian menyerahkan pedang kembar kepada Tiona dan Tione. "Kalian berdua, dengan gaya bertarung yang cepat dan kuat, senjata ini akan menjadi perpanjangan tangan kalian. Properti Durrandal akan memastikan bahwa kalian bisa menyerang tanpa khawatir senjata ini hancur."
Tiona tersenyum lebar, mengayunkan pedangnya dengan antusias. "Wow, ini luar biasa! Terima kasih, Tsubaki! Dengan ini, kita pasti akan menghancurkan semua yang ada di depan kita!"
Tione juga merasakan kekuatan senjata barunya, mengangguk dengan penuh penghargaan. "Ini sempurna. Kau benar-benar pandai dalam menempa senjata yang cocok untuk kami."
Bete, yang sedikit lebih pendiam pagi ini, menerima senjata barunya—sepasang sarung tangan berduri yang juga memiliki sifat Durrandal. Dia tidak mengatakan banyak, tetapi matanya bersinar penuh tekad saat mencoba senjata itu di tangannya. "Ini bagus. Aku akan memastikan mereka merasakannya," katanya dengan nada datar, tetapi jelas mengapresiasi pekerjaan Tsubaki.
Terakhir, Tsubaki memberikan tombak kepada Finn. "Finn, sebagai pemimpin, kau butuh senjata yang bisa diandalkan dalam segala situasi. Tombak ini akan menjadi andalanmu di lantai bawah. Dengan properti Durrandal, kau bisa melawan apa pun tanpa takut senjatamu patah."
Finn menerima tombak itu dengan anggukan penuh rasa terima kasih. "Ini senjata yang sempurna, Tsubaki. Aku akan menggunakannya dengan baik."
Sementara semua anggota menerima senjata baru mereka, Aiz mendekati Tsubaki. Meskipun Aiz tidak meminta senjata baru, dia merasa perlu berbicara dengan Tsubaki yang telah banyak membantunya di masa lalu.
"Tsubaki," kata Aiz dengan nada lembut, "terima kasih atas semua yang kau lakukan untuk kami."
Tsubaki tersenyum lebar dan menepuk bahu Aiz. "Tidak perlu berterima kasih, Aiz. Kau semua sudah seperti keluarga bagiku." Dia kemudian memandang Aiz dengan lebih dekat, senyum di wajahnya berubah menjadi lebih hangat. "Kau tahu, Aiz, aku masih ingat saat pertama kali aku bertemu denganmu. Saat itu, kau seperti pedang yang selalu terhunus, selalu siap bertarung, seolah-olah kau tidak memiliki tujuan lain selain menjadi lebih kuat."
Aiz menatap Tsubaki dengan penuh perhatian, mengenang masa-masa itu. "Iya... Aku merasa hanya dengan bertarung aku bisa menemukan kekuatan yang kucari," jawab Aiz pelan.
Tsubaki mengangguk. "Itu benar, tapi kau sudah berubah, Aiz. Sekarang, aku melihat bahwa kau lebih tenang, lebih bahagia. Seolah-olah kau telah menemukan sarungmu—tempat di mana kau bisa beristirahat, tempat di mana kau merasa nyaman."
Aiz terdiam sejenak, merenungkan kata-kata Tsubaki. Memang, sejak bertemu Bell dan para anggota Loki Familia, perasaannya telah berubah. Dia tidak lagi hanya seorang petarung yang mencari kekuatan, tetapi seseorang yang juga menemukan arti lain dalam hidup—persahabatan, perlindungan, dan mungkin, harapan.
"Mungkin kau benar," kata Aiz akhirnya, dengan senyum tipis di wajahnya. "Aku merasa... lebih lengkap sekarang."
Tsubaki tertawa kecil dan menepuk bahu Aiz lagi. "Itulah yang kuinginkan untukmu, Aiz. Pedang yang selalu terhunus bisa tumpul dengan cepat. Tapi pedang yang tahu kapan harus disarungkan, akan tetap tajam untuk waktu yang lama."
Aiz mengangguk pelan, merasa lega dengan percakapan itu. Dia tahu bahwa perjalanannya belum selesai, tetapi dengan teman-teman di sisinya, dia merasa lebih kuat dan lebih siap untuk menghadapi apa pun yang datang.
Pagi itu, dengan senjata baru dan semangat yang diperbarui, Loki Familia bersiap untuk melanjutkan ekspedisi mereka ke lantai 51 ke bawah. Mereka tahu bahwa tantangan di depan tidak akan mudah, tetapi dengan persiapan ini, mereka siap untuk menghadapi apa pun yang menanti di kedalaman Dungeon.
Dengan senjata baru di tangan dan semangat yang menyala, Bete dan Tiona maju ke depan, memimpin kelompok dalam ekspedisi mereka menuju lantai 51. Bete, dengan sarung tangan berdurinya yang baru, tampak lebih agresif dari biasanya. Setiap langkahnya penuh dengan energi, seolah-olah dia tidak sabar untuk melepaskan kekuatannya pada musuh yang mereka hadapi.
Tiona juga tidak kalah semangat, bergerak cepat dengan pedang kembarnya, siap untuk menghadapi setiap ancaman yang muncul. Mereka bergerak dengan tempo yang cepat, mengarungi lorong-lorong gelap Dungeon dengan penuh keyakinan. Anggota lain dari Loki Familia, termasuk Shirou, mengikuti di belakang, menjaga formasi mereka tetap rapat.
Tidak butuh waktu lama sebelum ancaman pertama muncul. Black Rhinos, monster besar dengan kulit tebal dan tanduk tajam, muncul dari dinding Dungeon di lorong yang sempit. Monster-monster ini terkenal karena kekuatan fisiknya yang luar biasa, serta kemampuan mereka untuk menyerang dengan brutal.
"Mereka datang! Jangan biarkan mereka mendekat!" teriak Finn sambil mengarahkan tombaknya ke depan.
Bete langsung melompat ke arah salah satu Black Rhino dengan kecepatan luar biasa, menghantamnya dengan sarung tangan berdurinya yang baru. "Kau pikir bisa menghalangi jalanku?!" serunya dengan penuh semangat. Tanduk Rhino yang keras pun retak di bawah pukulan Bete, dan dengan serangan beruntun, dia berhasil menjatuhkan monster itu.
