"Mr. Anderson!" Sahut kami berdua.
Hanya membalas dengan sebuah senyuman saja, Mr. Anderson melangkah masuk ke dalam, berjalan mendekati kami, lalu mengarahkan tangan ke depan, meminta dokumen yang berada dalam genggaman Celine "Bolehkah?"
Tetapi, Celine justru melangkah mundur dan menarik keluar pedangnya "Apa yang tuan lakukan di sini? Bukankah seharusnya anda bersama para pasukan utama?" Tanyanya curiga.
"Celine apa yang kau-
"Mundurlah Zent! Orang di depanmu itu bukanlah Mr. Anderson!" Sahutnya.
Tepat ketika ia menyelesaikan kalimat tersebut, seringai Mr. Anderson melebar, menunjukkan serangkaian gigi tajam bergerigi dengan sepasang mata yang kini sepenuhnya hitam "Wah wah, bagaimana kau tahu? Aku yak menyangka kau akan menyadarinya"
"Di mana Mr. Anderson!" Desak Celine dengan genggaman yang makin menguat pada gagang pedang hingga buku-buku jarinya memutih, berusaha melawan rasa takut yang kini muncul dalam hati.
Sosok di depan itu tertawa, tawa yang terdengar seperti menggunakan distorsi suara layaknya dua orang berbeda bicara secara bersamaan dengan jeda beberapa milidetik "Tenang saja, dia aman bersama yang lain, mari kuantar dirimu bertemu dengan mereka" Tangan kanannya itu memanjang, menghantam dinding di belakang hingga tembus keluar. Cairan-cairan hitam tampak keluar dari dalamnya, jatuh menetes pada karpet merah namun tak menyatu, tetap utuh di atas permukaan, bergerak perlahan layaknya memiliki detak jantung "Kenapa kau menghindar? Bukankah kau ingin bersama yang lain? Mereka sedang berada di dalam mimpi yang begitu.. Indah" Tangan kanannya itu tertarik kembali ke posisi semula sebelum kembali memanjang dan dihantam oleh pedang sehingga membentur rak-rak buku.
Buku-buku tersebut terjatuh ke bawah, membuat ruangan yang tadinya rapi, kini berantakan. Sosok itu tertawa sekali lagi, kali ini menggunakan tangan kiri untuk menyerang, menyapu karpet hingga membuat meja kerja raja terbalik. Aku dan Celine melompat menghindarinya hanya untuk terkena hantaman dari tangan kanan yang kini menahan leher kami di dinding dengan kuat hingga dada terasa sesak kekurangan udara. Dalam pandangan yang mulai kabur, aku memerhatikan sosok tersebut menyeringai lebar, memanjangkan tangan kiri pada Celine, meminta dokumen itu kembali "Berikan padaku dokumen di tanganmu itu jika kau tak ingin berakhir seperti mereka. Kau tak tahu begitu lama aku menunggumu untuk membuka pintu ini, pintu sialan yang sudah membuatku tersiksa bertahun-tahun, hanya dapat menunggu dan menunggu! Tetapi kini, semuanya akan berbeda. Rencana dapat kembali berjalan, tuan pasti sangat bahagia! Dan dunia akan tunduk di bawah World Harvester!" Mahluk tersebut kembali tertawa keras.
"Jadi kalian, kalianlah yang sudah membuat istana menjadi seperti ini. Aku tak tahu harus mengatakan kalian berani atau tak memiliki otak, kau baru saja mengakui bahwa kaulah penyebab istana tampak kosong dan mati seperti sekarang! Ras-ras lainnya takkan diam saja, kalian akan membayarnya!" Tukas Celine penuh percaya diri yang justru membuat tawa mahluk itu makin mengeras "A-apa yang kau tertawakan?"
