Matahari terbit diantara ufuk timur perbatasan Kerajaan [Rakia]. Dengan perlahan sinarnya menghangatkan atmosfer yang berada di naungannya. Di antara naungan itu terdapat sebuah karavan perjalanan [Orco] yang berjumlah satu setengah lusin kereta kuda. Karavan [Orco] memacu kencang perjalanan mereka menuju kota kecil bernama [Gusnansel] untuk transit dan beristirahat.
Biasanya perjalanan ini dilakukan di pagi hari, akan tetapi penyerangan kawanan Monster memaksa mereka untuk melanjutkan perjalanan. Walaupun langka, serangan monster biasanya akan dilanjutkan dengan serangan berikutnya dengan rombongan yang lebih kuat. Oleh karena itu apabila mereka berhasil mengusir kawanan [Kobold] yang menyerang mereka, tak ada jaminan mereka akan tetap aman berada di tempat yang sama. Kemungkinan buruknya adalah ketika [Kobold] membawa rombongan yang lebih ramai dan lebih kuat.
Gruduk gruduk gruduk ..
Kusir-kusir memacu kuda-kuda mereka. Dengan terburu-buru karavan perjalanan [Orco] melaju kencang menuju tujuan yang sudah tampak di mata. Kebanyakan penumpang masih dalam kondisi tegang karena serangan kemarin. Beberapa di antara mereka berada dalam kondisi terluka dan tengah diobati. Suasana tegang penuh dengan kesenyapan merangkum perasaan penumpang.
Di ekor rombongan kereta kuda terdengar teriakan perempuan yang melengking berbunyi dengan keras kontras dengan kesenyapan yang ada.
"APA! Kamu mau daftar ke [Silverleaf Academy]?" Teriak seorang Elf bernama Saria
Percakapan yang diawali dengan kecanggungan antara Shirou dan Saria berubah menjadi lebih akrab. Elf tersebut terlihat nyaman menampakkan wajah yang ia sembunyikan sebelumnya. Rambut pirangnya terurai lembut di kedua bahunya. Kedua daun telinganya lancip ke atas membedakannya dengan manusia. Mata hijaunya melotot ke arah Shirou.
Setelah perkenalan, percakapan mereka berlanjut ke arah tujuan perjalanan masing-masing. Saria berencana untuk mempelajari ilmu sihir di [Altena] yaitu kota sihir di mana para ahli sihir berkumpul. [Altena] mengingatkan Shirou dengan [Clocktower] yang ada di London, markas para [Magus]. Saat giliran Shirou bercerita dia akan mendaftar ke [Silverleaf Academy] Saria memprotes sejadi-jadinya.
"Emangnya mau belajar apa kamu di sana? Akademi itu cuma mengajarkan filsafat dan ilmu militer. Kamu mau jadi Filsuf? Atau Komandan perang? Sia-sia saja bakat sihirmu itu."Ujarnya dengan nada menggurui .
[Silverleaf Academy] yang berada di ibukota Kerajaan [Rakia] berkutat dalam pengajaran filsafat dan ilmu militer. Itu semua dipengaruhi oleh pendiri Kerajaan tersebut yaitu dewa Ares. Kalau mau jujur Shirou sebenarnya tidak tertarik belajar kedua ilmu tersebut
"Sebenarnya aku dapat saran untuk mendaftar di akademi itu" Shirou mengingat wajah Arther-san lalu melanjutkan "[Silverleaf Academy] katanya sedang membuka beasiswa". Shirou merasa bersalah kepada Arther-san. Dia telah menyelamatkan Shirou, merawatnya di saat dia pingsan dan mendukungnya untuk sekolah.
"Mendingan kamu ikut saja denganku ke [Altena]. Di sana bakat sihirmu bakal dihargai, belum pernah aku melihat sihir yang kamu lakukan sebelumnya". Mendengar itu Shirou mulai penasaran
"Maksudmu seperti apa yang biasanya kamu lihat?" tanya Shirou penasaran
Saria menunjuk dirinya dengan tangan kanannya "Kami bangsa Elf memiliki bakat untuk melakukan sihir sejak lahir, sihir Elf yang seperti itu yang biasanya kulihat" lalu Saria memicingkan matanya melihat Shirou dengan curiga "tapi tak pernah kudengar [Human] dapat melakukan sihir tanpa berkat dari dewa, apa kamu pernah masuk [Familia], Shirou-san?"
Mendengar itu Shirou hanya bisa tersenyum kecut "Belum, bahkan aku belum pernah bertemu dewa sekalipun"
"Kalau begitu bagaimana kamu dapat melakukan sihirmu Shirou-san?!"