Tiona juga tidak ketinggalan, menyerang dengan pedang kembarnya, menebas kaki salah satu Black Rhino dengan serangan yang cepat dan presisi. "Ayo, kita hancurkan mereka semua!" serunya penuh antusias.
Sementara mereka melawan Black Rhinos, Virga, monster yang mampu melontarkan cairan asam, mulai muncul dari langit-langit dan dinding. Cairan asam mereka berbahaya dan dapat melukai siapa pun yang terkena, serta merusak senjata dan baju besi.
Shirou, yang berada di tengah barisan, dengan cepat mengenali ancaman ini. "Virga di atas! Jaga jarak dan hindari cairan mereka!" serunya sambil menarik busurnya.
Dengan fokus penuh, Shirou memanggil panah hitamnya dan menembakkan satu demi satu ke arah Virga yang bersembunyi di kegelapan. Panah hitamnya terbang cepat, menghantam setiap Virga dengan presisi, membuat mereka jatuh ke tanah sebelum bisa melepaskan serangan asam mereka.
"Kerja bagus, Shirou!" seru Lefiya dari barisan belakang, kagum dengan ketepatan tembakannya.
Namun, ancaman belum berhenti di situ. Deformis Spiders, monster besar dengan tubuh menyeramkan dan kaki panjang, mulai merayap di dinding dan langit-langit. Mereka terkenal karena jaring mereka yang kuat, yang bisa digunakan untuk menculik petualang yang lengah.
"Deformis Spiders di atas kita!" seru Finn, memperingatkan yang lain untuk waspada.
Shirou melihat salah satu laba-laba besar itu bergerak untuk melancarkan serangan. Tanpa ragu, dia menembakkan panah hitam lain ke arah laba-laba itu, menghantamnya tepat di tubuh, membuatnya jatuh ke tanah dengan suara berdebum.
Namun, laba-laba lain berhasil melancarkan jaringnya, dan dengan cepat menembakkan benangnya ke arah Tione yang berada di barisan depan. Shirou melihatnya dengan cepat, dan tanpa ragu, dia menggenggam Kanshou dan Bakuya, memanggil kekuatan Reinforcement untuk memperkuat pedang-pedang itu.
"Kanshou, Bakuya!" Shirou berteriak sambil melompat ke depan, menebas jaring yang terbang ke arah Tione dengan kedua pedangnya. Jaring itu terpotong dengan mudah oleh tebasan Shirou, menyelamatkan Tione dari bahaya.
Tione menoleh dan tersenyum pada Shirou. "Terima kasih, Shirou. Kau datang tepat waktu."
Shirou mengangguk sambil tetap waspada. "Tidak masalah. Kita harus tetap fokus. Mereka masih banyak di sekitar kita."
Finn dan Riveria memimpin dengan tenang, memberikan arahan saat mereka terus maju. Gareth menggunakan kapaknya yang besar untuk menghantam Black Rhinos yang tersisa, sementara Aiz dengan cepat menebas monster-monster yang berani mendekat.
Pertempuran di lorong sempit itu sengit, tetapi dengan kerja sama yang baik, Loki Familia berhasil mengatasi setiap ancaman yang datang. Bete tampak semakin agresif dengan setiap serangan, menghancurkan musuh-musuh yang muncul dengan kekuatan penuh. Tiona dan Tione bergerak seperti bayangan, menyerang dengan kecepatan yang tak bisa diikuti oleh mata telanjang.
Shirou tetap berada di tengah, siap mendukung dari jauh dengan panah hitamnya, atau terjun ke pertempuran jarak dekat dengan Kanshou dan Bakuya ketika dibutuhkan. Setiap serangan yang dia lakukan selalu tepat sasaran, memastikan bahwa tidak ada musuh yang bisa mendekati teman-temannya.
Setelah beberapa waktu, mereka berhasil membersihkan lorong dari monster-monster itu. Napas berat terdengar dari anggota Loki Familia, tapi mereka semua merasa puas dengan hasilnya. Meskipun jalan di depan masih panjang, mereka sudah menunjukkan bahwa mereka siap menghadapi apa pun yang menunggu di lantai-lantai bawah Dungeon.
Finn mengangkat tangan untuk memberi tanda berhenti sejenak. "Bagus, semua. Kita berhasil mengatasi serangan ini dengan baik. Mari kita lanjutkan perjalanan dengan lebih waspada. Jangan lengah."
Semua orang mengangguk setuju, dan dengan semangat yang masih menyala, mereka melanjutkan perjalanan mereka, semakin dekat ke tujuan mereka. Shirou merasakan beban yang semakin besar di pundaknya, tetapi dia tahu bahwa dia bisa menghadapinya. Dengan teman-teman di sisinya, dia siap untuk menunjukkan kekuatan sebenarnya jika situasi semakin sulit.
Loki Familia melanjutkan perjalanan mereka dengan tempo cepat di lantai 52. Finn, yang selalu waspada dan memikirkan strategi terbaik, memerintahkan timnya untuk menghindari konfrontasi dengan monster dan fokus untuk melanjutkan perjalanan secepat mungkin.
"Kita tidak punya waktu untuk bertarung dengan setiap monster yang muncul," perintah Finn dengan tegas. "Tetap fokus pada tujuan kita dan hindari pertarungan jika memungkinkan!"
Semua anggota mengangguk setuju, dan mereka bergerak dengan kecepatan tinggi melalui lorong-lorong Dungeon. Shirou, yang berada di tengah barisan, tetap waspada, siap menghadapi apa pun yang mungkin terjadi. Namun, tidak ada yang bisa memprediksi bahaya yang tiba-tiba muncul dari bawah mereka.
Tiba-tiba, terdengar suara gemuruh besar dari bawah lantai. Sebuah tembakan api raksasa muncul dari bawah, membolongi lantai 52 dengan kekuatan yang luar biasa. Valgang Dragon, salah satu monster terkuat yang berada di lantai 58, menembakkan semburan api besar yang langsung menuju ke arah mereka.
"Apa itu?!" seru Tiona, matanya melebar melihat lubang besar yang tiba-tiba muncul di bawah mereka.
Raul, yang berada di barisan belakang, tidak sempat menyadari bahaya itu. Tanpa dia sadari, sebuah jaring besar menembak ke arahnya, berusaha menariknya ke dalam lubang yang dibuat oleh semburan api tersebut. Namun, sebelum jaring itu bisa mengenainya, Lefiya dengan cepat bergerak, mendorong Raul keluar dari bahaya.
