Beberapa menit sebelum Zent tiba dalam hutan..
"Zent, di manakah dirimu?" Tanya Celine penuh harap, tak lagi dapat menahan kubah sihir lebih lama meski dengan bantuan cahaya hijau di belakang dinding. Tangan kanannya sudah bergetar kuat dengan keringat membasahi tubuh, sudah merupakan sebuah keajaiban dirinya dapat bertahan hingga sekarang demi kedua sahabatnya yang masih belum sadar. Tak hanya mana, energi Celine pun telah habis dengan pandangan mulai kabur tanda tubuhnya sudah melewati batas. Seorang ksatria Tier 5 sekalipun membutuhkan waktu beristirahat, sementara semenjak kemarin ia tak mendapatkan istirahat yang cukup karena berbagai situasi yang terjadi.
Tiba-tiba, Celine mengepalkan tangan dengan kuat, berusaha melawan rasa lelah yang perlahan menguasai tubuh. Ia takkan menyerah hingga titik darah penghabisan, belum saatnya bagi dia untuk tumbang. Ia adalah seorang ksatria dan tak hanya ksatria biasa, tetapi ksatria Tier 5 yang sulit untuk digapai tanpa sebuah kerja keras. Perjalanan dia masih panjang, masih begitu banyak yang ingin Celine lakukan, terlebih, ia tak ingin tampil lemah selagi dirinya tahu dia masih dapat berusaha. Setelah melalui kehidupan yang jauh lebih kejam, dia ingin menyerah karena bebatuan? Itu takkan terjadi.
Mengerahkan semua tenaga yang tersisa, Celine memperbesar kubah tersebut, berteriak keras mengeluarkan seluruh tenaga serta mananya sampai tiap bebatuan tersebut terhempas keluar, menghancurkan dinding dan langit-langit gua, memberi sebuah jalan bagi sinar mentari untuk masuk menyinari Sang ksatria yang kini tersenyum lega dengan tubuh tak lagi bertenaga. Kedua sahabatnya terbangun oleh suara menggelegar dari gua yang kini tiada, melihat sekitar, kemudian melihat pada Sang sahabat yang mulai bergoyang ke kiri lalu kanan layaknya orang mabuk sebelum jatuh ke bawah, ditangkap oleh Rayven.
"Celine, kau tak apa-apa?" Tanyanya khawatir dengan Rio mulai melafalkan sebuah mantra penyembuhan, meletakkan kedua telapak tangan ke depan membentuk sebuah lingkaran sihir hijau yang lalu membuat tubuh Celine ikut bercahaya.
Perlahan, energi serta mana Celine kembali terisi, cukup untuk memberinya tenaga kembali ke kota. Mereka terus bertanya bagaimana bisa dirinya menghancurkan sebuah gua yang terletak cukup dalam di sebuah pegunungan dan menghilangkannya begitu saja. Ksatria Tier 5 memanglah kuat, tetapi tak sekuat ini. Hanya mereka yang berada di Tier 8 ke atas yang mampu melakukan sesuatu seperti ini.
Celine sendiri tak mengerti bagaimana. Dia hanya tahu dia harus menyelamatkan mereka atau mereka terkubur hidup-hidup. Kemudian Celine teringat akan dinding bercahaya tersebut, melirik ke belakang dan menemukan sebuah ruangan lain yang tampak gelap karena masih memiliki langit-langit. Di dalam sana, tampak sarang laba-laba beserta telurnya di sekitar pilar. Berarti, laba-laba sebelumnya sedang melindungi sarang, berusaha menjauhkan marabahaya dari anak-anak yang tampaknya tak lama lagi menetas.
Tak jauh di depan, tampak sebuah bayangan dari mahluk raksasa dengan tubuh yang sama seperti manusia. Bedanya, mahluk tersebut memiliki sebuah garis hijau redup pada kepala tanpa wajah tersebut yang Celine tebak adalah sebuah mata. Semakin mereka mendekat, semakin terlihatlah sosok itu, sosok yang ternyata bukanlah mahluk hidup, melainkan sesuatu yang lain layaknya sebuah golem besar, tertidur tanpa menunjukkan tanda-tanda akan bangun. Rayven dan Rio memerhatikan mahluk tersebut dari dekat, mengetuk-ngetuk kaki yang tampak besar dan kokoh, menimbulkan bunyi yang sama seperti gua buatan tempat mereka berada.
"Menurutmu, ini apa?" Tanya Rio penasaran sembari melihat-lihat sekitar, berusaha mencari sesuatu yang mungkin tersembunyi di balik bayang-bayang.
