Chereads / Bluemoon / Chapter 3 - menantang maut

Chapter 3 - menantang maut

Interior dari sebuah ruangan terlihat sebagian dilapisi dengan emas, terdapat sebuah meja yang diatasnya dipenuhi oleh dokumen penting. Akan tetapi, saat ini suasana diruangan itu tidaklah seindah hiasannya. Terdapat dua orang yang sedang duduk disana saling menatap seakan bersiap untuk mengeluarkan kekesalan mereka.

"Sepertinya didikan yang kuberikan kepadanya kurang, alhasil ia membawa wanita gatal kemari." Dengan tatapan tajam pria itu melihat Ishtar, seperti banyak sekali pertanyaan yang akan keluar.

"Bisa kah kau berhenti menyebutku wanita gatal? Itu sangat menggangu." Ishtar mencoba untuk tetap sabar menjawab hinaan pria yang sedang ada dihadapannya saat ini.

"Aku sudah dengar tentang kabar adikku, pangeran Ian yang membawa wanita entah berantah berasal dari mana masuk ke istana." Benar, ia adalah kakak Ian sekaligus raja Ron dari bangsa para naga.

"Dan aku melihat dengan kedua mataku sendiri, kau berani mengotori adikku." Ia mulai berdiri dari tempat duduknya dengan mengarah menuju sebuah pedang yang sedang terpajang di dinding.

"Bahkan aku belum melakukan apa pun pada adikmu kau sudah semarah ini, lagian ini hanyalah kesalah pahaman." Ishtar malah menjawabnya dengan santai seakan-akan tidak terjadi apa-apa.

"Apalagi jika aku tidak datang. Untuk mencegah hal ini terjadi lagi, kau harus terima hukumannya atas tindakanmu yang sudah berani menyentuh adikku." Ia mengulurkan pedang tepat ke arah Ishtar yang sedang terduduk.

"Pffft." Dari bibirnya yang tipis, Ishtar malah tertawa seperti tidak takut dengan ancaman yang sedang ia dapat. "Adikmu hanya berniat baik untuk menolongku yang sedang terluka parah saat itu, dan rencananya hari ini aku juga akan pergi dari sini. Tapi sepertinya adikmu tidak menginginkan aku pergi." Sambil berjalan menghampiri Ron dengan memegang setiap sisi pedang yang masih dihunuskan kepadanya. "Dan memangnya kau yakin bisa menghukum ku dengan cara kecil seperti ini." Saat ini ia tepat berdiri didepan Ron yang menatapnya tanpa henti.

"Apa kau sedang menantangku?" Ron tertawa dengan sangat keras, ia terlihat begitu antusias dengan keberanian yang Ishtar miliki. "Mari kita lihat, sampai mana kau bisa bertahan dengan hukuman yang kuberikan."

Pintu terbuka secara tiba-tiba, para pengawal masuk seakan sudah mengetahui apa yang diinginkan pria yang sedang ada dihadapnnya saat ini. Ishtar yang tak banyak bicara, dengan sukarela tubuhnya digiring keluar ruangan untuk dibawa ketempat eksekusi.

Kali ini hanya ada Ron yang berada diruangan itu sendiri. Ia berjalan mendekati sebuah jendela dengan tirai yang bergerak karena tiupan angin.

"Siapa kau sebenarnya? Kenapa energimu sangat kuat? Bahkan aku tidak merasakan aura bahwa kau berasal dari bangsa mana." Begitu banyak pertanyaan yang membuat ia sangat penasaran dengan Ishtar.

___

Sedangkan disisi lain, terlihat disebuah kamar terdapat Ian sedang dikurung disana.

"Kumohon, jangan sakiti Ishtar." Tak hentinya ia berharap agar kakaknya tidak menyakiti Ishtar."

Tak lama kemudian, seseorang masuk membuka kan pintu untuk Ian. Ia adalah pelayan yang dipercayai oleh Ian. Pelayan itu memberi kabar kepadanya, bahwa ia mendengar Ishtar akan dihukum nanti malam. Hukuman yang diberikan oleh kakaknya dengan cara dieksekusi mati, karena dianggap Ishtar akan melakukan hal yang berbahaya kepada adiknya suatu saat nanti.

"Kakak ku sudah gila, ini terlalu berlebihan. Bawa aku kesana!" Ucap Ian dengan rasa gelisah yang sangat amat besar.

Namun pelayan itu memberi tahu lagi bahwa katanya Ishtar dengan senang hati menerima hukumannya. Bukan alasan lain Ron menghukum Ishtar karena wanita itu menantang Ron yang selama ini ditakuti oleh banyak orang.

"Apa dia sudah gila juga?" Kali ini ia benar-benar pusing dengan tingkah laku Ishtar yang tak jauh berbeda dengan kakaknya.