"Kebodohanmu" Jawabnya "Apa kau pikir, kami melakukan semua ini tanpa rencana matang? Itulah kesalahan terbesar kalian, menganggap kami sebagai kelompok sesat yang hanya tahu membuat masalah. Kalian terlalu meremehkan kami" Ia melangkah, mendekati sebuah map besar yang terpajang pada dinding, melihat-lihat sejenak sembari bersenandung sebelum menunjuk pada salah satu area "Halbert" Sebuah cairan hitam panjang terbentuk dari lengan tersebut, menunjuk pada area lain "Alvent" Beberapa cairan ikut keluar dari lengan utama, menunjuk tiap area yang berada pada map "Retra, Olvar, Malra, Renus, Fernova- Semuanya! Semuanya telah berada dalam genggaman kami! Sama seperti yang terjadi di sini dan tak lama lagi, di saat bersamaan! Kami akan menguasai dunia!"
"Jadi penyerangan kalian sebelumnya hanyalah sebuah pengalihan?" Tanya Celine.
"Penyerangan apa?" Tanya mahluk itu balik.
Tiba-tiba dari arah jendela, empat orang masuk menghancurkan jendela. Dua orang berlari ke arah kami sementara dua orang datang menyerang mahluk tersebut. Ia masih saja memperlihatkan seringai khas nya itu sampai ketika tangan kanannya terputus dari tubuh, begitu tersentuh oleh sarung tangan hitam mereka, jatuh ke bawah menggeliat layaknya cacing kepanasan, barulah seringainya itu menghilang tergantikan oleh amarah besar hingga wajah Mr. Anderson terpisah menjadi lima bagian, menampilkan sosok monster di baliknya. Cairan hitam kental tanpa wajah dan bergigi tajam itu menggeram, lalu kabur ke lorong sesudah melancarkan serangan pengalihan.
"Kita harus menangkapnya!" Sahut salah satu dari kedua orang yang kini berlari mengejar.
"Kalian berdua tenang saja, kami akan mengurusnya dari sini" Ucap laki-laki yang kini sedang memberikan Celine sebuah sihir penyembuhan.
Celine berterima kasih pada mereka lalu bertanya "Kalian siapa?"
Perempuan yang mengobatiku menjawab "Kau dapat menganggap kami sebagai kelompok yang melawan World Harvester. Kami minta maaf sudah mencuri prototype kalian dan membuat kekacauan, tetapi, kami terpaksa melakukannya untuk memberitahukan bahwa World Harvester adalah ancaman yang nyata dan harus segera dibinasakan dari muka dunia ini"
Celine tampak ingin menanyakan hal lain, namun mengurungkan niat, ingat akan situasi sekarang yang tak mendukung "Apa yang dapat kami bantu"
Kedua orang itu saling berpandangan, lalu menggeleng pelan "Jujur saja, tak ada. Mahluk tadi bukanlah lawan yang dapat dihadapi hanya menggunakam senjata ataupun sihir biasa. Kalian cuma bisa menggunakan ini" Jawab laki-laki itu sembari menunjukkan sarung tangan "Aku tahu ini milik kalian dan akan kami kembalikan, tetapi tidak sekarang. Kami masih membutuhkannya untuk menghadapi mereka. Kita termasuk beruntung dibanding ras lain yang untuk sekarang kesulitan menghadapi mahluk tersebut. Kita hanya dapat berharap semoga mereka baik-baik saja"
Terdengar suara ledakan dari jauh, ledakan yang berhasil mengguncang istana layaknya sebuah gempa. Kami bergegas keluar, mencari asal ledakan tersebut dan menemukan mahluk tadi kini berdiri di tengah-tengah ruang dansa yang luas di mana di belakangnya terdapat kumpulan tubuh di dalam cairan ungu terang. Tubuh-tubuh tersebut adalah para penghuni istana termasuk raja dan ratu serta Mr. Anderson yang asli. Mahluk itu melangkah mundur mendekatinya, waspada terhadap kepungan beberapa orang yang menggunakan sarung tangan prototype lalu memasukkan tangan kiri ke dalam cairan tersebut dengan sebuah seringai lebar menghias wajah "Mundurlah! Atau aku akan menghabisi mereka!" Ancamnya.
