Suara ledakan yang sangat keras memecah keheningan ditengah malam, daratan pun ikut bergetar seakan sedang terjadi gempa. Terlihat seorang pria sedang berada disekitar lokasi kejadian, heran dengan munculnya suara itu. Lantas ia pun bergegas mencari tahu sumber suara itu dari mana. Saat ia menemukan dimana lokasi sumber suara itu, alangkah terkejutnya saat melihat seorang wanita terbaring lemas tak berdaya. Pepohonan disekitar wanita itu pun hancur tak tersisa seakan disambar oleh petir yang sangat kuat.
"Terima kasih ibu, pendaratan macam apa tadi dan sepertinya beberapa tulang rusukku patah." Gumam wanita itu yang terlihat sangat kesal.
"Apa kau baik-baik saja? Selain itu mengapa kau berada ditempat seperti ini?" Ucap pria itu sambil berjalan mendekatinya.
Wanita itu pun menolah, melihat seorang pria yang menghampirinya. "Entahlah, tapi apa kau bisa membantuku? Aku tak bisa menggerakan tubuhku sama sekali." Dengan senyuman yang ia berikan, berharap pria itu mau menolongnya.
Namun pria itu malah diam tak berkutip karena masih terpesona dengan kecantikan wanita yang ada dihadapnnya saat ini.
"Apa Kau tega akan membiarkan ku mati disini?" Ucap nya lagi dengan sedikit kesal.
"Tentu saja... maap maksduku aku akan membantumu." Sambil gugup ia memangku wanitu itu. "Untuk sementara aku akan membawamu pulang ke rumahku, agar lukamu bisa diobati dan tahanlah karena kediamanku tak jauh dari sini."
Sepanjang perjalanan pria itu masih tak percaya menemukan wanita secantik ini ditengah hutan dengan keadaan terluka, apalagi saat ini ia akan membawa pulang kerumahnya.
___
Mereka pun sampai dikediaman pria itu. Namun wanita itu kaget saat rumah yang dikatakan pria yang berada dihadapannya ini adalah istana.
"Apakah ini yang kau maksud kediaman mu?" Sambil melihat sebuah kerajaan yang sangat besar dihadapannya saat ini.
"Benar, namun kita akan masuk lewat pintu belakang. Aku khawatir jika kakak melihat ku membawa seorang wanita masuk ke dalam istana." Dengan tergesa-gesa ia membawa wanita itu masuk kedalam agar ia tak terlihat oleh kakaknya yang ia maksud.
___
"Baiklah, kita sudah sampai." Dengan perasaan lega akhirnya ia lolos dari pengawasan orang-orang kepercayaan kakaknya.
Ia memasuki sebuah kamar yang didalamnya terlihat sangat mewah. Rasa penasaran wanita itu pun hilang karena ia menebak bahwa pria yang membawanya ini bukanlah orang biasa didalam istana.
"Kau diam dulu disini, aku akan membawakan tabib kemari" sambil membaringkan tubuh wanita itu.
"Tunggu!" Sambil menarik lengan pria itu. "Ishtar, itu namaku. Dan terima kasih kau mau membantuku."
"Maap karena tiba-tiba membawamu kemari tanpa memberi tahu namaku. Panggil saja aku Ian." Dengan tersenyum karena senang bisa mengetahui nama wanita itu. "Dan luka mu belum diobati seharusnya kau jangan berterima kasih dulu."
"Pffft." Ia sedikit tertawa karena melihat Ian yang menggemaskan.
Ian pun meninggalkan Ishtar sendiri didalam kamarnya.
"Menarik." Dengan senyuman tipis yang terlihat dibibir Ishtar.
___
"Tuan, anda tidak perlu khawatir ia akan segera sembuh. Hanya beberapa sedikit luka goresan ditubuhnya." Ucap tabib setelah memeriksa keadaan Isthar.
"Terima kasih, dan kuharap kau bisa merahasiakan ini dari kakakku."
"Baik tuan, rahasia anda akan aman. Dan oleskan saja obat herbal ini ditempat yang terluka ditubuhnya." Sambil bergegas pergi meninggalkan ruangan "Saya pamit pergi."
"Tuan?apa kau seorang pangeran?" Tanya Ishtar.
"Benar, aku seorang pangeran. Tapi kau cukup panggil saja aku dengan nama Ian."
Ishtar pun terus memandangi Ian sambil tersenyum tanpa henti, membuat Ian semakin gugup dengan situasi skrng.
"Kenapa?" tanya Ian.
"Apa kau tidak takut membawaku kemari? jawab Ishtar.
"Kenapa harus takut? Aku kan hanya menolongmu, setelah lukamu sembuh kau juga bisa pergi dari sini."
"Benarkah? Apa kau tidak merasa heran melihat lukaku sembuh dengan sendirinya. Aku yakin kau sudah menyadari ini." Sambil mendekatkan tubuhnya kepada Ian.
"Iya, aku sudah menyadarinya." Dengan tubuhnya yang sedikit dijauhkan dari Ishtar. "Tadinya aku berfikir, mungkin kau punya kekuatan penyembuhan luka. Itulah kenapa lukamu bisa cepat sembuh dengan sendirinya."
"lebih baik begitu." Jawab ishtar sambil tertawa yang membuat Ian keheranan. "Tapi aku penasaran, kenapa kau sangat takut ketahuan oleh kakakmu?".
"Itu bukan lah hal penting, karena yang paling penting sekarang kau cepat sembuh dan pergi dari sini." Jawab Ian berharap Ishtar tidak bertanya lagi. "Sekarang aku yang ingin bertanya kepadamu."
"Tanyakan saja." Jawabnya dengan santai.
"Kau berasal dari mana? Apa kau dari kerajaan para bangsa harimau? Atau.." belum tuntas ucapan Ian, Ishtar memotong pembicaraannya "menurutmu?"
"Menurutku kau bukan dari bangsa kami, para naga. Karena aku belum pernah melihatmu sebelumnya dan sepertinya kau berasal dari bangsa harimau karena matamu yang begitu indah berwarna biru seperti sinar bulan tapi kecantikan mu seperti para bangsa rubah, disisi lain aku sangat yakin kau adalah anggota para bangsawan karena pakaian mu yang terlihat sangat mewah." dengan berharap Ishtar akan memberi tahu jawaban yang sesungguhnya.
"Lebih dari itu." Sebuah ucapan yang membuat Ian semakin kebingungan. "Suatu saat kau akan mengetahuinya sendiri." Sambil tersenyum Ishtar menolah ke arah jendela, yang terlihat penampakan langit yang indah ditengah malam.
Diketahui bahwa Ishtar sedang berada ditempat dimana para bangsa naga dan mahluk mitologi lainnya masih ada. Orang-orang ini memiliki lambang bangsa nya sendiri dari mahluk mitologi yang melindunginya. Para raja dan anggota keluarganya saja yang dapat mengendalikan para mahluk itu dan yang paling spesial hanya darah keluarga kerajaan yang dapat merubah dirinya menjadi mahluk lambang bangsanya sendiri.