"Hey, hey! Kau tidak apa-apa? Hey!"
Aku masih berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi, berusaha agar kepala ini tak meledak oleh rasa antusias yang begitu besar hingga rasanya ingin melompat ke bawah, kembali memerhatikan mereka dari dekat. Aku tak bisa melihat apa-apa di sini, hanya berupa kilatan-kilatan cahaya tanda bahwa mereka bergerak begitu cepat sampai mata tak dapat mengikuti. Setidaknya, mata manusia biasa karena sosok yang menyelamatkanku, ia dapat melihat semuanya dengan jelas, berbicara pada diri sendiri betapa buruknya situasi sekarang.
Aku setuju, tak dapat dipungkiri beberapa orang telah kehilangan nyawa oleh amukan Sang naga. Namun, ada hal lain yang lebih menarik perhatianku. Mereka tampaknya telah tahu hal ini akan terjadi, termasuk si karyawan Cafe yang dengan santainya membuat kopi.
Tidak, aku tak boleh berprasangka buruk. Bagaimana kalau ternyata mereka juga sama sekali tak tahu ini akan terjadi atau mungkin mereka tahu, namun tak percaya hal ini dapat terjadi. Yang pasti, keadaan dunia telah berubah drastis. Dengan adanya kemunculan mereka-
"Aku berharap semoga bukan seluruh bumi yang kini tergabung dalam Alterra" Ucapnya pelan dengan penuh rasa khawatir.
Tunggu, apa? Apa maksudnya bumi tergabung? Tak mungkin kan? Seharusnya dunia kiamat jika itu terjadi. Mungkinkah, entah bagaimana caranya, bumi kini telah menjadi satu bagian dari sebuah dunia lain? Tapi.. Tak ada gunanya mencari tahu itu sekarang.
Hal yang lebih penting untuk aku kuasai adalah cara bertahan hidup. Dengan adanya naga tadi, aku yakin mahluk-mahluk yang sebelumnya hanya berada dalam legenda, mitos, film dan sebagainya, kini nyata. Bagi seorang manusia biasa sepertiku, tentu saja ini berbahaya, aku bisa saja mati tanpa adanya perlawanan. Aku memang menguasai beberapa bela diri, tapi bukan berarti aku dapat menghadapi mahluk dengan kekuatan fisik jauh di atas manusia. Tak mungkin aku melawan naga itu dengan Low Kick, bukan Sang naga yang jatuh, yang ada kakiku yang patah.
Kemudian, melihat bagaimana karyawan Cafe itu menahan semburan api yang bahkan dengan mudah melelehkan jalan, kemungkinan besar di dunia ini terdapat sihir atau semacamnya. Tidak, aku sangat yakin itu ada. Bagus, tapi bukan berarti aku dapat menggunakan sihir karena bisa saja hanya orang tertentulah yang dapat menggunakannya.
"Terima kasih telah menyelamatkanku, namun aku ingin menanyakan sesuatu" Pintaku pada dia yang kini sedang menggaruk kepala karena frustasi. Rambut merah pendek tersebut tampak berantakan, dada bidangnya naik-turun oleh emosi, dengan sepasang tangan terkepal kuat memerhatikan pertarungan jauh di depan.
"Kau ingin menanyakan soal dunia ini bukan? Kenapa kalian tiba-tiba berada di sini, mengapa ada seekor naga-
"Maafkan aku memotongmu, tapi bukan itu yang ingin kucari tahu. Bagaimana cara bagiku bertahan hidup di sini? Setidaknya sebagai manusia biasa karena dari yang kuperhatikan, kalian sama sekali jauh dari kata biasa. Meskipun diriku lemah, aku tak ingin mati tanpa sebuah perlawanan"
Ia tampak terkejut, menyeringai memamerkan dua pasang taring tajam "Wah wah, tak kusangka akan bertemu dengan seseorang sepertimu, seseorang yang dengan cepat menguasai diri meski ini pertama kalimu menghadapi sesuatu seperti sekarang. Apa naga tadi tak cukup menakutimu? Aku tak tahu apakah kau berani atau seorang psikopat. Orang biasa akan menjerit, panik, menangis putus asa, terlebih ketika kematian sangat dekat dengan mereka"
Laki-laki berbadan kekar penuh bekas luka itu mendengus kasar, kemudian menatapku tajam "Ingat ini, dunia yang dirimu tinggali dulu telah tiada. Selamat datang di Alterra, dunia di mana kematian selalu mengincar meski dalam tidur. Kau takkan dapat bertahan sehari saja jika kau tak mampu beradaptasi dengan cepat. Yah, aku takkan kaget jika menemukan mayatmu keesokan hari mengingat kalian adalah manusia yang datang dari dunia penuh kedamaian tanpa adanya pertarungan hidup-mati tiap detiknya.