Shirou berpikir sejenak apakah dia akan merahasiakan eksistensi dari [Magecraft] atau tidak. Di dunia ini sihir merupakan hal yang lumrah. Akan tetapi [Magecraft] yang dia lakukan tetaplah berbeda dan aneh sehingga dapat menarik perhatian yang tak diinginkan.
Mengambil jalan mudah, Shirou menjawab "Sama seperti kalian, aku sepertinya punya potensi untuk melakukannya sejak lahir" dia menjawab dengan kebenaran yang tidak seutuhnya. Shirou dilahirkan dengan potensi sihir yaitu [Magic Circuit] yang tertanam di dalam jiwanya. Tetapi sihir yang ia lakukan berbeda dengan apa yang Saria pikirkan.
Dengan tatapan terkagum Saria berkata "Wow, dunia itu ternyata luas, tak pernah kusangka aku akan bertemu [Human] dengan sihir memunculkan pedang sepertimu, Shirou-san"
Shirou tersenyum "Sepertinya kamu suka sekali dengan sihir Saria-san, apa yang memotivasimu sampai belajar keluar dari kampung halamanmu?"
Saria menyandar ke sandaran duduknya, lalu dia tersenyum mengingat masa lalunya."Dulu waktu kecil aku pernah melihat sihir [Nine Hells] Riveria Ljos Alf ketika dia pulang ke hutan Alf"
"[Nine Hells]?"
'Apakah dia ahli sihir di dunia ini seperti Merlin dan Solomon di duniaku?' pikir Shirou
"Kamu tak tau? Beliau penyihir terkuat di kota petualang [Orario]. Walaupun jauh dari [Far East] seharusnya kamu tau siapa dia" Saria menggelengkan kepalanya. Dua ujung rambutnya bergoyang di samping pipinya.
"Saat aku kecil, aku pernah melihat beliau melakukan demonstrasi salah satu sihir terkuatnya di lapangan terbuka" Saria mulai bercerita
Shirou menyadari bahwa tak seperti [Magus] di dunianya. Sepertinya penyihir di dunia ini lebih terbuka dan tidak merahasiakan sihirnya di depan orang biasa atau penyihir lain. Shirou setuju dengan [Magus] di dunianya. Lebih baik teknik yang ia miliki tidak diketahui orang lain agar memberi efek kejut pada lawannya dan tidak disiapkan penangkal untuk sihirnya.
Seolah meniru idolanya dengan nada serius Saria memulai membaca mantra "Harbringer of the end. The White snow. Blow with the wind before the twilight. Closing light, the Freezing land. Blizzard, the Three severe winters -my name is ALF!"
"WYNN FIMBULVETR!" Saria berteriak membayangkan seolah dia telah berhasil merapalkan mantranya. Dengan ekspresi serius Saria mengangkat tongkat sihir di tangan kanannya. Gesturnya memberikan kesan cute daripada kesan penyihir ulung.
Dengan dramatis Saria bercerita "Kristal es muncul sepanjang mata memandang. Seakan waktu dapat berhenti karena sihir beliau. Aku melihat di barisan terdepan dapat merasakan dinginnya sihir itu"
Mengingat memori indah Saria tersenyum "Melihat sihir yang menakjubkan seperti itu yang menginspirasiku tuk menjadi penyihir"
Chuckle
Shirou tanpa sengaja mengeluarkan tawa kecil
Merasa ditertawakan mata hijau Saria melotot ke arah Shirou "Apa yang lucu?"
"Eh, aku cuma senang kamu lebih terbuka sekarang". Mengingat sebelumnya Saria hanya mengacuhkannya. "Sepertinya kamu sangat suka dengan sihir sampai cerita dengan semangat begitu, padahal sebelumnya kamu hanya diam saja"
Diam sebentar lalu Saria bercerita "Sebenarnya baru pertama kali aku ngobrol dengan [Human], aku tinggal di hutan kampung halamanku tanpa pernah melihat dunia luar. Tapi demi impianku aku berpamitan dengan orang tuaku pergi ke dunia luar. Awalnya kukira [Human] adalah makhluk yang rakus, pembohong dan penipu."
Saria tersenyum dengan rasa syukur "tapi ternyata aku salah, ternyata ada juga orang yang sebaik kamu, Shirou-san"
Tak biasa dipuji, Shirou merasakan panas di kedua pipinya "Itu bukan apa-apa, aku gak sebaik itu"
Shirou merasa tidak pantas dipuji karena perbuatannya. Dia menyelamatkan Saria karena kemauannya sendiri. Shirou menundukkan kepalanya
Untuk beberapa saat suasana kembali menjadi canggung. Shirou ingin memecah suasana yang canggung tersebut dan memulai kembali percakapan.
