Chereads / Glory Hunt / Chapter 37 - Part 37

Chapter 37 - Part 37

Celine mengayunkan pedang dengan cepat, menciptakan beberapa energi tajam berwarna keemasan yang dihadapi oleh perempuan tersebut tanpa rasa takut, maju menerjang, mencengkram lehernya dan melempar Sang ksatria ke arah Rayven yang baru saja akan menembakkan anak panah, sehingga anak panah tersebut justru meleset mengenai sebuah bangunan. Getaran kuat tercipta dari ledakan, disertai kepulan debu yang kemudian memperlihatkan bolongan besar pada sisi bangunan.

Dipenuhi oleh amarah, Sang komandan tak tinggal diam, mengayunkan pedang membentuk satu energi tajam berukuran besar yang hanyalah sebuah pancingan. Perempuan itu menghindar, sebuah seringai terbentuk di wajah Loid yang lalu melepaskan beberapa tembakan energi dari lingkaran sihir biru di depan telapak tangan. Energi-energi terkondensasi tersebut menciptakan ledakan beruntun ketika menghantamnya, membentuk asap tebal dengan kilatan cahaya emas seperti sebuah badai.

Namun, belum sempat merayakan keberhasilannya, kilatan cahaya ungu muncul dari dalam, bergerak begitu cepat sampai Sang komandan tak dapat bereaksi, hanya dapat melihat sosok perempuan yang kini sudah berada di samping dengan telapak tangan berada tepat di depan dada Loid. Sedetik kemudian, ia menemukan dirinya terbang ke belakang, menghantam kuat sebuah bangunan hingga menembus beberapa bangunan di belakang, merasakan beberapa tulangnya retak dengan darah keluar dari dalam mulut.

Sebuah palu menyerang dari belakang. Angin kencang tercipta disertai suara menggelegar dari benturan palu yang ditahan menggunakan telapak tangan dengan mudah seakan serangan itu bukanlah apa-apa. Rio menggertakkan gigi, mengerahkan lebih banyak mana sembari berteriak keras. Tetapi, usahanya sia-sia. Dia justru didorong ke belakang, terbentur menghantam jalan dan terguling di sana.

Tiba-tiba, sebuah petir menyambar, berhasil menekan sosok perempuan tersebut hingga jatuh berlutut di atas sebuah kawah yang baru saja tercipta. Untuk pertama kalinya, dia menunjukkan sebuah ekspresi, ekspresi waspada akan kehadiran lawan yang kuat.

Petir tersebut berhenti, menampilkan sosok seorang laki-laki berumur dalam jas militer putih dengan percikan listrik berwarna biru tampak terpancar dari dalam tubuh. Ia melangkah ke depan, memerhatikannya dengan sebuah seringai di wajah "Hmm, jadi kau yang sudah menyusahkan para ksatria dan membuat ibu kota ini berantakan. Aku akui nyalimu besar, tapi bermain-mainnya berhenti di sini. Mari ku perlihatkan, apa yang terjadi ketika kau mencari masalah dengan kami"

Petir tiba-tiba menyambar lima kali dengan cepat, lalu berhenti, membuatnya tak dapat bergerak dan telat bereaksi ketika laki-laki berumur itu sudah muncul di depan, mencengkeram lehernya, membanting dia ke bawah begitu kuat hingga untuk pertama kali dia merasakan rasa sakit yang teramat sangat. Tak berhenti sampai di sana, tubuhnya seketika tersengat oleh listrik berkekuatan tinggi hingga pandangan mulai kabur dengan tubuh perlahan melemah.

"Selesaikan tugasmu"

Mr. Anderson bergegas mengambil jarak saat tubuh perempuan tersebut bercahaya terang. Ledakan aura besar tiba-tiba terjadi, menciptakan gelombang energi yang sampai menghancurkan bangunan di sekitar. Sebuah pilar aura ungu terbentuk dari sosok yang kini berdiri di kawah, menatap balik Mr. Anderson menggunakan sepasang mata yang telah tergantikan oleh cahaya ungu terang.

Belum sempat bereaksi, sosok tersebut tahu-tahu sudah berada di depan mata. Mr. Anderson melirik ke bawah, menemukan sebuah kepalan tangan dengan mana terkumpul begitu banyak di dalamnya.

"Sia-

Hanya dalam satu pukulan, Mr. Anderson sudah terpental jauh ke belakang, menghancur beberapa bangunan hingga berhenti menghantam sebuah menara. Di sepanjang jalurnya terlempar itu, sebuah ledakan besar terjadi, efek dari serangan yang datang sedikit terlambat, menghancurkan segala sesuatu di sekitarnya oleh cahaya ungu terang yang cukup menyakiti mata.

