Chereads / Glory Hunt / Chapter 3 - Part 3

Chapter 3 - Part 3

Awww, aku benar-benar tak menduga akan menerima rasa sakit seperti ini. Aku tahu ini akan terasa sakit, tapi ini terlalu sakit! Aku beruntung tak mendapatkan goresan ataupun sayatan berkat hoodie putih nyaman ini. Kalau tidak, mungkin aku akan mati duluan karena infeksi dan bukannya di tangan monster.

Perlahan, aku bangkit berdiri, melangkah mendekati jendela dan memerhatikan jarak gedung ini dengan gedung di depan. Bagaimana caranya aku bisa mencapai tempat ini? Seharusnya aku mati di bawah sana. Tak mungkin manusia biasa dapat melakukannya. Mungkinkah berkat bantuan kemampuan asing itu? Tapi, aku tak merasakan apa-apa. Ini cukup aneh. Apakah ada yang membantuku? 

Tak jauh dari sana, laki-laki berambut merah itu menggeleng pelan sembari tersenyum bangga "Tak kusangka dia akan melompat, padahal aku sudah memilih gedung dengan pintu rooftop yang tak terkunci" Ia menghela napas, kembali menggeleng pelan dan memerhatikan laki-laki berambut putih itu menghilang di balik dinding "Ternyata masih ada seseorang yang lebih bodoh dariku, namun kuakui, bahkan mentalku kalah dengannya" Ucap dia sebelum akhirnya bergabung dalam pertarungan.

Beberapa menit kemudian, aku sudah mencapai pertengahan kota. Untung saja lift dalam gedung masih berfungsi, bisa-bisa aku sudah kelelahan sebelum dapat menemukan kota yang dimaksud oleh si rambut merah. Namun.. Mengapa aku tak dapat menemukan seorangpun? Seharusnya mereka masih berada di sekitar sini dan walaupun mereka bersembunyi, tak mungkin aku tak melihat satupun. Mereka di mana?

Perasaan tak nyaman mulai datang menguasai, berusaha mengambil alih tubuh dan memberikan rasa panik yang besar, membuatku tak dapat berpikir jernih dan akhirnya mati karena sebuah kebodohan. Takkan kubiarkan hal tersebut terjadi, aku tahu diriku lemah, namun bukan berarti aku akan tetap diam menerima segalanya. Aku masih bisa berubah, berubah menjadi sosok yang selama ini kuimpikan, sosok yang akan mengubah segalanya, mengubah jalan hidupku dan membuat kedua orang tuaku bahagia.

Berusaha untuk tak memikirkan hilangnya orang-orang, aku terus melangkah ke depan, berusaha mencapai pinggir kota sebelum matahari terbenam. Namun, tampaknya situasi berkata lain, aku terpaksa mengambil jalan memutar setelah melihat segerombolan goblin berjalan di jalan raya sembari menarik beberapa orang malang yang menjerit-jerit meminta pertolongan. 

Kalau kau bertanya, mengapa aku tak menolong mereka, aku bahkan tak tahu bagaimana para Goblin itu bertarung dan langsung terjun ke dalam medan perang tanpa mengetahui sedikitpun informasi mengenai musuh sama saja dengan bunuh diri. Masih ada hal lain yang dapat kulakukan, yaitu membalaskan dendam mereka dan itu adalah janjiku kepada orang-orang malang tersebut, aku pasti akan menemukan para goblin tersebut, lalu membunuh mereka. 

Karena matahari sudah hampir sepenuhnya tenggelam, mau tak mau aku harus mencari tempat bersembunyi sekaigus beristirahat. Kalau diriku tak salah ingat, beberapa blok dari sini terdapat sebuah chain store besar, seharusnya tempat tersebut aman untuk semalam, aku juga dapat mencari perbekalan untuk perjalanan menuju desa. 

Selagi melangkah menyusuri jalan, aku melihat kanan-kiri, berusaha untuk tidak mengernyit memerhatikan keadaan sekitar yang telah berubah drastis ketimbang beberapa menit yang lalu. Kaca-kaca yang pecah, jalanan hancur oleh sebuah hantaman, bekas pembakaran tampak di sana-sini disertai beberapa organ tubuh berserakan tanpa dapat lagi dikenali siapa pemiliknya. Aku tak pernah menduga bahwa kehidupan di dunia seperti ini sangatlah keras. Maksudku, aku tahu akan banyak korban jiwa terutama di hadapan para monster, tapi aku tak pernah menyangka kalau akan seburuk ini. Film, komik dan lain sebagainya selalu membuat situasi tampak tak terlalu buruk sementara realita berkata lain.

Beberapa kali aku harus menahan diri untuk tak muntah ketika melihat otak berceceran di tanah dengan kepala seseorang tampak memiliki lobang besar, belum dengan isi perut yang tertekan keluar layaknya sebuah krim. 

Benarkah manusia selemah ini? Apakah kami sama sekali tak memiliki kesempatan untuk melawan? Hanya begini sajakah batasan kami? Aku tak terima itu. Aku tahu manusia dapat melakukan yang jauh lebih dari ini, hanya saja kehidupan penuh kedamaian dan hiburan telah menjinakkan kami. Sosok kuat seorang manusia telah lama hilang terlebih sesudah internet merajalela. Bukannya aku mengeluh, internet juga membawa hiburan yang takkan mudah dikalahkan dengan hiburan masa lalu, setidaknya begitulah menurutku. Namun, tak dapat dipungkiri, manusia di saat bersamaan juga menjadi lemah karenanya. Tersisa beberapa persen saja yang masih perduli akan kekuatan fisik maupun mental. 