"Raul, awas!" teriak Lefiya, mendorongnya sekuat tenaga.
Namun, tindakan Lefiya membawa konsekuensi yang serius. Jaring itu mengenai dirinya, dan dengan cepat menariknya ke dalam lubang yang dalam dan gelap.
"Lefiya!" teriak Raul dengan suara penuh kepanikan, menyadari apa yang baru saja terjadi.
Shirou, yang melihat Lefiya tertarik ke dalam lubang, tidak berpikir dua kali. Dia langsung mengalirkan sihir Reinforcement ke kakinya, memperkuat otot-ototnya untuk lompatan yang luar biasa. Dengan kecepatan yang luar biasa, Shirou melompat ke dalam lubang yang menganga, mengejar Lefiya yang jatuh dengan cepat.
"Lefiya, aku datang!" teriak Shirou sambil meluncur ke bawah.
Di dalam kegelapan, Shirou mendekati Lefiya yang jatuh tak berdaya. Dengan gerakan cepat, dia berhasil memeluk Lefiya erat-erat, menariknya ke dalam pelukannya untuk melindunginya dari jatuh lebih lanjut. Namun, bahaya belum selesai. Mereka masih berada dalam jalur api yang mungkin dilancarkan oleh Valgang Dragon dari lantai bawah.
"Kau aman bersamaku, Lefiya!" kata Shirou dengan tegas.
Dengan Lefiya di pelukannya, Shirou menggunakan kemampuan Projection miliknya, menciptakan sebuah perisai anti-api yang kuat, melindungi mereka dari semburan api yang mungkin terjadi. Semburan api berikutnya dari Valgang Dragon menghantam perisai itu dengan keras, tetapi Shirou memastikan perisai tersebut tetap kokoh, melindungi mereka dari panas yang mematikan.
Lefiya, yang masih terguncang, menatap Shirou dengan mata penuh rasa terima kasih. "Shirou... terima kasih...," katanya dengan suara gemetar, meskipun mereka masih jatuh ke bawah.
"Tidak apa-apa, Lefiya. Aku tidak akan membiarkanmu terluka," jawab Shirou dengan suara penuh keyakinan.
Mereka berdua jatuh semakin dalam, melewati lantai-lantai yang ada di bawah. Akhirnya, dengan ledakan kecil di bawahnya, mereka mendarat di lantai 58 dengan keras. Namun, berkat Reinforcement dan perisai anti-api yang diproyeksi Shirou, mereka berhasil mendarat dengan aman, meskipun sedikit terguncang.
Saat debu mulai menghilang, Shirou tetap memeluk Lefiya erat-erat, memastikan dia tidak terluka parah. "Kau baik-baik saja, Lefiya?" tanyanya dengan lembut, menatap wajahnya yang pucat.
Lefiya mengangguk pelan, meskipun masih gemetar. "Iya, aku... aku baik-baik saja. Terima kasih, Shirou... tanpa kau, aku pasti sudah..."
"Tidak perlu berterima kasih," potong Shirou dengan lembut. "Ini adalah tugas kita untuk saling melindungi. Yang penting sekarang, kita harus mencari cara untuk kembali ke yang lain."
Namun, sebelum mereka bisa merencanakan apa pun, suara gemuruh besar terdengar dari arah lain. Valgang Dragon, yang telah menembakkan api dari bawah tadi, kini muncul dari kegelapan, dengan mata merah menyala yang menatap mereka penuh ancaman.
"Kita harus bergerak sekarang, Lefiya," kata Shirou dengan nada tegas, sambil mempersiapkan dirinya untuk kemungkinan terburuk. "Aku akan melindungimu dari sini. Tetap di belakangku."
Lefiya mengangguk, mengambil napas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya. Bersama-sama, mereka harus menemukan cara untuk bertahan dari bahaya yang mengancam di lantai 58 dan mencari jalan kembali ke teman-teman mereka di lantai atas. Shirou tahu bahwa tantangan ini tidak akan mudah, tetapi dia bertekad untuk melindungi Lefiya dengan segala kemampuan yang dia miliki.
Saat Shirou dan Lefiya bersiap menghadapi Valgang Dragon yang muncul dari kegelapan di lantai 58, mereka mendengar suara keras dari atas. Melalui lubang yang mereka lalui sebelumnya, Bete, Tiona, Tione, dan Gareth tiba-tiba muncul, dengan ekspresi siap bertarung di wajah mereka.
"Kalian tidak mengira kami akan membiarkan kalian bertarung sendirian, kan?" teriak Tiona dengan senyum lebar saat dia mendarat dengan lompatan akrobatiknya, langsung bergabung di garis depan.
Bete, dengan kecepatan yang luar biasa, melesat ke depan, menyerang Valgang Dragon dengan tinjunya yang diperkuat oleh sarung tangan berdurinya. "Ayo kita hancurkan mereka!" raungnya penuh semangat, menghantam naga dengan kekuatan yang luar biasa.
Tione mengikuti tidak jauh di belakang saudara perempuannya, menebas dengan pedang kembarnya, bergerak cepat untuk melukai kaki-kaki besar Valgang Dragon. "Jangan biarkan mereka menghirup napas lagi!" teriaknya sambil menyerang dengan presisi yang mematikan.
Gareth, yang tiba terakhir, langsung menunjukkan kekuatan fisiknya yang luar biasa. Dengan suara gemuruh, dia meraih salah satu Valgang Dragon dan, dengan kekuatan luar biasa, dia membanting naga itu ke tanah dengan tangan kosong. "Makan ini, kau kadal besar!" teriak Gareth dengan suara dalam dan penuh keyakinan.
Sementara teman-temannya bertarung di garis depan, Lefiya menyiapkan sihirnya di belakang, mengumpulkan kekuatan magis yang besar. "Arcs Ray!" serunya dengan suara nyaring, mengeluarkan semburan cahaya yang menembus udara dan menghantam salah satu Valgang Dragon, membuatnya terpukul mundur.
Shirou, yang berada di belakang, menggunakan kesempatan ini untuk memberikan dukungan dari jauh. Dengan Magic Arrow yang diproyeksikan, dia menargetkan Valgang Dragon yang lain. Sembari menjaga jarak, dia memusatkan sihirnya ke dalam panah yang siap ditembakkan.