Jika kau ingin bertahan, segera cari sebuah senjata, apapun itu, gunakan hanya sebagai jalan terakhir, namun kalau ada kesempatan kabur, kau berlari tanpa berbalik ke belakang, berlari dan berlari hingga menemukan tempat ramai oleh orang-orang dari dunia ini. Tak perlu kujelaskan, kau harusnya paham dari cara kami dan kalian berpakaian. Lalu, jangan pernah percaya pada omongan orang begitu saja, baik itu temanmu, sahabatmu ataupun keluargamu. Sifat asli seseorang akan terkuak di dunia ini. Terakhir, segeralah mencari Glory, tak tahu bagaimana caramu mendapatkannya, segera cari kubus yang tampak terbuat dari kaca dan memancarkan cahaya terang, hanya itu satu-satunya cara jika dirimu ingin hidup aman di dunia ini.
Tapi tentu saja kau akan berhadapan dengan yang lain jadi tergantung pada dirimu dan keberuntunganmu untuk mendapatkannya. Berdoalah kau adalah tokoh utama dalam cerita kali ini dan kuharap aku tak menemukan mayatmu di esok hari"
Glory? Apakah itu cara mereka menyebut sihir di dunia ini ataukah itu sesuatu yang benar-benar berbeda?
Akan ku cari tahu nanti, sekarang yang harus kulakukan adalah mencari kota terdekat, kota yang berasal dari dunia ini. Hanya di sanalah aku bisa mendapatkan informasi lebih mengenai dunia ini dan juga Glory itu.
"Terima kasih banyak untuk bantuannya. Boleh aku menanyakan pertanyaan terakhir?"
"Silahkan"
"Di mana arah kota terdekat?"
Tanpa menjawab, dia menunjuk ke sebelah kiri tubuhnya, kemudian melompat ke bawah sesudah mengatakan "Semoga beruntung"
Benar, semoga beruntung diriku... Sekarang aku bertanya-tanya apakah aku memang dapat bertahan atau tidak jika keberuntunganku seburuk ini.
BAGAIMANA CARANYA AKU TURUN DARI ATAS SINI HAH!? SEMOGA BERUNTUNG UR ASS!
Sialan, aku tak dapat melompat ke bawah sepertinya, aku hanyalah manusia biasa! Kalaupun aku memiliki sebuah kemampuan tersembunyi seperti yang kugunakan saat menghindari mobil, aku tak yakin diriku dapat selamat jika melompat dari ketinggian seperti ini.
Seseorang yang baru saja berlatih tak mungkin dapat memenangkan kejuaraan tingkat internasional.
Apa dia sengaja? Berusaha mengecek apakah diriku dapat keluar dari situasi ini? Kalau benar, aku.. Aku tak tahu akan melakukan apa, aku akan menemukannya nanti. Sekarang, bagaimana caranya aku turun dan aku harus bergegas, matahari sudah mulai tenggelam di barat dan aku adalah seseorang yang buta arah sehingga jika hari telah gelap, aku khawatir aku akan nyasar.
Ayo berpikir Zent! Kau harus menemukan jalan keluar, kau tentu tak ingin mati sebelum berpetualang di dunia ini bukan? KAU TENTU INGIN BERTEMU DENGAN ELF BUKAN!?
ELF!
Oke, now or never!
Tanpa satu dua tiga, aku mengambil ancang-ancang, berlari ke depan dan melompat ke arah gedung sebelah yang seluruh sisinya terbuat dari kaca. Aku tahu ini hal bodoh, aku bisa saja terluka oleh kaca atau bahkan tak mencapai gedung tersebut mengingat gedung tempatku berada tadi dan gedung yang incaranku terpisahkan oleh satu jalan raya besar.
Tidak! Kau tak boleh pesimis! Kau pasti mencapainya! Aku pasti mencapainya!
Detik demi detik berlalu, detik yang kini terasa seperti menit, menyaksikan pantulan diri pada kaca, bergerak makin dekat dan dekat hingga aku menyadari satu hal. Wajah pada pantulan tersebut, bukanlah wajah dari seseorang yang takut akan kematian, namun wajah dari seseorang yang baru saja merasakan kehidupan.
Itu benar! Aku baru saja terlahir kembali! Inilah saatnya! Sebuah lembaran baru!
IBU AKU LAHIR-
PRANGG!!
....
....
....
"Aaaa.. " Sudah kuduga, lahir itu menyakitkan.