"Sialan! Kita tak boleh membiarkannya memangsa jiwa-jiwa mereka!" Kedua orang itu berlari ke depan, berpisah, satu di kanan dan satu di kiri, lalu bersembunyi di balik sebuah pilar, menunggu waktu yang tepat untuk datang menyergap.
Celine berdecak kesal, tak suka terhadap situasi yang membuatnya merasa tak berdaya, tak mampu melakukan apa-apa "Mereka membutuhkan pengalihan. Kita dapat membuat pengalihan tersebut"
Aku mengangguk mengiyakan dan mengikutinya masuk ke dalam, menghadapi mahluk yang kini memegang kendali. Ia melihat kami, terlihat makin semangat dengan seringai yang makin melebar.
"Bagus, kalian datang di waktu yang tepat. Serahkan dokumen itu lalu kubebaskan mereka. Jika tidak, aku akan melahap tiap jiwa malang ini dan menggunakannya untuk menghancurkan kota. Bagaimana? Bukan sebuah penawaran yang buruk bukan?"
"Kau pikir kami akan memberikannya padamu?" Balas Celine marah.
Mahluk tersebut kembali tertawa mendengarnya "Apa kau tak sadar di mana posisimu sekarang berada dan kau ingin bernegosiasi?"
"Aku sadar itu dan aku tahu alasanmu memintaku memberikannya padamu. Itu karena kau tak bisa merebutnya bukan?" Tebakan Celine itu berhasil membuatnya terkejut dan kehilangan kepercayaan diri "Sepertinya aku benar. Itulah alasan kau juga menungguku untuk membuka pintu ruang kerja Yang Mulia karena entah dengan alasan apa hanya diriku yang dapat membukanya. Juga alasan kau tak membunuh kami di sana, di saat kau memiliki kesempatan untuk merebut dokumen ini" Celine menarii keluar dokumen tersebut dari dalam kantung, memperlihatkannya pada mahluk yang kini lebih seperti mahluk buas menatap mangsa. Pandangannya benar-benar tertuju pada dokumen sampai tak menyadari dua orang yang kini berjalan mendekat dari belakang.
"Aku menebak itu jugalah alasan kau berpura-pura khawatir pada nona muda, sengaja membawa boneka milik nona muda untuk memancingku ke dalam gua asing tempat golem itu berada, membuat kecurigaan kami terhadap istana makin menguat setelah 'memamerkan' boneka yang kau sebut sebagai tuan putri itu, memberikan dukungan pada kami dan akhirnya memutuskan untuk menginvestigasi supaya aku membuka pintu ruang kerja Yang Mulia. Sungguh sebuah rencana yang tertata rapi. Benar begitu bukan?" Jelas Celine yang dibalas dengan sebuah tawa kecil darinya.
"Aku akui kau cerdik, dapat mengetahui rencanaku itu. Namun, kau lupa terhadap hal paling penting" Ia melihat ke atas, di mana tuan putri sedang dikurung dalam cairan hitam membentuk sebuah kandang kecil yang aku yakin terasa sempit bahkan bagi tuan putri "Kalian lupa menjaga hal terpenting karena terlalu termakan oleh pancingan, menganggap bahwa semuanya baik-baik saja tanpa mencari tahu lebih lanjut dan kini nyawa Luna Anderson berada di tanganku- ah ah, tidak ada yang bergerak atau kandang di atas, akan langsung merapat, menghancurkan tubuhnya dan jangan mengira aku tak tahu yang kalian rencanakan"
Dua buah cairan hitam bergerak cepat menangkap dua orang yang tadinya akan menyerang dari belakang, membanting mereka di lantai hingga darah mengucur dari kepala dan dilempar olehnya ke seberang ruangan.
"Sudah kukatakan bukan? Segalanya berada di dalam tangan kami. Kalian takkan dapat menghentikan kami, bersiaplah bagi dunia ini untuk dilahap habis!" Sahutnya bahagia, kemudian balik menatap kami berdua "Namun, sebelum itu, berikan dokumen tersebut selagi aku masih bicara dengan baik"