"Inferno Arrow!" seru Shirou saat dia menembakkan panahnya ke arah mulut salah satu Valgang Dragon yang sedang bersiap menyemburkan api. Panah itu mengenai sasaran tepat di mulut naga, menyebabkan ledakan besar yang membuat wajah naga itu meledak, menghamburkan api ke segala arah.
Valgang Dragon yang lain mencoba mendekat, tetapi Shirou segera beralih dan menyiapkan panah berikutnya. "Frostbite Arrow!" Dengan tembakan yang dingin dan presisi, panah es itu menghantam kaki salah satu Valgang Dragon, membekukan kaki-kaki besar naga itu, membuatnya tidak bisa bergerak.
Di udara, Valgang Dragon lain mencoba melarikan diri, terbang tinggi untuk menghindari serangan. Shirou mengarahkan busurnya ke atas, kali ini dengan panah yang berbeda.
"Gale Arrow!" Panah berputar-putar dengan kekuatan angin yang dahsyat, menghantam naga yang terbang itu dengan keras, mematahkan sayapnya dan membuatnya jatuh kembali ke tanah dengan suara berdebum besar.
Tiona dan Tione dengan cepat memanfaatkan kesempatan ini untuk menyerang naga yang terjatuh, menghantam tubuh besar itu dengan pedang kembar mereka. Bete melancarkan serangan beruntun ke arah naga yang terbekukan oleh Frostbite Arrow Shirou, menghancurkan kaki-kaki es itu dan menjatuhkan naga itu ke tanah.
Gareth, dengan suara tawa keras, terus meninju dan menahan Valgang Dragon yang pertama kali dia banting, memastikan naga itu tidak bisa bangkit lagi. "Mereka tidak sekuat yang mereka kira!" serunya dengan penuh semangat.
Sementara itu, Lefiya mengeluarkan serangan sihir terakhirnya, "Arcs Ray!" yang lebih kuat, menghantam Valgang Dragon yang mencoba bangkit setelah terkena serangan pertama. Sinar sihir itu menembus tubuh naga, membuatnya jatuh ke tanah, tak lagi bergerak.
Pertempuran di lantai 58 itu berlangsung sengit, tetapi dengan kerja sama yang luar biasa, Loki Familia berhasil mengalahkan semua Valgang Dragon yang muncul. Shirou, meskipun berada di belakang, memainkan peran kunci dengan sihir jarak jauhnya, memastikan bahwa tidak ada satu pun dari naga-naga itu yang bisa melancarkan serangan mematikan.
Setelah semua naga jatuh, mereka semua berdiri di tengah medan pertempuran, bernapas berat tetapi puas dengan hasilnya.
"Kerja bagus, semua," kata Finn yang baru saja tiba di lokasi, memastikan semuanya baik-baik saja. "Kita berhasil mengatasi serangan ini tanpa kehilangan apa pun. Shirou, kau benar-benar menunjukkan kekuatanmu kali ini."
Shirou tersenyum tipis, menghela napas lega. "Terima kasih, Finn. Semua ini adalah hasil dari kerja sama kita. Tanpa kalian di depan, aku tidak bisa melakukannya."
Lefiya, yang masih sedikit gemetar tetapi tersenyum lega, menatap Shirou dengan rasa terima kasih yang mendalam. "Shirou... kau benar-benar menyelamatkanku. Aku tidak tahu harus berkata apa."
Shirou menggeleng pelan. "Tidak perlu berterima kasih, Lefiya. Kau juga melakukan pekerjaan yang luar biasa. Kita saling melindungi di sini."
Gareth, yang masih tertawa kecil, menepuk punggung Shirou dengan keras. "Kau melakukan hal yang bagus, Nak. Kau bisa diandalkan di situasi seperti ini."
Bete, meskipun tidak banyak bicara, mengangguk setuju. "Tidak buruk. Tapi lain kali, jangan sampai aku harus turun dari lubang lagi hanya untuk menyelamatkanmu," katanya dengan nada menggoda, meskipun jelas dia mengakui kemampuan Shirou.
Tiona dan Tione tersenyum lebar, dengan Tiona yang berteriak, "Aku tahu kau hebat, Shirou! Kita semua tahu itu!"
Mereka semua tertawa kecil, merasa lebih dekat setelah melalui pertempuran berat ini bersama-sama. Dengan semangat yang masih tinggi, mereka bersiap untuk melanjutkan perjalanan mereka di dalam Dungeon, semakin dekat ke tujuan mereka. Namun, mereka juga tahu bahwa tantangan yang lebih besar mungkin masih menunggu di depan.
Setelah pertempuran sengit di lantai 58, Finn memimpin Loki Familia menuju tujuan ekspedisi mereka kali ini: lantai 59. Mereka semua tahu bahwa lantai ini merupakan salah satu yang paling berbahaya di Dungeon, dan informasi dari Guild menyebutkan bahwa lantai ini seharusnya dipenuhi oleh hawa dingin yang menusuk.
Namun, ketika Finn mengecek tangga turun ke lantai 59, dia merasakan sesuatu yang aneh. Tidak ada hawa dingin yang menyambut mereka, hanya keheningan yang aneh dan tidak wajar.
"Ini aneh...," gumam Finn, ekspresinya serius. Dia memandang sekeliling, mencoba merasakan sesuatu yang mungkin terlewat. "Menurut laporan dari Guild, lantai ini seharusnya dingin, tetapi aku tidak merasakan apa pun. Kita harus lebih waspada."
Gareth mengangguk, setuju dengan peringatan Finn. "Kau benar, Finn. Jika sesuatu tidak sesuai dengan informasi, kita mungkin menghadapi sesuatu yang belum pernah kita lihat sebelumnya."
Finn kemudian berbalik kepada anggota Loki Familia yang lain. "Semua, bersiaplah. Mungkin ada sesuatu yang tidak terduga di bawah sana. Tetap rapat dan waspada. Jangan sampai kita terpisah."
Dengan semangat waspada, mereka semua mulai menuruni tangga menuju lantai 59. Ketika mereka tiba di lantai itu, mereka disambut oleh pemandangan yang benar-benar di luar dugaan.