Baru saja Shirou membuka mulutnya, kusir yang duduk di depan berteriak "Kita sudah sampai di kota [Gusnansel], besok pagi kita kumpul di sini lagi untuk melanjutkan perjalanan!"
Saria menutup tudung jubahnya kemudian membereskan barang bawaannya lalu keluar duluan dari kereta "Ayo Shirou-san" panggil Saria dari luar kereta.
Shirou yang sudah selesai membereskan barangnya keluar dari kereta dan berjalan di samping Saria. "Mau kemana?"
Sambil berjalan Saria melihat bangunan yang ada di kota [Gusnansel]. Kota ini terlihat lebih kecil dibandingkan kota sebelumnya. Bagian Kota [Gusnansel] yang Shirou dan Saria lalui terdiri dari lapak-lapak pedagang kaki lima. Pedagang sudah membuka jualannya dan pembeli yang terdiri dari ibu-ibu rumah tangga mengerumuninya.
Pandangan Saria berhenti pada salah satu kedai yang ada di persimpangan jalan. "Gimana kalau kita sarapan saja dulu?"
"Boleh, aku ingin mencoba menu makanan lokal" jawab Shirou
"Kalau begitu ayo, tunggu apa lagi" dengan ceria Saria berjalan dengan tergesa mendahului Shirou dan masuk ke dalam kedai tersebut.
Shirou menyusul Saria dan masuk melalui pintu kayu kedai tersebut. Di dalamnya pelayan sibuk mengantarkan pesanan pelanggan. Kedai itu terlihat ramai dengan pelanggan yang sibuk dengan sarapan masing-masing. Kebanyakan meja telah dipenuhi dengan pelanggan dan salah satunya telah diduduki oleh Saria.
"Duduk disini Shirou-san" Dengan gestur tangannya Saria mengajak Shirou duduk di meja kecil di sudut belakang kedai.
Mengikuti ajakan Saria, Shirou duduk tepat di depan Saria dan dipisahkan oleh meja. Saria menyodorkan lembar menu kepada Shirou "Shirou-san kamu mau memesan apa?"
Setelah membaca menu Shirou memesan " Satu porsi pasta tradisional dan segelas air".
Mendengar itu Saria memanggil pelayan dan memesan "kami pesan dua porsi pasta tradisional dan dua gelas air".
Shirou menaikkan sebelah alis matanya "Kok sama?"
Saria tersenyum bercanda "Aku juga pengen coba makanan lokal"
Memulai topik pembicaraan Saria berkata "Jadi gimana Shirou-san? Apa kamu sudah berubah pikiran untuk sekolah di [Silverleaf Academy]?"
"Jujur saja mendengar argumenmu tentang sekolah di sana membuatku ragu itu pilihan yang tepat" jawab Shirou
"Kan, kalau begitu ikut saja denganku ke [Altena], kita bisa belajar sihir bersama-sama Shirou-san" Saria sudah mulai membayangkannya
'Belajar sihir bersama di akademi sihir... ini mirip seperti saat Tohsaka mengajakku melanjutkan sekolah bersama ke [Clocktower] sebagai [Magus Apprentice]nya.' Shirou mengingat Tohsaka mengajaknya untuk sekolah bersamanya di saat fase akhir [Grail war]. Masih terbayang oleh Shirou saat itu Tohsaka duduk di atas meja mendekap kedua lututnya di saat senja.
'Bagaimana keadaannya... semoga dia baik-baik saja' harap Shirou. Memikirkan apa yang mungkin terjadi membuat suasana hati Shirou semakin muram. Jauh dari mereka membuat Shirou tak kuasa menolong mereka.
"...san,Shirou-san" suara Saria baru terdengar di telinga Shirou
"Eh, ada apa?"
"Sarapannya sudah tersaji, kamu memikirkan apa?" Saria menunduk dan menatap mata Shirou dengan khawatir. Dari posisi itu Shirou dapat melihat dengan jelas wajah cantik elf itu serta telinga lancip yang ia sembunyikan di balik tudungnya.
Tergagap Shirou menjawab "eheh.. Bukan apa-apa, cuma teringat kampung halaman"
"[Far East] kan? Tempat tinggalmu" Saria mengingat percakapan dengan Shirou sebelumnya,
lalu Saria melanjutkan "aku juga terkadang rindu dengan teman-temanku di kampung. Dari kecil kami belajar sihir bersama. Tapi sekarang aku telah memutuskan tujuanku lalu meninggalkan mereka semua, dan aku takkan menyesali jalan yang telah kupilih!" Ujar Saria sambil mengepalkan tangan kirinya
"Takkan menyesal..." Shirou hanya bisa tersenyum kecut. Kata-kata Saria beresonansi dengan apa yang ada di lubuk hati Shirou. Walau berpisah dengan Rin dan Saber, seorang Shirou Emiya seharusnya takkan menyesal dan terus berjuang.
