Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Glory Hunt

Jayzentz
--
chs / week
--
NOT RATINGS
14.4k
Views
Synopsis
Itu benar, dunia telah berubah. Semua yang dirimu saksikan di balik layar kini telah menjadi sebuah kenyataan, menjadi aktivitas sehari-hari. Tubuh berserakan, nyawa berjatuhan, penghianatan, peperangan, tangisan, jeritan.. Semua itu dapat kau rasakan secara nyata, memberimu sebuah pengalaman baru yang akan menghantui seumur hidup. Apa yang dapat kami lakukan untuk memperbaikinya? Apakah ini takdir kami? Haha.. Apa yang diriku katakan? Kita semua baik-baik saja! Tak ada masalah sama sekali. . . Ya, aku yakin begitu..
VIEW MORE

Chapter 1 - [Arc 1] The Arrival (Part 1)

  Saat itu, merupakan hari yang cerah, sama seperti hari-hari lainnya. Orang-orang pergi menjalani hari mereka, melakukan berbagai kegiatan, baik sendiri maupun bersama orang lain. Tak seorangpun menduga bahwa peristiwa besar, terbesar dalam sejarah, akan terjadi dalam hitungan menit. Sesuatu yang akhirnya mengubah seluruh tatanan dunia, merekonstruksinya dari awal dan menciptakan sebuah dunia yang baru, jauh berbeda ketimbang yang selama ini kita alami.

  Aku hanyalah seorang remaja biasa, belum lama ini lulus SMA dan sementara mencari pekerjaan demi membayar uang kuliah sendiri atau setidaknya meringankan beban kedua orang tua.

  Langkah demi langkah kulalui, berusaha melewati hari meski terlampau berat beban pada pundak hingga rasanya ingin menyerah dan berbaring, membiarkan ketenangan dalam tidur menguasai diri, menyelimutiku dari kejamnya dunia, memberikan kenyamanan tiada tara yang jujur saja, begitu kubutuhkan.

  Namun, tentu aku tak dapat menyerah. Kedua orang tuaku saja belum menyerah, sementara mereka telah hidup jauh lebih lama serta menjalani kehidupan yang jauh lebih berat ketimbang apa yang kurasakan. Menyerah? Betapa lemahnya mental ini jika pemikiran seperti itu muncul dalam diri.

  Itulah manusia, memiliki begitu banyak kelemahan, kelemahan yang tertutup di balik topeng kekayaan dan kebahagiaan. Mengapa kaya? Siapa sih yang tak membutuhkan duit? Hanya orang berdompet tebal sajalah yang mengatakan duit tak membawa kebahagiaan. Kalau saja mereka merasakan apa yang kurasakan sekarang, mereka akan sadar bahwa uang mereka yang dianggap tak membawa kebahagiaan itu, justru sebenarnya adalah sumber kenyamanan yang kini mereka rasakan.

  Hhh.. Apa gunanya mengeluh seperti ini? Bukan berarti mereka akan mengerti. Kehidupan kita terlampau jauh bagi mereka untuk mengerti. Lebih baik, aku fokus terhadap kehidupanku sendiri dan terus melangkah maju ketimbang memikirkan hal tak penting.

  Tanpa kusadari, aku telah sampai di depan Cafe, menengok kanan-kiri untuk memastikan aku tak berada di tempat yang salah, sekaligus memerika keadaan. Untuk apa katamu? Anggap saja, sudah menjadi kebiasaan laki-laki untuk melihat situasi seandainya hal buruk terjadi, meskipun dirimu sedang berada di tempat teraman sedunia sekalipun.

  Pintu terbuka, mendorong sebuah lonceng kecil di atas sana, memberi sebuah lantunan indah nan merdu yang menarik perhatian karyawan Cafe. Dia sedang mengoperasikan mesin kopi dengan tatapan penuh fokus seakan sedang menciptakan sebuah 'masterpiece' sebelum konsentrasinya terganggu, mengakibatkan sedikit kesalahan yang membuat dirinya berdecak kesal.