Alih-alih medan es atau dingin yang mereka antisipasi, lantai 59 dipenuhi dengan hutan hijau yang lebat, sesuatu yang tidak pernah dilaporkan sebelumnya. Cahaya aneh menembus dari atas, memberikan nuansa yang hampir magis, namun juga menimbulkan perasaan yang tidak nyaman di hati para petualang.
"Ini... bukan seperti yang kubayangkan," kata Tiona dengan nada terkejut, matanya berkeliling mengamati hutan yang aneh ini.
Tione mengangguk, matanya penuh dengan kecurigaan. "Ini terlalu tenang. Tidak ada monster yang terlihat, dan ini tidak sesuai dengan apa yang kita ketahui tentang lantai ini."
Mereka melanjutkan perjalanan dengan hati-hati, tetap dalam formasi yang rapat. Di tengah lantai 59, mereka melihat sesuatu yang mencolok—sebuah monster berbentuk seperti batang bunga besar yang tumbuh dari tanah. Monster itu sedang mengonsumsi Magic Stone yang diberikan oleh Virga yang berkeliaran di sekitar hutan.
Finn mengangkat tangannya, memberi isyarat untuk berhenti. "Tunggu, lihat itu," bisiknya kepada yang lain, matanya terpaku pada monster aneh itu.
Perlahan, bunga besar itu mulai mekar, kelopaknya membuka dengan gerakan lambat namun mengerikan. Dari dalam bunga itu, wujud seorang perempuan dengan rambut hitam panjang muncul, terhubung dengan monster tersebut melalui akar-akar yang menjalar dari tubuhnya. Wajahnya tampak manusiawi, namun ada sesuatu yang jahat dalam tatapan matanya.
Aiz menatap perempuan itu dengan terkejut, matanya melebar saat kesadaran mulai muncul dalam dirinya. "Itu... itu adalah Spirit," bisiknya dengan suara yang hampir tidak terdengar, mengenali wujud itu sebagai sesuatu yang mirip dengan ibunya, Aria.
Namun, wujud perempuan itu tidak sepenuhnya manusiawi lagi. Ada aura kegelapan yang mengelilinginya, menunjukkan bahwa dia telah dikorupsi oleh kekuatan Dungeon. Suara tawa gila tiba-tiba terdengar dari perempuan itu, menghantui udara di sekeliling mereka.
"Aria... Aria...," suara itu berbisik, memanggil nama ibu Aiz dengan nada yang meresahkan. Tawa gila itu semakin keras, sementara matanya yang kosong menatap langsung ke arah Aiz.
"Aria...! Kau di sini, Aria!" jeritnya, penuh dengan kegilaan. Perempuan itu tertawa lagi, kali ini dengan lebih keras, mengisi udara dengan kegelapan dan kepedihan yang tak terbayangkan.
Aiz terdiam, tubuhnya sedikit gemetar saat mendengar namanya dipanggil. Perasaannya bercampur aduk antara rasa takut, kesedihan, dan kebingungan. "Ini tidak mungkin...," gumamnya, masih belum bisa mempercayai apa yang dilihatnya.
Finn, yang menyadari ketegangan yang dialami Aiz, segera memberikan perintah. "Semua, bersiap untuk bertarung! Kita tidak tahu seberapa kuat Spirit ini, tapi jelas dia bukan sekadar monster biasa."
Bete maju ke depan, tinjunya siap untuk bertarung. "Apapun itu, kita harus menghancurkannya sebelum dia menyerang kita!" serunya dengan semangat tinggi.
Tiona dan Tione juga bersiap, meskipun mereka bisa merasakan ada sesuatu yang sangat salah dengan situasi ini. "Aiz, kau baik-baik saja?" tanya Tiona dengan nada khawatir.
Aiz hanya mengangguk, mencoba menenangkan dirinya. "Aku... aku akan baik-baik saja," jawabnya, meskipun jelas dia masih terguncang oleh apa yang baru saja dilihatnya.
Shirou, yang berada di tengah barisan, merasakan ketegangan yang mengalir melalui seluruh tim. Dia tahu bahwa apa pun yang terjadi, mereka harus bertindak cepat sebelum keadaan semakin memburuk.
"Kita harus menghancurkan bunga itu sebelum dia mengumpulkan lebih banyak kekuatan," Shirou berbicara dengan tegas, menyiapkan panah di busurnya. "Aku akan mendukung kalian dari belakang."
Finn mengangguk setuju. "Aiz, jika kau tidak siap, mundur dulu. Kita akan menangani ini."
Namun, Aiz menggenggam pedangnya dengan kuat, tekadnya kembali terlihat di matanya. "Tidak. Aku akan bertarung. Ini... ini adalah pertarungan yang harus kulakukan."
Dengan keputusan itu, Loki Familia bersiap menghadapi Corrupted Spirit yang ada di depan mereka. Pertarungan ini akan menjadi ujian besar bagi mereka semua, terutama bagi Aiz, yang harus menghadapi bayangan masa lalunya yang kini muncul dalam bentuk yang terdistorsi dan penuh kegelapan.
Saat Virga dan sulur-sulur panjang dari Corrupted Spirit mulai menyerang, ketegangan di lantai 59 meningkat drastis. Sulur-sulur itu bergerak dengan cepat, mencoba menjangkau anggota Loki Familia yang berusaha menghindari serangan. Finn, dengan insting kepemimpinannya yang tajam, langsung merasakan ada sesuatu yang lebih berbahaya sedang terjadi.
"Riveria! Mulailah merapal mantra! Jempolku gatal, ini pertanda buruk!" perintah Finn dengan nada tegas, menyadari bahwa mereka mungkin menghadapi sesuatu yang lebih dari sekadar serangan fisik biasa.
Riveria, yang sudah merasakan ketegangan di udara, segera mulai merapal mantra, mengumpulkan sihirnya dengan cepat. Dia tahu bahwa ada sesuatu yang tidak beres, dan dia harus siap dengan sihir pertahanan untuk melindungi mereka.
Di saat mereka semua bertempur melawan Virga dan sulur-sulur yang menyerang, Corrupted Spirit di belakang mereka tiba-tiba mulai merapal mantra. Suara nyanyian sihir yang aneh dan menakutkan bergema di seluruh lantai, menyebabkan semua anggota Loki Familia terkejut.
"Sihir?!" teriak Tiona, matanya melebar saat mendengar mantra itu. "Bagaimana mungkin monster bisa menggunakan sihir seperti ini?"