"Oleh karena itu Shirou-san" Saria menggoyang jari telunjuknya. "Sebelum perjalanan dilanjutkan kamu harus yakin dengan tujuanmu. Kamu sudah jauh merantau dari kampung, jangan sampai tersia-siakan karena masuk sekolah yang salah" Saria masih belum menyerah membujuknya
"Baik, akan kupertimbangkan" Shirou masih ragu dengan pilihannya
"Jangan lama-lama ya... Kalau kamu masih kukuh daftar ke [Silverleaf Academy] kamu akan melanjutkan perjalanan dengan karavan [Orco]" Saria menjelaskan
"Taaapiiiii... kalau kamu berubah pikiran, dan kamu ingin sekolah bersamakuu" Saria meletakkan tangan di atas dadanya.
"Kita akan mencari karavan lain yang menuju [Altena]. Kota ini banyak dilalui oleh karavan perjalanan karena berada di ujung perbatasan, pasti takkan sulit mencarinya" Jelas Saria sambil memulai sarapannya
Mengikuti Saria, Shirou juga mulai menikmati pastanya yang rasanya membuatnya mengerti mengapa kedai ini ramai.
'Belajar sihir bersama gadis Elf ini kedengarannya tidak terlalu buruk' pikir Shirou
Mungkin [Altena] tidak seburuk [Clocktower] yang mengabaikan moralitas. Penyihir di dunia ini jauh berbeda dengan [Magus]. Dengan pemikiran seperti itu Shirou lebih condong untuk pergi bersama Saria ke [Altena] daripada memenuhi harapan Arther-san untuk mengambil beasiswa di [Silverleaf Academy].
Setelah selesai sarapan, Saria membayar kedua porsi sarapan. Ketika keluar dari kedai Shirou protes dan ingin mengganti uang yang telah dibayarkan. Sambil berjalan Saria menjawab "Setidaknya biarkan aku membalas kebaikanmu Shirou-san"
"Aku menyelamatkanmu karena keinginanku sendiri, kamu tak perlu merasa berhutang budi Saria-san" Shirou bersikeras
Mendapat celah, Saria membalas "Kalau begitu aku mentraktirmu karena keinginanku juga, tak perlu kamu ganti uangnya Shirou-san"
"..." Shirou terdiam tak bisa membalas
Shirou dan Saria berjalan di jalan setapak di pinggir jalan. Kereta kuda berlalu lalang di tengah jalan dan beberapa diantaranya menunggu penumpang di pinggir jalan. Bangunan berpondasi batu dengan model abad pertengahan Eropa memberi kesan klasik bagi Shirou. Di samping Shirou, walau dengan tudung tertutup dapat terasa cerah suasana hatinya.
"Fufufu, Shirou-san biasakan menerima kebaikan orang lain." Saria terkikik di balik tudungnya.
Tanpa sengaja kata-kata Saria menusuk di hati Shirou. Shirou merasa kebaikan orang lain tersia-siakan kepadanya. Merasa tidak nyaman Shirou mengubah topik "Saria-san selanjutnya kamu mau kemana?"
Saria berhenti berjalan lalu meletakkan telunjuk di bawah dagunya "Hmmm, sebenarnya aku masih ingin jalan-jalan keliling kota. Tapi sebaiknya kita memesan kamar dulu di penginapan. Tentu kita tak ingin kehabisan kamar saat tidur nanti malam"
"Kalau begitu ayo kita cari penginapannya" Shirou mulai melihat bangunan di sekelilingnya.
Sepasang teman yang berbeda ras itu mulai mencari penginapan yang cocok. Mereka mulai mencari dari daerah sekitar kedai mereka makan. Daerah itu berada di pinggir kota dan dipenuhi dengan pedagang kaki lima. Tak menemukan penginapan di sana Shirou dan Saria lanjut mencari menuju ke tengah kota.
Menuju ke tengah kota, jalan raya semakin banyak dipenuhi oleh kereta kuda. Di jalan setapak, Shirou berjalan di sisi kanan Saria dan juga tepat di samping jalan raya. Di sisi kiri berdiri bangunan mewah dengan lapangan yang luas yang dikelilingi pagar yang tinggi.