  Rambut hitam panjang itu melambai begitu ia berjalan, meletakkan secangkir kopi di atas meja, memerhatikannya untuk sejenak yang kutebak untuk mencari letak kesalahan demi mengulangnya kembali. Tak sampai dua detik, kepalanya mengangguk puas, lalu memerhatikan diriku dengan sepasang mata sebiru samudera, warna mata yang seharusnya sangat jarang ditemui, terutama di negara ini.

  "Ada yang bisa saya bantu?" Tanya dia, membuatku sedikit terkejut mendengar suara semanis madu.

  "Mohon maaf telah mengganggu waktunya, apa benar Cafe Corner ini sementara mencari karyawan baru? Sebagai seorang Waiter" Jawabku tanpa melepaskan pandangan dari sepasang mata yang begitu menghipnotis.

  Dia mengangguk, memerhatikanku sejenak (Mungkin menilai penampilanku? Aku tak tahu), lalu mengangguk mantap "Yupp, kau adalah orang yang kami cari. Namun, sebelum itu, apakah dirimu memiliki pengalaman di bidang service?"

  "Tentu, juga sebagai seorang Waiter, selama setahun" Jawabku singkat, mendengar suara keributan di kejauhan yang ku tebak karena sebuah masalah kecil. Hal biasa di negara ini.

  "Ohhh, itu bagus! Hhh, aku sudah benar-benar lelah, terus memasang wajah ramah terhadap orang-orang yang datang ke sini dengan alasan yang sama, mengira mereka dapat diterima cuma karena wajah. Maksudku, memang benar salah satu daya tarik Cafe adalah karyawan mereka, tapi bukan berarti hanya karena dirimu tampan ataupun cantik kau dapat langsung diterima kerja tanpa sebuah pengalaman" Keluhnya sembari menggelengkan kepala mengingat memori-memori menyebalkan tersebut.

  Aku tak kaget mendengarnya, terutama di zaman sekarang di mana banyak yang mengira jika mereka terkenal di internet maka kau dapat melakukan segalanya. Terlebih di CC (Cafe Corner) ini. Cafe yang merupakan salah satu dari beberapa Cafe terbaik dengan beberapa film telah menggunakan Cafe sebagai latar belakang mereka, tentu mereka ingin mempertahankan gelar tersebut.

  Sayangnya sebelum dia dapat membuka mulut, di luar sana, orang-orang berlarian dengan histeris, menjerit penuh rasa takut, tampak jelas pada wajah mereka setiap kali melihat ke belakang, berusaha melarikan diri dari sesuatu.

  Aku berjalan keluar, mendorong pintu membuat bel tersebut kembali berdenting, dengan cepat menghindar ketika seorang pria pertengahan 30 hampir saja menabrakku karena berlari dengan pandangan terus mengarah ke belakang.

  Di kejauhan, dapat terdengar suara raungan asing, raungan yang menyebabkan seluruh tanah ini bergetar kuat hingga terasa akan memecahkan telinga. Namun, sebagai seseorang yang sangat mencintai hal-hal berbau fantasy, aku justru berlari berlawanan arah dari mereka, berusaha mencari dari mana asal raungan tersebut, berusaha mencari tahu apakah ini hanyalah mimpi atau kenyataan.

  Saat itu, aku tak tahu mana yang buruk dan tidak. Hidup ini terasa terlalu monoton dengan siklus yang sama, jujur saja, aku sudah muak. Tapi, seandainya ini adalah kenyataan, realita bahwa diriku dapat mati dengan cepat hanya karena sebuah kesalahan kecil.. Tunggu, apakah itu buruk? Kurasa tidak, tentu saja tidak! Itu jauh lebih baik! Setidaknya aku mati karena menjalani sebuah petualangan luar biasa ketimbang hidup sengsara tanpa sebuah tantangan. Tantangan yang selama ini kuinginkan! Yang selama ini ku cari-cari! Inilah panggilanku! Memulai sebuah lembaran hidup baru!