Finn, yang tetap tenang meskipun situasinya memburuk, segera memberi perintah. "Teman-teman, serang Corrupted Spirit itu sebelum dia menyelesaikan mantranya! Tembak dia dengan semua yang kita miliki!"
Tanpa ragu, para Supporter mulai mengarahkan Magic Sword mereka ke arah Corrupted Spirit. Lefiya, yang berada di belakang, segera menyiapkan sihirnya dengan tekad yang kuat. "Fusillade Fallarica!" teriaknya, melepaskan serangan sihir yang dahsyat dengan nyala api yang meluncur cepat ke arah Corrupted Spirit.
Di saat yang sama, Shirou mengarahkan busurnya dan menyiapkan Inferno Arrow dengan kondisi Broken Arrow. Dia tahu bahwa serangan ini mungkin menjadi kunci untuk menghentikan Corrupted Spirit. "Inferno Arrow!" serunya, melepaskan panah yang menyala terang menuju ke arah targetnya.
Tembakan gabungan mereka menghantam Corrupted Spirit dengan keras. Namun, tepat sebelum serangan itu mendarat, kelopak bunga besar dari monster itu menutup tubuh wujud perempuan yang berada di dalamnya, melindunginya dari sebagian besar serangan. Api dari Inferno Arrow Shirou hanya mampu membakar sedikit kelopak bunga itu, tidak memberikan dampak yang signifikan.
"Tidak mungkin... dia berhasil bertahan dari semua itu!" kata Finn dengan ekspresi serius.
Namun, sebelum mereka bisa merespons lebih lanjut, Corrupted Spirit berhasil menyelesaikan mantranya. "Firestorm!" teriaknya dengan suara yang dipenuhi kebencian, melepaskan badai api yang sangat besar dan mematikan. Api itu menyelimuti seluruh area, meluncur dengan kecepatan luar biasa ke arah Loki Familia.
Riveria, yang sudah selesai merapal Via Shilheim, dengan cepat menciptakan barrier pelindung yang kuat di sekitar mereka. "Via Shilheim!" teriaknya, menciptakan perisai besar yang mengelilingi tim untuk melindungi mereka dari api yang mendekat.
Namun, saat Firestorm menghantam perisai itu, api tersebut dengan mudah menembus perlindungan sihir yang kuat tersebut. Riveria terkejut saat merasakan panasnya api yang hampir tak tertahankan.
"Tidak mungkin... perisaiku tidak cukup kuat!" kata Riveria, matanya melebar karena kaget.
Melihat bahaya yang semakin dekat, Shirou tanpa ragu maju ke depan, berdiri di antara Riveria dan api yang mendekat. Dengan tatapan penuh tekad, dia mulai merapal mantra yang sangat akrab baginya.
"My body is made of blades," gumam Shirou, suaranya penuh keyakinan saat dia memanggil kekuatan yang tersembunyi di dalam dirinya.
Dengan suara keras, dia memanggil Rho Aias, perisai legendaris yang terbuat dari tujuh kelopak bunga. "Rho Aias!" serunya, saat perisai besar itu muncul di depannya, melindungi mereka dari badai api yang datang.
Tiga kelopak bunga dari Rho Aias hancur seketika saat menahan serangan Firestorm, menyebabkan rasa sakit luar biasa merasuki tubuh Shirou. Namun, dia tetap bertahan, memastikan bahwa api tidak sampai ke anggota lainnya.
Riveria menatap Shirou dengan mata penuh keprihatinan. "Shirou! Kau tidak bisa menahan ini sendirian!" teriaknya, melihat betapa besar beban yang harus ditanggung Shirou.
Shirou, meskipun tubuhnya gemetar karena rasa sakit, tetap fokus. "Aku... aku harus melindungi kalian semua...," jawabnya dengan suara serak, tetap memegang perisai itu dengan seluruh kekuatannya.
Namun, ancaman belum berakhir. Corrupted Spirit mulai merapal mantra lain, yang lebih mengerikan dari sebelumnya. "Meteor Swarm!" serunya, menyebabkan langit di atas mereka dipenuhi oleh meteor besar yang mulai meluncur ke arah mereka dengan kecepatan mematikan.
Shirou, yang sudah merasakan kesakitan yang luar biasa dari Rho Aias, tahu bahwa dia tidak bisa mundur sekarang. Dengan tekad yang kuat, dia mengarahkan Rho Aias ke atas, siap menghadapi serangan berikutnya.
"Aku tidak akan membiarkan ini... menghancurkan kita semua!" teriak Shirou, memfokuskan seluruh kekuatannya pada perisai itu.
Meteor-meteor besar itu menghantam Rho Aias dengan kekuatan yang dahsyat. Satu demi satu, kelopak perisai itu hancur, menahan serangan yang mematikan. Tubuh Shirou bergetar hebat, rasa sakit yang tak tertahankan menyerangnya, tetapi dia tidak mundur. Dia tahu bahwa jika dia gagal, mereka semua akan musnah.
Akhirnya, dengan ledakan terakhir, Rho Aias hancur total, tetapi meteor-meteor itu juga ikut hancur bersama perisai tersebut. Mereka semua terhindar dari kehancuran total, tetapi Shirou jatuh berlutut, tubuhnya dipenuhi rasa sakit yang luar biasa.
"Shirou!" teriak Riveria, segera berlari ke arah Shirou untuk membantunya.
Aiz dan yang lainnya juga mendekat, melihat betapa kerasnya Shirou telah bertarung untuk melindungi mereka.
"Kau melakukan hal yang luar biasa, Shirou," kata Finn dengan nada penuh penghargaan. "Tanpamu, kita mungkin tidak akan selamat dari serangan ini."
Shirou mencoba tersenyum meskipun wajahnya pucat karena kelelahan dan rasa sakit. "Aku... hanya melakukan yang harus kulakukan...," jawabnya pelan.
Meskipun Corrupted Spirit masih berdiri di kejauhan, tertawa dengan kegilaan yang sama seperti sebelumnya, Loki Familia tahu bahwa mereka tidak bisa menyerah sekarang. Dengan Shirou yang terluka parah, mereka harus segera mencari cara untuk mengalahkan musuh yang luar biasa ini dan melindungi satu sama lain dari ancaman yang terus membayangi.