"Shirou-san coba lihat di seberang ada penginapan!" Saria menunjuk ke bangunan yang tepat berada di seberang jalan.
Dari seberang dapat dilihat bahwa penginapan itu terdiri dari dua lantai. Dindingnya dicat dengan warna biru tua dengan corak hitam. Di depannya berdiri plang dengan tulisan [Tresha Inn] dengan tulis bergaya dengan warna-warni.
Setelah mengamati bangunan penginapan itu Shirou berkata "Coba dulu kita cek, mungkin cocok."
Mereka berdua melihat kiri kanan jalan memperhatikan apakah ada kereta kuda yang berjalan. Ketika mereka siap untuk menyeberang, terdengar suara seorang pemuda memanggil dari belakang "Permisi tuan, boleh bicara sebentar"
Shirou membalikkan badannya ke belakang "Ya, ada apa?". Saria yang berada di samping Shirou menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan wajahnya.
"Perkenalkan nama saya Tyler Henry" Pemuda berambut cokelat itu mengulurkan tangan kanannya. Dia memakai kemeja putih dan dilapisi oleh jas hitam yang memberi kesan formal padanya.
"Shirou Emiya" Shirou menjabat tangan pemuda tersebut. Dia memberi kesan tak asing bagi Shirou
Selesai berjabat tangan Tyler berkata "Pertama sekali saya ingin berterima kasih telah menyelamatkan saya dan para penumpang karavan [Orco]." Pemuda itu menganggukkan kepala dengan ekspresi syukur.
"Senang bisa membantu" Shirou tersenyum. Dia lega serangan monster itu tidak memakan korban jiwa. Semua itu juga berkat pengumuman yang diumumkan oleh Tyler-san. Kalau saja dia telat, para penumpang pasti sudah habis diserbu oleh kerumunan [Kobold].
"Oleh karena itu, saya sebagai sekretaris kota [Gusnansel] mengundang anda untuk bertamu di balai kota" Tyler mengarahkan tangannya ke arah bangunan yang berada tepat di sampingnya. "Setelah mendengar cerita tentang aksi anda, Mayor kota [Gusnansel] juga ingin bertemu dengan anda."
Ternyata bangunan mewah yang berada di samping jalan adalah balai kota. Shirou cukup terpesona melihat arsitektur bangunan tersebut. Bangunan itu dipikul oleh pilar-pilar marmer yang berdiri gagah di depan bangunan. Dihiasi dengan ukiran indah yang bermotifkan bunga mawar dan sulurnya. Halaman yang berada di depannya terbentang luas dengan rumput terpotong rapi.
Shirou melirik Saria, khawatir dengan identitasnya sebagai Elf. Mata Shirou seolah berkata 'Gimana ni Saria-san?' .
Saria menarik lengan Shirou lalu berbisik ke telinganya "Aku tunggu di penginapan seberang, sekalian akan kupesankan kamar untukmu. Jaga sikapmu di depan mayor ya..." Saria tersenyum menggoda Shirou.
"Terima kasih Saria-san" Shirou tersenyum lembut.
Saria melambaikan tangannya yang dibalas oleh Shirou. Lalu dia menyeberang jalan dan memasuki penginapan. Mata Shirou mengikuti gerak-gerik Saria sampai dia masuk ke dalam penginapan.
"Sebenarnya anda boleh saja membawa kekasih anda untuk bertamu Emiya-san" Tyler memecah suasana.
Mendengar kata 'kekasih', Shirou merasa agak malu "Bukan, dia hanya teman. Lagi pula dia tidak tertarik untuk ikut bertamu"
Sadar dengan ekspresi malu Shirou, Tyler tersenyum "Oh, maafkan asumsi saya Emiya-san. Tapi kalian terlihat begitu serasi."
Sepasang laki-laki dan perempuan muda mengikuti perjalanan yang sama dalam satu kereta. Lalu sarapan berdua dan keliling kota bersama. Mencari penginapan dan memesankan kamar untuk pasangannya.
'Kalau dipikir seperti itu, memang terdengar seperti kekasih' Shirou baru menyadari hal tersebut. Dia tak ingin hal itu menyebabkan kesalahpahaman dan membuat Saria tak nyaman. Walau begitu dia satu-satunya teman seperjalanan Saria.
Tyler melanjutkan ucapannya lalu berjalan "Baiklah Emiya-san, mari saya antarkan anda masuk ke dalam balai kota" Shirou dengan patuh mengikuti Tyler masuk melalui gerbang balai kota.
Hanya takdir yang tahu bahwa pertemuannya dan Mayor kota [Gusnansel] akan membuka jalan ketiga bagi Shirou Emiya.