  Aku berlari mencarinya, jantung berdegup kencang tanpa dapat kukendalikan, entah karena rasa takut atau adrenalin yang mulai mengalir deras hingga tubuh ini terasa ringan.

  Sebuah mobil melaju sangat cepat, berbelok tajam yang sayangnya membuat mobil tersebut terbalik dan terbanting ke arahku. Kalau saja aku telat menghindar, aku sudah pasti akan mati di sini, mati tanpa dapat mengetahui kenyataannya, mati tanpa dapat merasakan impian yang selama ini kuidam-idamkan!

  Tanpa sepengetahuanku, aku sudah melompat tinggi, menghindari mobil yang kini setengahnya telah berada dalam sebuah bangunan. Kuharap si pengemudi tak kenapa-napa meskipun kecil kemungkinan bagi seorang manusia untuk hidup sesudah terbanting dalam kotak besi beroda seperti itu.

  Aku mendarat dengan aman seolah aku baru saja melompat seperti biasa, layaknya manusia. Terkejut? Panik? Bangga? Aku tak tahu apa yang kini kurasakan, satu hal yang kutahu adalah aku baru saja menghindari pintu kematian. Bisa kau bayangkan?! Menghindari pintu kematian! Hanya orang-orang dengan tingkat keberuntungan yang tinggi sajalah yang mampu melakukannya!

  Tanpa menunggu lagi, aku kembali berlari. Jalanan tak sepenuh tadi, mulai kosong dan kosong hingga akhirnya hanya tersisa satu-dua orang saja yang kuduga adalah manusia terakhir di area ini selain diriku yang berdiri tepat di tengah jalan, terpaku diam memerhatikan sosok di depan, sosok yang selama ini hanya diriku lihat di dalam film, di dalam komik maupun hanya sebagai sebuah ilustrasi. Mahluk tersebut, kini berada tepat di depan, sedikit tersembunyi di balik kepulan asap namun sepasang sayap lebar nan megah itu tak dapat berbohong.

  Ia kembali meraung keras, memberi tekanan kuat hingga kini daratan gemetar seolah gempa sedang terjadi. Aku berusaha bertahan, namun pada akhirnya terjatuh ke belakang, terdiam di tempat tanpa dapat melakukan apa-apa ketika mahluk tersebut melangkah maju, menciptakan suara dentuman kuat dari tiap pasang kaki.

Ah, sungguh mahluk yang indah. Aku takkan menyesal mati setelah memerhatikannya, memerhatikan mahluk legenda, mitos, mahluk yang kukira takkan pernah kusaksikan dengan mata telanjang secara nyata.

  Ia melihat ke arahku dengan sepasang mata reptil berwarna hazel, tampak begitu tajam dan menakutkan. Ketika mulut terbuka dengan cahaya oranye mulai tampak dari dalam, kupikir, inilah saatnya, saat bagiku untuk meninggalkan dunia.

  Namun..

  "Apa yang dirimu lakukan!?"

  Di saat bersamaan dengan api menyembur, seseorang berdiri di depanku, menggenggam erat sebuah perisai besar tak kalah megah dengan sayap milik Sang naga.

  Api menghantam, tersebar ke berbagai arah, tak mampu menembus pertahanan kuat dari perisai silver tersebut. Aku tak dapat memerhatikan sosok yang telah menyelamatkan nyawaku karena terangnya cahaya yang dihasilkan dari perlawanan di depan sampai tahu-tahu badanku telah berada di udara.

  Sepasang tangan terasa di bawah kedua lengan, mengangkatku tinggi ke atas, membawaku pergi jauh dari area pertempuran di mana tiga orang lagi datang dari atas gedung pencakar langit, sebelum akhirnya melompat turun ke bawah menghadapi Sang naga bersama dirinya, sosok yang tak kusangka adalah pemilik dari perisai megah tersebut.

  Si karyawan Cafe!