Tak butuh waktu lama bagiku untuk menemukannya. Chain store besar tersebut masih tampak megah dari kejauhan meski di sekitar telah terlihat bekas pembantaian terlebih dengan bercak-bercak darah yang tampak jelas pada dinding putih gedung besar tersebut. 

Sembari menguatkan diri, aku melangkah mendekat, berusaha mencari tanda-tanda bahaya di kiri maupun kanan untuk bersiap seandainya seseorang ataupun monster menyergap. Ya, itu benar, seseorang. Aku sudah melihat beberapa mayat dari seseorang yang berasal dari dunia ini. Aku harap mereka mati karena berusaha menyelamatkan kami, tapi aku juga tak dapat menurunkan kewaspadaan begitu saja. Aku tak ingin kehilangan nyawa ketika hidupku baru saja dimulai.

Aku masuk ke dalam, sedikit terkejut saat pintu otomatis terbuka dan rada was-was karena terdengar suara notifikasi ketika seseorang atau sesuatu melewati sensor tepat di bagian atas pintu. Setelah menunggu sekitar 5 detik yang terasa bagaikan 5 menit, aku kembali melanjutkan langkah dengan pelan, memeriksa tiap sudut tersembunyi yang menjadi lokasi terbaik sebagai persembunyian seandainya seseorang ataupun sesuatu siap menyerang.

Tanpa dapat kusadari (Kemungkinan besar karena diriku terlalu fokus mencari tanda-tnada kehidupan), aku telah sampai di salah satu lorong yang penuh akan peralatan berkebun. Terdapat banyak variasi peralatan yang dapat digunakan sebagai sebuah senjata, namun bukan ini yang diriku cari. 

Aku masuk lebih dalam hingga menemukan lorong yang penuh akan barang-barang khusus 'militer' yang dapat digunakan oleh khalayak umum secara legal. Tak sampai semenit kemudian, aku menemukannya, sebuah Tactical Shovel berwarna hitam dengan harga yang cukup mahal. Aku mengambil benda tersebut, sesuatu yang tak kusangka akan kugunakan. Aku sering melihat alat ini di internet, membandingkan mereka dengan alat khusus keamanan lain seperti Taser, Handgun maupun sebuah Katana. Namun setelah membandingkan tingkat kepraktisan mereka semua, Tactical Shovel adalah yang terbaik. Tak hanya dapat digunakan untuk melukai, tetapi juga untuk mendobrak, perlindungan dan tak lain dan tak bukan adalah menyekop tanah. Untuk apa dirimu tanya? Kau akan lihat nanti.

Tak banyak orang tahu akan alat ini, hanya mereka yang benar-benar mencari tahu mengenai cara bertahan hidup yang mengetahuinya meskipun belum tentu mereka akan membelinya. Setidaknya, tiap pengetahuan mengenai cara bertahan hidup dapat berguna sekarang, aku bersyukur waktu yang kuhabiskan ternyata tak begitu sia-sia. 

Kemudian, aku mengambil Climbing Rope karena ini adalah salah satu benda paling penting ketika dirimu berusaha bertahan hidup. Entah itu untuk mengikat sesuatu atau seseorang. Lalu sebuah Sleeping Bag, Pocket Knife, Lighter, Flashlight dan lain sebagainya. Tak lupa aku mengambil Climbing Bag dan beberapa makanan kaleng, cukup untuk 3 hari. Aku tak perlu mengambil terlalu banyak karena nantinya aku juga akan berburu hewan demi menghemat. Aku tak tahu seberapa jauh letak kota yang dimaksud si rambut merah sehingga aku harus siap jika sesuatu di luar rencana terjadi.

Setelah membuat kopi di mini Cafe dan beberapa potong roti, aku beranjak ke rooftop di mana sebuah sleeping bag telah kusiapkan disertai sebuah lantern yang akan kutinggalkan karena telah memiliki senter berpanel surya. Aku sengaja menggunakan lantern itu sebagai salah satu benda yang menciptakan suasana menenangkan dan nyaman. Setidaknya, untuk malam ini, aku ingin tidur dalam kedamaian sebelum berangkat menuju dunia yang benar-benar berbeda, dunia yang penuh akan petualangan serta tantangan. Tempat di mana memori-memori baru tercipta, meninggalkan sebuah kenangan bermakna. Mungkin aku dapat menemukan seseorang yang kucintai di luar sana, seperti yang biasa dikatakan, masih banyak ikan di laut.  Jika aku benar-benar ingin tentunya.

Hey, langit di dunia ini tampak begitu indah. Jauh lebih jernih dan terang ketimbang dunia sebelumnya. Kurasa, meski memiliki begitu banyak sisi gelap, dunia ini juga memiliki keindahannya sendiri. Semoga saja aku masih bisa menikmati keindahan ini tanpa kehilangan diriku sendiri. di masa yang akan datang. 

Ahh.. Sudah berapa lama semenjak terakhir kali aku menikmati hidup? Kau tahu? Itu tak penting. Intinya, aku merasa begitu hidup sekarang. Cahaya yang tadinya hilang, kini kembali bersinar terang. 

Aku tak sabar menanti hari esok, melihat apa yang dunia baru ini tawarkan padaku. Kuharap, bukanlah sesuatu yang terlalu menakutkan.. Hoamm, ataupun sesuatu yang membahayakan...

Duk duk duk.

Hmm? Suara langkah kaki? Siapa-

"Jangan bergerak"

Ah, jadi begini rasanya ketika dirimu baru saja membuka mata dari tidur nyenyak dan dihadapkan langsung dengan ujung sebuah pedang.