Shirou terhuyung, tubuhnya penuh dengan luka dan darah mengalir dari berbagai tempat di tubuhnya. Meskipun berhasil menahan serangan mematikan dari Corrupted Spirit, tubuhnya kini dalam kondisi yang sangat lemah. Supporter Loki Familia segera bergerak untuk membantunya.
"Shirou! Kau butuh potion, biar aku—" Raul berkata dengan cemas, mencoba menyerahkan sebotol potion kepada Shirou.
Riveria, yang melihat betapa parahnya kondisi Shirou, juga bersiap untuk merapal Healing Spell. "Shirou, aku akan menyembuhkanmu sekarang. Kau tidak bisa melanjutkan seperti ini."
Namun, sebelum mereka bisa melakukan apa-apa, Shirou menahan tangan mereka dengan lemah tapi tegas. "Tidak... tunggu..." gumamnya dengan suara serak. Dia tahu ada sesuatu yang lebih mendesak dari menyembuhkan dirinya sendiri saat ini.
Dengan pandangan kabur, Shirou melihat Corrupted Spirit yang kembali memakan Magic Stone yang diberikan oleh Virga. Dia tahu, jika monster itu pulih dan mulai merapal mantra lagi, mereka tidak akan punya cukup waktu untuk menghentikannya.
"Dia... akan memulai lagi...," Shirou berusaha berbicara, napasnya terengah-engah. "Kita... harus menghentikannya sekarang... sebelum dia bisa memulihkan energinya."
Meskipun tubuhnya bergetar karena rasa sakit yang luar biasa, Shirou menggertakkan giginya, menolak untuk menyerah. Dengan tangan yang gemetar, dia mengulurkan tangannya, memanggil busur yang dimiliki oleh Heroic Spirit Atalante—sebuah busur yang dipenuhi kekuatan legenda.
Aiz, yang berdiri tak jauh, menyadari apa yang akan dilakukan Shirou, tetapi dia tidak menghentikannya. Dia tahu, Shirou adalah satu-satunya harapan mereka untuk menghentikan Corrupted Spirit sebelum terlambat.
Dengan napas yang berat, Shirou memasang anak panah di busurnya, mengarahkan pandangannya ke langit di atas mereka. Meski rasa sakitnya begitu luar biasa, dia tetap fokus, memanggil kekuatan yang telah tertanam dalam busur itu.
"Phoebus Catastrophe," bisik Shirou, suaranya dipenuhi dengan kekuatan yang mendalam. Saat dia menarik busurnya, energi kehijauan mulai mengalir ke anak panah itu, mengisinya dengan kekuatan legendaris dari Atalante.
Anak panah itu, dipenuhi dengan energi yang berkilauan, ditembakkan ke langit dengan kecepatan luar biasa. Sesaat setelah mencapai puncak, anak panah itu pecah menjadi ratusan—tidak, ribuan—panah yang lebih kecil, semuanya terlapisi energi kehijauan yang menghancurkan.
"Serangannya... ini luar biasa," gumam Finn, melihat dengan kagum bagaimana panah-panah itu berubah menjadi hujan panah mematikan yang turun ke arah musuh mereka.
Hujan panah itu menghantam Virga yang berada di sekitar Corrupted Spirit, menghancurkan mereka semua dalam sekejap. Tidak ada satu pun yang bisa bertahan dari serangan yang mematikan itu. Namun, hujan panah itu tidak berhenti di situ. Panah-panah tersebut meluncur ke arah kelopak bunga yang melindungi tubuh Corrupted Spirit, menembus pertahanan yang sebelumnya begitu kuat.
Dengan suara gemuruh, kelopak bunga itu mulai hancur, terbakar dan bolong di berbagai tempat karena serangan Shirou. Wujud perempuan yang berada di dalamnya terungkap kembali, kini tak terlindungi dan lebih rentan dari sebelumnya.
Namun, keberhasilan itu datang dengan harga. Shirou, yang telah mengorbankan sisa energinya untuk serangan ini, tidak bisa lagi menahan tubuhnya. Saat dia melihat kelopak bunga itu hancur, dia merasakan kakinya melemah, dan pandangannya mulai gelap.
"Kita... berhasil...," bisik Shirou dengan suara yang hampir tak terdengar sebelum akhirnya tubuhnya menyerah, dan dia terjatuh, terbaring tak berdaya di tanah.
Riveria segera berlari ke arah Shirou, rasa khawatir di wajahnya. "Shirou! Kau tidak boleh jatuh sekarang!" teriaknya sambil memulai mantra penyembuhannya, tangannya bergetar sedikit karena ketegangan.
Aiz juga berlari mendekat, tatapannya penuh rasa cemas. "Shirou, bertahanlah... kita belum selesai."
Finn, yang masih menjaga ketenangannya, menatap Corrupted Spirit yang kini terbuka dan rentan. "Ini kesempatan kita," katanya dengan tegas. "Kita harus menghabisi Corrupted Spirit sebelum dia bisa memulihkan diri lagi. Semuanya, serang dengan kekuatan penuh!"
Dengan semangat yang diperbarui, anggota Loki Familia bersiap untuk melancarkan serangan terakhir mereka. Meskipun Shirou telah mengorbankan dirinya untuk memberi mereka kesempatan ini, mereka tahu bahwa mereka harus menyelesaikan pertarungan ini secepat mungkin—untuk menyelamatkan Shirou dan memastikan bahwa Corrupted Spirit tidak lagi mengancam mereka.
Mereka semua maju dengan keberanian dan tekad, siap mengakhiri pertempuran ini dengan kemenangan. Namun, meskipun diambang kehancuran, Corrupted Spirit masih merupakan musuh yang kuat, dan mereka harus memberikan segalanya untuk mengalahkannya sebelum terlalu terlambat.
Melihat Shirou terjatuh setelah melancarkan serangan yang luar biasa, Finn menyadari bahwa ini adalah kesempatan mereka untuk mengakhiri pertempuran ini. Dengan mata yang penuh dengan tekad, dia mengambil napas dalam-dalam dan memfokuskan kekuatannya. Saat itu, Finn memutuskan untuk menggunakan kemampuan legendarisnya—Hell Finegas.
"Sekarang saatnya... untuk mengakhiri ini," gumam Finn dengan suara penuh determinasi.