Saat Mr. Anderson akan bangkit berdiri, dia sudah kembali maju menerjang, siap mengambil nyawa. Mr. Anderson yang mengira dia telah tamat, bernapas lega ketika benturan kuat terjadi dengan seorang laki-laki kini berdiri tak jauh di depannya, menahan serangan tersebut dengan sebuah perisai mana.

"Anda baik-baik saja bukan?" Tanyaku pada Mr. Anderson yang mengangguk. Aku benar-benar tak menyangka kalau Mr. Anderson ternyata sekuat ini, mampu bertahan dari serangan sebesar tadi dan masih dapat tersenyum seperti sekarang. Benar-benar orang yang mengerikan.

"Sepertinya Luna menemukan barang yang bagus. Kau terlihat cocok menggunakannya. Nanti, aku harus bertanya di mana putriku itu mendapatkan sesuatu sebagus ini" Mr. Anderson bangkit berdiri, membersihkan pakaiannya dan kembali mengeluarkan aura listrik miliknya "Biarkan aku membantumu, kita tak mungkin mengalahkannya hanya sendirian"

Dalam satu hentakan, Mr. Anderson muncul di hadapannya, memberi dia sebuah hantaman kuat di wajah yang mengirimnya jauh ke belakang, membentur beberapa bangunan sebelum akhirnya berhenti. Mr. Anderson meregangkan badan, memutar pundaknya dan memasang kuda-kuda untuk berlari. Sebuah angin kencang tercipta begitu ia melaju cepat ke sana, menemui sosok perempuan yang sudah berdiri tegak, siap untuk saling bertukar serangan.

Aku tentu tak tinggal diam, aku ikut menyusul, memberikan serangan saat menemukan kesempatan. Para ksatria juga bergabung bersama kami, mengerahkan segala sesuatu yang mereka miliki untuk dapat mengalahkan sosok tersebut meski tubuh mereka telah dipenuhi luka dan sudah terasa lelah.

Tak dapat dipungkiri, pertarungan kami membuat beberapa bagian kota hancur berantakan hingga tak dapat lagi dikenali. Kawah-kawah besar tercipta, api merambat dari bangunan satu ke bangunan lain dengan cepat lalu getaran-getaran kuat tercipta seakan sebuah gempa beruntun sedang terjadi. Apa yang terjadi sekarang adalah sesuatu yang hanga kutemukan di balik layar, siapa sangka aku akan berada di tengah-tengahnya, menjadi salah satu yang membuat semua hal tadi terjadi.

Tapi, meskipun kami telah bekerja sama, menggunakan apapun yang kami miliki, dia masih saja belum kalah. Justru kamilah yang tampak berantakan dengan luka dan bekas pertarungan di sana-sini. Pakaian kami juga mulai rusak, mengekspos kulit yang sekarang memiliki luka dengan darah terus mengalir pelan, membentuk sebuah noda tak hanya bersama debu dan tanah, tetapi juga abu dari bara api.

Dapat kurasakan dengan jelas, dada yang terasa sesak, keringat membasahi tubuh dan nyeri di sana-sini. Seandainya saja bukan karena adrenalin, aku yakin aku sudah menjerit kesakitan. Kukerahkan tiap tenaga yang tersisa, berusaha untuk tetap fokus dalam pertarungan meski ingin rasanya aku melarikan diri dan beristirahat, menjauh dari kekacauan ini, mencari ketenangan dan kedamaian yang sangat kubutuhkan sekarang.

Namun, aku harus terus melangkah maju, terus bergerak ke depan seperti yang sudah sering kulakukan. Oleh karena itu, ketika sosok perempuan tersebut mengumpulkan mana dalam jumlah banyak pada kepalan tangan kanan yang diarahkan pada Loid, aku maju ke sana menggunakan kemampuan khusus milikku, mendorong laki-laki itu menjauh dan menerima hantaman yang terasa seperti menghancurkan organ tubuh. Pukulan yang sampai membuat angin kencang dan ledakan sonik tersebut, menerbangkanku hingga menghantam masuk istana dalam kecepatan tinggi.

Hal terakhir yang kulihat sebelum kehilangan kesadaran adalah dua orang laki-laki, berjalan masuk ke dalam ruangan sembari mengatakan sesuatu dan sebuah cahaya terang kehijauan terbentuk dari telapak tangan si rambut abu-abu, diarahkan padaku.

"Selamatkanlah mereka, Guardian"