"Aku tak tahu. Mungkin sebuah Guardian? Yang masih tak kita ketahui bertugas menjaga apa" Jawab Rayven memerhatikan mahluk besar tersebut dengan seksama, tak dapat mengalihkan pandangan sedikitpun melihat desainnya yang menarik, terutama bagi para pria karena golem ini memiliki tubuh layaknya seorang ksatria perkasa "Aku penasaran, sekuat apakah dia jika terbangun? Mungkin menyamai Tier 7? Atau 8? Kenapa tak ada catatan mengenainya? Sengaja disembunyikan atau telah terlupakan? Ohh, aku benar-benar harus mencari informasi"
Rio menggeleng melihat kelakukan sahabatnya itu, sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan Rayven ketika menemukan hal menarik. Ia akan menjadi seorang pencuri yang bukannya mencuri harta, melainkan informasi dan takkan ragu melakukannya meski harus menghadapi raja selama ia dapat memuaskan dahaga yang disebut sebagai rasa penasaran itu "Berhentilah Ray, kau tahu apa yang akan terjadi jika kau membiarkan rasa penasaranmu mengambil kendali" Ucapnya khawatir karena Rayven takkan peduli jika dirinya harus kehilangan nyawa demi informasi tersebut.
Layaknya seseorang yang telah kecanduan, tentu saja tak semudah itu bagi Rayven untuk mengendalikan diri, terutama setelah menemukan sesuatu yang mungkin saja menyimpan sebuah rahasia besar, rahasia yang mungkin saja dapat mengubah segala sesuatunya. INFORMASI YANG MUNGKIN DAPAT-
Celine tanpa menahan diri, menekan pundak Rayven hingga dia jatuh berlutut di tanah sembari menjerit memohon ampun, berjanji takkan mengulangnya lagi "Kendalikan dirimu. Kau adalah ksatria Tier 4, jangan sampai semua tenaga dan keringat yang kau keluarkan menjadi sia-sia karena kau tak dapat menahan nafsu" Perintahnya, melepas cengkraman, lalu beranjak mendekat mahluk tersebut, merasakan permukaannya yang tahu-tahu bergerak begitu jari Celine menyentuhnya.
Mereka bertiga segera menghindar, menggenggam senjata masing-masing, siap jika golem tersebut datang menyerang. Namun, dia justru hanya memerhatikan mereka, terutama Celine menggunakan garis hijau yang kini menyala terang. Mata anehnya itu kemudian bergerak memerhatikan dua orang di kiri dan kanan, sebelum kembali pada sosok di tengah yang tampak mengeluarkan aura keemasan. Mengikuti sebuah perintah yang telah lama diberikan untuknya, ia berlutut memberi penghormatan pada Celine layaknya seorang ksatria pada Sang ratu.
Ketiga orang itu tak tahu harus melakukan apa menyaksikan mahluk dengan tinggi mencapai 20 meter itu berlutut pada mereka. Tetapi Celine yang mengikuti insting, meletakkan telapak tangan pada kepalanya. Golem tersebut terdiam untuk sesaat sebelum bangkit berdiri, mengucapkan "Waktunya telah dekat, kita harus segera kembali, Yang Mulia"
Mendengarnya, membuat ketiga orang tersebut diam mematung, tak mengerti dengan alasan dia memanggil Celine 'Yang Mulia', mengingat Celine hanyalah seorang ksatria yang berada di bawah naungan keluarga Anderson. Tetapi, sebelum sempat menanyakan hal tersebut, mereka mendengar sebuah suara keras dari sebuah ledakan energi. Celina dan kedua sahabatnya saling berpandangan, penasaran terhadap siapa atau apa yang menyebabkan energi terhempas sebesar itu karena seharusnya mereka hanya sendirian di hutan dan tak ada mahluk di hutan ini yang dapat..
"Zent!" Sahut mereka bersamaan.
"Naiklah ke atasku Yang Mulia bersama kedua ksatria anda, aku akan mengantarkan kalian mendekati tempat asal energi tersebut" Pinta golem yang kemudian menurunkan punggung tangan kanan hingga menyentuh lantai, memudahkan mereka untuk naik ke atas lalu berdiri di atas pundaknya. Begitu selesai, golem tersebut meminta mereka untuk menggunakan mana agar tak terjatuh karena tak sampai dua detik kemudian, ia sudah berlari ke ruangan sebelumnya dan melompat tinggi, mendarat di luar lalu lanjut bergegas ke arah datangnya energi.