Dengan kekuatan yang mengguncang tanah di bawahnya, Finn mengaktifkan Hell Finegas. Aura kemarahan yang luar biasa memancar darinya, membuat seluruh tubuhnya bergetar dengan energi yang hampir tidak bisa ditahan. Dengan kecepatan luar biasa, Finn maju, menghancurkan sulur-sulur Corrupted Spirit yang mencoba menghalangi jalannya. Sulur-sulur itu terputus dengan mudah, tidak mampu menahan serangan Finn yang penuh dengan kemarahan dan kekuatan.
"Tidak ada yang akan menghalangi kita!" teriak Finn saat dia melesat maju, menghantam setiap sulur yang mendekat. Setiap ayunan tombaknya menghancurkan segalanya di jalannya.
Dengan satu gerakan cepat, Finn mengangkat tombaknya tinggi-tinggi dan melemparkannya dengan kekuatan yang luar biasa. Tombak itu meluncur dengan kecepatan yang tidak bisa diikuti oleh mata biasa, langsung menuju kepala Corrupted Spirit. Tombak itu menghantam dengan keras, menembus tengkorak Corrupted Spirit, menyebabkan percikan darah dan energi gelap tersebar di sekitar.
"Selesai...?" tanya Tiona, matanya masih tertuju pada tubuh Corrupted Spirit yang tampaknya lumpuh.
Namun, wajah Corrupted Spirit itu mulai beregenerasi dengan cepat, menunjukkan bahwa makhluk ini tidak bisa dihentikan begitu saja. Bahkan setelah serangan Finn yang dahsyat, Corrupted Spirit masih bertahan, dan waktu mereka semakin sedikit.
Finn menggertakkan giginya, menyadari bahwa ini belum berakhir. "Aku sudah membuka jalan! Bete, Tiona, Tione, Gareth—sekarang giliran kalian! Aiz, bersiap untuk serangan akhir!" serunya, memberi komando dengan tegas.
Bete melesat dengan kecepatan luar biasa, menghancurkan sisa-sisa sulur yang masih mencoba menyerang. "Aku akan menghancurkan semua ini!" teriaknya, tinjunya menghantam tanah dan sulur dengan kekuatan brutal.
Tiona dan Tione juga tidak tinggal diam. "Ayo kita hancurkan mereka!" seru Tiona, dengan senyum penuh semangat, bergerak dengan kecepatan kilat sambil menebas sulur-sulur yang masih tersisa.
Tione mengikuti dengan presisi mematikan, memotong sulur-sulur yang mencoba menghalangi jalan mereka. "Kau tidak akan lolos, monster!" serunya sambil menebas dengan penuh amarah.
Gareth, dengan kekuatan yang luar biasa, menghancurkan sulur yang paling tebal dengan kapak besarnya, membuka jalan bagi yang lain. "Jalan sudah terbuka, Aiz!" teriaknya, mengarahkan Aiz untuk maju.
Dengan sulur-sulur yang kini hancur, Aiz melihat jalan yang telah terbuka. Tanpa ragu, dia melesat maju dengan kecepatan angin, pedangnya bersinar dengan energi angin yang sangat kuat. Dalam hati, Aiz tahu bahwa ini adalah pertarungan yang dia harus selesaikan, bukan hanya untuk Loki Familia, tapi juga untuk dirinya sendiri.
"Lil Rafaga!" teriak Aiz dengan seluruh kekuatannya, melancarkan serangan angin yang dahsyat. Pedangnya meluncur tepat ke dada Corrupted Spirit, menembus langsung ke tempat di mana Magic Stone berada. Angin dari serangan itu begitu kuat hingga merobek tubuh Corrupted Spirit, menyebabkan energi gelap yang tersisa di dalamnya menguap dan terhambur ke segala arah.
Saat pedang Aiz menusuk Magic Stone, waktu seakan berhenti sejenak. Mata Corrupted Spirit yang penuh kegilaan itu menatap Aiz, dengan suara yang hampir menyerupai ratapan kesakitan.
"Aria...," bisik Corrupted Spirit, dengan suara yang kini terdengar penuh kepedihan, sebelum tubuhnya hancur menjadi debu. Magic Stone itu pecah, mengeluarkan cahaya terakhir sebelum padam selamanya.
Dengan itu, tubuh Corrupted Spirit jatuh ke tanah, tak lagi bergerak. Sulur-sulur yang tadinya menyerang mereka hancur menjadi serpihan, dan hutan yang sempat terasa begitu mengancam, kini terasa sunyi.
Finn menghela napas lega, meskipun tubuhnya masih dipenuhi dengan energi Hell Finegas yang mulai mereda. "Bagus sekali, Aiz. Kau berhasil," katanya dengan suara yang lembut namun penuh penghargaan.
Aiz terdiam sejenak, menatap tubuh yang hancur dari Corrupted Spirit. Dia tahu bahwa dia telah melakukan hal yang benar, tetapi di dalam hatinya, ada perasaan campur aduk—antara kesedihan, kelegaan, dan rasa kehilangan. "Iya... ini sudah selesai," jawabnya akhirnya, menundukkan kepala sedikit untuk menghormati Spirit yang telah dikorupsi itu.
Bete, Tiona, Tione, dan Gareth berkumpul kembali, semuanya merasa lega dan puas dengan hasilnya, meskipun mereka tahu pertempuran ini tidaklah mudah.
Riveria, yang sudah selesai memberikan perawatan darurat kepada Shirou, menatap mereka semua dengan rasa bangga. "Kita berhasil... kita semua berhasil melaluinya bersama-sama."
Shirou, meskipun masih lemah, membuka matanya dan tersenyum tipis. "Bagus... kalian semua hebat...," gumamnya pelan, merasa lega bahwa mereka telah mengalahkan musuh yang begitu kuat.
Dengan Corrupted Spirit yang kini telah dikalahkan, Loki Familia bisa merasa lega, meskipun tantangan yang mereka hadapi tadi begitu besar. Namun, mereka tahu bahwa setiap langkah di Dungeon ini penuh dengan bahaya yang tak terduga, dan mereka harus selalu siap untuk menghadapi apa pun yang menanti di depan. Tapi untuk saat ini, mereka bisa merasakan kemenangan yang mereka raih bersama-sama, dan kekuatan persahabatan yang telah mengantarkan mereka menuju kemenangan ini.